Satria sedang bermain catur bersama temannya di sebuah pos kambling komplek rumahnya. Matanya serius menatap pion lawan.
"SKAK!" Seru temannya, Satria hanya mengerang kesal dan mengacak-mengacak rambutnya. "Bego! Gue kalah lagi!" Jodi menatap Satria dengan tatapan mengejek, "Gak pro sih!"
If happy ever after did exist
I would still be holding you like thisTerdengar suara emas dari Adam Levine dari saku celana Satria. Ternyata ponsel Satria berbunyi.
Ningrum's calling...
"Halo."
"Sat! Lo buru ke rumah sakit Mitra Kasih sekarang! Urgent!"
"Eh pelan-pelan! Kenapa sihh?!"
"Adek lo! Adek-adekan lo nih!"
"Kenapa dia!? Kenapa!!!!"
"Pingsan. Hidungnya berdarah karena kedinginan."
"Lo jangan bercanda ya!"
"Lo potong telinga gue kalo gue bercanda! Buruan kesini!"
"Iya! Gue kesana sekarang!"
Satria menutup telponnya, "Jod. Ntar malem lanjut lagi ya. Gue ada urusan mendadak." Jodi mengangguk, "Oke!" Dengan langkah terburu-buru, Satria langsung membawa motornya kearah rumah sakit yang diberitahu oleh Ningrum tadi.
***
Satria merasa sedih melihat gadis yang sudah ia anggap adik kandungnya tergeletak di atas tempat tidur rumah sakit dengan tenang. Ia takut, takut kehilangan sesosok adiknya ini.
"Kata dokter dia cuma depresi aja. Dia udah baikan. Cuma butuh istirahat aja."Ningrum mencoba menenangkan temannya. Dan kemudian, ada sebuah pergerakan dari gadis yang sedang terbaring di tempat tidur itu.
"Pi. Udah sadar?" gadis itu menoleh, Ningrum memandanginya dengan wajah khawatir, begitu juga dengan Satria yang berdiri disamping Ningrum. Gadis itu mengangguk sebagai jawaban. "Kenapa sih?"ucap Satria gusar, Gadis itu menggeleng. "Udah sat. Jangan ditanya-tanya dulu. Lagian dia baru sadar juga."Ningrum menenangkan Satria.
Satria meninggalkan kamar perawatan dengan gusar dan langkahnya cepat. Wajah gadis itu mengkerut dan terlihat kekhawatiran dan penuh curiga. Begitu juga dengan Ningrum. "Firasatku tak enak. Mending kamu susul dia."Ningrum mengangguk, "Aku akan telepon Pamela buat nungguin kamu disini." Gadis itu mengangguk. Ningrum langsung mengemas semua barangnya dan menyusul Satria. Ningrum mencari sebuah kontak di ponselnya.
"Halo Mel! Lo kerumah sakit Mitra Kasih sekarang ya. Gue mohon banget. Ini si Keropi kecelakaan. Gue ada urusan jadi lo bisa gak jagain dia gitu."
"Ohh. Bisa kok. Kebetulan gue lagi disini."
"Tolong banget ya mel! Gue buru-buru. Nomor kamar 208 kelas A."
"Sip atur bos."
Ningrum segera membuka kontak Satria, dan mulai mencari keberadaan Satria dengan melacak nomor ponselnya. Ningrum mengangguk pelan.
Si matahari menyengat.
***
Satria berhenti disebuah rumah berwarna abu-abu dan merah. Di tendangnya pagar rumah itu tanpa berpikir. "Woi banci sialan! Keluar lo sialan!" seru Satria sambil terus menendang pagar besi yang sudah mulai lepas akibat tendangan Satria. Kemudian muncul sesosok lelaki bertubuh tinggi dari dalam rumah itu, "Apa-apaan ini! Ngapain lo nendang pagar rumah gue sialan!" Satria tersenyum sinis, "Gue yang harusnya nanya, Lo pacaran sama bocah ingusan itu ha?" mata lelaki itu melebar tak percaya, "Apaan?! Siapa yang ngasih tahu lo ha!"
"Gak penting siapa yang ngasih tahu gue. Yang jelas lo baru aja nyaris bikin nyawa orang melayang." Lelaki itu melipat tangannya, "Dan lo juga bakal bikin nyawa gue melayang karena di hajar bokap gue karena ulah lo nendang pagar rumah!!" Satria memutar matanya, "Lo pikir gue perduli nyawa lo?! Gak bakal!" Satria maju selangkah, "Lo sadar gak, ada cewek yang bener-bener sayang sama lo selama bertahun-tahun lamanya!? Hahh?!! Jangan mentang-mentang lo ada yang ngejar lo bertingkah! Dan sekarang lo malah pacaran sama bocah ingusan yang belum tentu setia juga sama lo!?" dahi lelaki bertubuh tinggi itu mengkerut, "Lo kesini, cuma mau belain cewek alay yang katanya suka sama gue itu!? HAHAHAAHA!"
Bughh!
Sebogeman mentah mendarat di rahang lelaki itu, Satria tak mampu menahan emosinya lagi. Ia sudah lelah menahan semuanya. "Lo pikir dia sampah! LO TUH YANG SAMPAH! DITOLAK BANYAK CEWEK! COBA AJA DEH YA GAK ADA DIA! MUNGKIN SAMPAI SEKARANG JUGA LO MASIH PECUNDANG! LO AJA GAK BISA KAN NYATAIN PERASAAN LO KEDIA DULU! MALAH LO NGEJAUH! DAN DARI SITU GUE LIHAT BETAPA PENGECUTNYA DAN BODOHNYA LO ITU!" Satria kembali menghajar lelaki itu sampai ada luka sobekan di ujung bibir lelaki itu.
"Ingat! Lo bakal nyesal!" Satria berbalik dan ia melihat, Ningrum berdiri dengan wajah yang sulit diartikan sambil menyenderkan tubuhnya di motornya sendiri. "Dapat hadiah dari gue. Kerenkan?" Ningrum mendecak, "Terserah elo!"
***
"LO SERIUS KAN? LO PASTI LAGI BERCANDA!?"seru Ningrum tajam. Satria mengangguk, "Itu kenyataannya, makanya gue overprotective banget sama dia. Dia itu sendiri. Dibalik senyum dia, ada luka yang mendalam. Tiap gue nanya, pasti dia bilang gak apa. Dan pas gue tahu dia suka si bangsat itu, awalnya gue recokin terus gue ejek. Lalu, gue sama dia dekat, dan gue sayang sama dia sebagai adek gue sendiri. Dari itu gue selalu jagain dia. Dan lo tahu, semua saudaranya gak ada yang perduli satupun sama dia. Maka dari itu, gue bakal ngehajar siapapun yang nyakitin dia. Termasuk mantan sahabat gue sendiri." Ujar Satria panjang lebar.
Bibir Ningrum tak henti mengucap istighfar setelah mendengar penuturan dari Satria barusan. Ternyata, sahabatnya menghadapi peristiwa yang cukup berat. "Yaudah. Ayo cabut balik kerumah sakit. Kasihan tuh Pamela udah nungguin."
Yah segitu aja ya chapter ini. Sebenarnya cerita ini udah selesai kubuat. Tinggal publish aja. Next chapternya akan ku publish hari ini✌✌
-s.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Scars [Completed]
Kurzgeschichten"Luka ini cukup menyakiti hatiku, adakah kebahagiaan didalam hidupku?" Short Story Written In Bahasa Copyright by hellotherelads, all rights reserved ©2017-TheScars by hellotherelads