Hidup Yang Tidak Ku Inginkan

502 6 0
                                    

Hari ini bagi sebagian orang merupakan hari yang cerah. Ya, bagi sebagian orang. Tapi tidak denganku.
Hari hari cerahku tiba tiba menjadi suram seketika aku mengetahui bahwa aku adalah Nathan Yang Cacat. Jika saja aku bisa "mendelay" kecacatanku ini, maka aku akan melakukan sesuatu agar hal ini tidak terjadi. Yaitu ...
TIDAK PERGI KE RUMAH ANTONI!

Setelah aku pulang ke rumah, aku tidak siap menghadapi cercaan dan makian orang lain.

Ayahku telah meninggalkan aku sejak aku berusia 10 tahun. karena ia sudah tidak betah lagi hidup bersama ibuku. Dan sebenarnya aku juga tidak betah hidup dengan ayahku! Karena dia selalu memukuli ibu di hadapanku secara langsung!

Sekarang yg kumiliki hanyalah Ibu. Ibuku sudah berusia 60 tahun. Ya, 60 tahun. Aku tidak bercanda.

Mungkin kalian bertanya tanya, bukankah aku dan ibuku ini layaknya sebagai cucu dan nenek?

Ya, orang yg ku anggap "IBU" adalah nenekku sendiri. Sejak kecil, nenek yg kupanggil dengan "IBU" itu slalu mengatakan padaku bahwa orangtua kandungku sedang pergi ke luar negeri mencari uang untukku.

Dan orang yg selama ini kupanggil Ayah, dia adalah Kakekku sendiri. Kakekku sangat membenci hidupnya bersama nenekku. Entah mengapa, tiap hari yg kurasakan adalah kecemasan bertubi tubi. Itu dikarenakan nenekku sering dipukul oleh kakekku yang suka mabuk.

Aku merasa dunia ini tidak adil. Dan baru ku sadari bahwa dunia memang benar benar sangat TIDAK ADIL!

*********

"Kenapa ini terjadi di hidupku?
Kenapa aku harus menerima cobaan berat ini?
Kenapa aku harus hidup jika aku tidak ada gunanya seperti ini?"

Sekiranya itulah pertanyaan yg selalu kuajukan pada Tuhanku, aku menentang takdirNya...
Aku berdoa pada Tuhanku, namun Ia masih diam saja melihat hambanya yg cacat ini.

*****

Sehari setelah aku pulang dari RS, aku memutuskan untuk mengurung diri di kamar. Aku meratapi nasibku yg tidak seberuntung anak lain diluar sana.

Aku masih bisa berjalan seperti orang normal. Tapi aku tidak bisa lagi menyapa orang lain dengan tangan kananku. Aku masih bisa memberi apresiasi terhadap sesuatu lewat jempol tanganku, namun sekarang aku tidak bisa menunjuk atau memilih sesuatu menggunakan kedua tanganku.

Seketika aku melihat pisau berada di meja belajarku, saat itu juga aku melihat hidupku akan ringan.

Apa yg mau dikata, semua telah terjadi. Aku frustasi, takut, cemas, sebal, menggerutu, menangis.
Rasanya aku ingin mati saja!

Angan anganku kosong, emosiku membeludak, tubuhku mati rasa, bayangan malaikat maut menghantui pikiranku yg tercela itu.

Akhirnya aku coba menuruti nafsuku sendiri. Aku ingin semuanya cepat GAME OVER!
AKU MENCOBA BUNUH DIRI!

Perlahan namun pasti, hawa dingin sekitar tubuh mulai merasuki nadiku. Seketika itu pula aku mencoba membuat goresan di tangan kiriku menggunakan kaki.

Aku merasa sakit, tapi sakit ini tidak seperih penderitaan di hidupku ini.
Perlahan lahan, darah mencuat keluar dari nadiku. Oh Tuhan kurasa kau sudah mengirim Malaikat Maut-Mu berada di kamarku sekarang .....

*****

"Dimana ini?" gumamku dalam hati melihat keadaan sangat gelap sekali. Sedang dimana aku? Apakah aku sudah mati?

Tiba tiba, munculah sepercik api di ujung lorong sana. Aku coba berjalan menuju arah itu. Sesampainya diarah itu, aku melihat ada obor.

Betapa terkejutnya aku!
Tanganku yg cacat kembali seperti semula! Aku merasa bahagia sekali. Namun di waktu bersamaan aku juga merasa bingung.

Aku coba memegang obor itu lewat tangan kananku. Dan aku mulai menyusuri lorong gelap ini. Di lorong gelap ini aku melihat sebuah foto keluarga. Entah aku tidak tahu keluarga siapa itu. Tapi mereka terlihat bahagia sekali.

Di lorong ini sebenarnya aku merasa takut. Namun apa daya, rasa penasaranku mengalahkan rasa takutku.

aku melihat di ujung lorong yg gelap gulita ini ada seberkas cahaya. Aku mencoba menuju kesana. Sesampainya disana, aku melihat taman yg indah sekali. Bisa jadi taman tersebut adalah taman terindah yg pernah ku lihat sepanjang hidupku

Tiba tiba aku didatangi oleh seorang laki laki dan perempuan yg berumur sekitar 30-45 tahun. Mereka mengajakku bermain main di taman itu. Aku senang sekaliii :)

Aku bercanda dengan mereka, aku bersenda gurau dengan mereka sampai perutku sakit. Hahaha sungguh inilah hidup yg ku impikan :)

Namun tiba tiba mereka menghilang begitu saja. Aku mencari mereka di seluruh sudut taman ini. Namun mereka tidak ada. Tiba tiba datanglah suatu cahaya.

****

Aku terbangun di suatu tempat yg aneh. Tabung oksigen berada disampingku, seolah ia memberiku hidup. Ku lihat nenek yg kupanggil "IBU" terlelap tidur disampingku sambil memegang kaki kiriku.

Pakaianku berwarna hijau, tempat ini putih. Dan, ah.... Ini pasti di rumah sakit. Aku mencoba menggerakan kakiku, lalu ibuku terbangun. Dia sangat bahagia sekali melihat aku sadar kembali. Akhirnya ibuku memanggil dokter, entah apalagi yg akan dilakukan dokter tersebut padaku lagi.

Esok harinya, ibuku mengajak aku untuk pergi ke taman di rumah sakit ini. Aku iya kan saja, siapa tau aku bisa bertemu laki laki dan perempuan di mimpiku itu.

Aku didorong ibuku menggunakan kursi roda, pergi keluar. Sesampainya di taman, hawanya sejuk sekali dan sangat indah. Lalu ibu berkata :

"Nak, ibu ambilkan sarapan dulu buat kamu ya. Kamu jangan kemana mana."
"Oh iya ini ada biskuit buat kamu. Kamu makan ini dulu ya." lanjut ibuku

"Iya bu." jawabku dgn singkat.

Lalu aku mengambil 1 biskuit dgn tangan kiriku.
Sial! Biskuit tersebut jatuh ke tanah-,-

Namun tiba tiba ada seorang perempuan berambut panjang yg mengambilkan biskuit itu untukku.

Dan inilah perempuan yg akan mengubah hidupku secara keseluruhan ....

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 30, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Seketika Aku Sadar, Aku Tak Pernah BerartiWhere stories live. Discover now