3

403 17 8
                                    

Author pov

Setelah pulang sekolah Selia selalu pulang ke apartemen miliknya. Apartemen itu dibeli oleh papanya, apartemen itu berada di lantai 25 nomor 5. Dulu disaat keluarga mereka masih lengkap, mereka sering berkumpul di apartemen nya atau pun tempat saudaranya karna dari nomor 1dan 5 itu dimilik oleh keluarga viotama, tetapi setelah anak kedua meninggal yaitu Senia. Nomor 2 dari apartemen itu tidak dijual dan mereka sering berkunjung ke kamar itu tetapi tidak dengan Selia. Karna Selia tidak diberikan izin untuk masuk kekamar itu.

Di dalam apartement, selia hanya diam dan memandangi foto foto dia dan keluarganya

"Kapan kita bisa kayak gini lagi, selia kangen hiks... Selia kangen bisa ngumpul kayak gini" kata Selia dengan tangis yg tidak bisa dia pendam

Keseharian Selia selalu dihabiskannya dengan berada diaprtemet dan dia juga bekerja paruh waktu. Selia bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Orang tuanya tidak memberikan sepeser pun uang kepadanya, tetapi Arkan tetap memberikan uang kepada selia tetapi Selia tidak pernah memakai uang itu

Setelah mandi dan bertukar pakaian Selia pun segera pergi menuju cafe yg menjadi tempat kerjanya. Di cafe itu Selia menjadi seorang pelayan, setelah menempuh 20 menit dengan berjalan kaki akhirnya ia pun sampai di cafe tersebut.

Selia pun segera pergi ke belakang untuk menukar bajunya, setelah itu ia pun melakukan pekerjaannya

"Lo baru nyampek sel" tanya tina yg bekerja di cafe itu juga

"Iya na"

"Yaudah sana ganti baju ntar Lo dimarahin bos lagi"

"Oke na" kata Selia dengan tersenyum dan berlalu untuk mengganti bajunya.

Ini lah Selia yg terlalu tersenyum saat diluar rumah, ia mencoba tegar dengan semua ini ,tapi selalu menangis saat dirumahnya.

Setelah mengganti bajunya ia pun segera melakukan pekerjaan nya, mengilapi meja saat tamunya sudah pergi, mengantarkan makanan ataupun minuman ke meja pelanggan nya. Ia bekerja untuk memenuhi kebutuhan nya, ia diberikan uang oleh kakak tertuanya yaitu Arkan tetapi uangnya tidak pernah dipakainya karena ia tak ingin lagi dibenci oleh keluarga nya. Orang tua nya tidak pernah memenuhi kebutuhan nya, ia dianggap Pembawa bencana dirumah itu, dianggap pembunuh. Ia ingin memeluk ibunya ataupun ayahnya tapi apalah daya nya jangankan memeluk melihat wajahnya saja enggan.

Setelah pekerjaan nya selesai ia pun segera pulang ke rumahnya, inilah yg paling dibenci nya karena harus mendengar keluarga nya yg selalu menghina nya. Ia pulang menggunakan angkutan umum karena jaraknya lumayan jauh dan harinya juga sudah malam, kira kira sekarang jam 7 Malam.

Setelah sampai dirumah, ia pun segera masuk dan saat akan menaiki tangga untuk menuju kamar nya. Hatinya selalu saja sakit saat melihat kedua orang tuanya dan beserta Kakak kakaknya makan malam dengan harmonis, sedangkan ia? Ia hanya bisa berharap ada diantara keluarga nya. Ia pun Menaiki tangga itu tetapi saat pijakan yg ke 3

"Dasar, udah pembunuhan eh sekarang malah jadi penguntit" kata Senia dan Sella pun memberhentikan langkah nya

"Gak punya tata Krama, main masuk aja. Sialan amat" itu suara Arsen

Selia yg mendengar itu pun menahan rasa sakit yang ada dihatinya dan menahan air matanya agar tak keluar

"Udah, gak usah dianggap. Dia kan pembunuh, kalian jangan cari masalah sama dia Mama gak mau anak mama dibunuh sama dia" kata Sarah yg notabene nya adalah mamanya Selia. Hancur sudah pertahanannya,air matanya mengalir karena hatinya teramat sakit.

"Hikss... Selia bukan pembunuh" cicitnya sambil menggenggam pegangan tangga

"Gak usah nangis, air mata Lo itu air mata palsu" kata Senia

WHY.....?Where stories live. Discover now