Bab Dua..

35 4 0
                                    

SASYA terbangun dari tidurnya. Dilihatnya jam dinding sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Dari setengah tiga sore tadi sampai tujuh malam, dia tertidur. Begitu terbangun, Sasya kaget dan keluar dari kamar. Rumahnya gelap gulita, hanya ada cahaya dari jendela rumah yang menerangi. Sasya langsung menghidupkan lampu ruang tengah dan teras depan, kemudian berjalan ke arah dapur. Dihidupkannya lampu dapur. Sebentar dia mengintip takut dari balik jendela, melihat keadaan teras belakang rumah Pak Burhan. Lampunya masih hidup. Berarti Pak Burhan belum tidur. Sasya menarik napas lega. Setidaknya dia jadi sedikit lebih berani untuk keluar ke teras belakang untuk menghidup- kan lampu. Seperti biasa, dia hendak memberi makan ikan-ikan mas kesayangannya terlebih dahulu sebelum masuk lagi ke rumah. Di keheningan malam itu, hanya terdengar suara gemercik air dan suara napas Sasya.

Brukk! Tiba-tiba sebuah suara mengejutkan Sasya. Nyaris dia tewas di tempat karena ketakutan.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa..!!!" Sasya teriak sejadi-jadinya.

Makanan ikan yang dipegangnya jatuh ke dalam kolam. Porsi makan ikan-ikannya terlalu banyak malam ini.

"Sasya? Kenapa, Nak?" tanya Pak Burhan langsung dari seberang dinding.

"Aaaaaaaaaaaaaaa!!! Pak, Pak, Sasya takut!" jawab Sasya histeris.

Dia yang tadinya duduk berjongkok di samping kolam, sambil menutup telinga dan memejamkan matanya kuat-kuat. Sasya terlalu penakut.

"Takut kenapa, Sya? Ada apa?" Pak Burhan mulai ikut panik.

"Tadi ada suara... aaaaaa, takut, Pak!" jawab Sasya nyaris menangis.

"Ya ampun, Sya. Tadi itu suara bola basket yang kena dinding batas rumah kita ini. Tadi Bapak tidak sengaja menendangnya. Bapak lagi beres-beres," jawab Pak Burhan menahan tawa.

"Ah, Pak Burhan bikin Sasya takut, nih!" Sasya men-jawab sambil menghapus air matanya.

"Sasya takut, Pak, Sasya sendirian," lanjut Sasya.

"Jadi, kamu sendirian? Pasti kamu tadi ketiduran, kan? Soalnya lampu rumahmu sampai jam tujuh masih mati."

"Iya, Pak. Sasya tidurnya kelamaan, hehehe.. Pak, Sasya boleh masuk, nggak? Sasya belum makan, Pak, ini kan sudah jam setengah delapan. Sasya juga belum mandi," jawab Sasya dengan malu.

"Ya, ampun, Sasya. Ya udah, silahkan deh. Oh, iya, kita makan di luar aja, gimana? Kebetulan bapak juga mau cari makanan, nih," ajak Pak Burhan.

"Wah, boleh, Pak, boleh! Tapi Sasya mandi dulu ya, Pak." Sasya langsung menerima tawaran Pak Burhan dan tersenyum ke arah dinding.

Dinding? Ngeri juga kalau sampai ada yang melihat Sasya melemparkan senyum kepada dinding.

"Iya, Bapak tunggu. Nanti telepon saja Bapak, biar bapak yang langsung ke rumah kamu. Bapak mau ngeluarin mobil dulu, ya," jawab Pak Burhan penuh semangat.

"Siap, Pak!" Sasya berlari kecil menuju kamar mandi.

Setelah selesai mandi, Sasya langsung mengganti pakaiannya dengan jilbab warna pink, baju berwarna pink dan celana jeans hitam. Sasya memasukkan dompet dan handphone-nya ke dalam kantong jeans-nya. Sasya mengunci pintu dapur dan langsung berjalan ke pintu depan. Sasya yang sudah berada di luar baru teringat dia harus melapor kepada mamahnya dulu sebelum pergi. Sasya mengetik pesan untuk mamahnya.

Mah, Sasya pergi beli makan sama Pak Burhan boleh?

Boleh, Nak. Hati" ya Nak!


Love & HateWhere stories live. Discover now