Bab 1 - Faint

33 6 6
                                    

Karena ikatan darah tidak dapat memastikan hubungan

♤♡♢♧☆

Alunan musik menggema, menemani Sera di ruangan kantornya. Nathanya Seraphine Brooklyn nama gadis yang berusia 25 tahun itu. Dan jangan lupakan berkas-berkas yang menggunung di ujung mejanya yang satu persatu di pelajari oleh si empu nya meja. Namun, setiap orang yang melihatnya dapat mengetahui, pikiran Sera tidak ada disana. Sera melirik jam tangan yang melingkar manis di tangannya.

Sudah hampir malam, ternyata jam kantor sudah selesai daritadi. Lebih baik aku segera pulang saja, daripada aku memikirkan hal itu lagi, membuatku muak saja.

Dan dengan itu ia melangkah menuju mobil jazz nya yang terparkir di parkiran gedung Brooklyn corp dan melajukan mobilnya keluar dari gedung itu. Entah apa yang ada di pikirannya, sehingga ia mengubah rencananya, tetapi Sera menepikan mobilnya di sebuah taman dan mengitari taman tersebut. Sebuah kursi taman tertangkap matanya, dia berjalan ke arah kursi itu dan duduk disana.

Setelah beberapa menit menenangkan pikirannya, Sera malah menangkap sosok perempuan yang menjadi sumber kedongkolannya sekarang. Sera pun berjalan menghampiri perempuan itu.

"Heh! Nggak puas ya ngancurin mood gue sejak semalem?! Kenapa sih lu selalu aja ada di hadapan gue?? Sengaja ya?!", ungkap Sera mengeluarkan uneg-unegnya. Memang sih, tidak banyak orang di taman itu, namun tetap saja, ada beberapa orang yang melihat mereka dengan bingung.

Melihat sasaran kemarahannya diam saja, Sera semakin naik darah. "Diajak ngomong tuh dengerin! Budeg ya lu! Dasar nggak punya otak!".

Jengah. Sera jengah melihat orang yang menjadi sasaran kemarahannya diam saja, akhirnya ia memilih pulang mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata normal.

♤♡♢♧☆

Pening, adalah satu kata yang menggambarkan rasa di kepalaku sekarang ini. Sesak, kalau yang ini adalah napasku. Lemas, tubuhku sulit di gerakan.

Kalau begini, bisa gawat!

Aku pun mencari obatku di dalam tas, tapi nihil. Aku tak menemukan obatku dimanapun.

Aku sudah tidak kuat lagi!

Aku melihat sekelilingku, ada taman! Segera kulangkahkan kakiku, mencari bangku yang sedikit tersembunyi untuk berbaring sejenak.

"Heh! Nggak puas ya ngancurin mood gue sejak semalem?! Kenapa sih lu selalu aja ada di hadapan gue?? Sengaja ya?!"

Oh tidak! Suara ini kan, kak Sera!

"Diajak ngomong tuh dengerin! Budeg ya lu! Dasar nggak punya otak!"

Ya Tuhan, sampai kapan harus begini? Tubuhku makin lemas! Semoga dia meninggalkanku dan pulang ke rumah. Semoga saja ini berlalu dengan cepat. Beruntung aku sampai di sekitar sini, kalau tidak entah apa yang terjadi padaku.

#####

Hai guys! Ini cerita pertama gue.. gatau bakal kelar apa kaga:) tapiii gue sangat menharapkan vote and comment kalian ya.. kalo ada yang mau kritik silahkan, siapa tau jd masukan biar lbh baik.. kalo ada yang mau muji, aku jingkrak2 deh.. hehehe

Thanks and keep reading:)

To ForgiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang