Aku sudah keluar dari Rumah sakit setelah tiga hari perawatan intensif disana. Katanya, aku kelelahan. Jadi harus melakukan pemulihan. Ya benar aku kelelahan. Lelah akan hidup maksudnya.
"Gausah mikirin apa-apa dulu. Pokoknya lo istirahat! Gue gak mau ya denger lo ada apa-apa lagi!"celoteh Satria sambil mengemas barang-barangku yang tergeletak di kasur. Aku hanya bisa mengangguk pasrah, "Iya. Terserah lo aja." Satria membantuku menyelonjorkan kakiku dan menyelimutiku. "Gue kebawah dulu. Nyiapin makan buat lo. Lo tidur aja ya." Aku mengangguk sambil menatap punggung Satria yang berjalan menjauh keluar kamar dan menutup pintu kamar.
Dan mataku terpaku dengan foto orang yang sudah membuatku jatuh bangun yang terletak di nakas. Mungkin Satria tak menyadari hal itu. Kalau ia tahu, mungkin akan terjadi pertengkaran antara aku dan Satria.
Dan, air mataku kembali menetes tak karuan...
"Vi. Kamu main lgr lagi?"
"Iya. Hehe."
"Main bareng yuk!"
"Boleh. Ajarin aku ya."
"Oke."
Aku mengambil bingkai foto itu dan memeluk benda itu. Oh Tuhan, aku rindu lelaki itu. Rindu akan senyumnya yang ia berikan untukku. Aku rindu akan matanya yang indah dan berwarna hitam kecoklatan itu. Rindu akan memori indah yang kami ciptakan walau hanya dari dunia maya. Kami hanya saling bertatapan jika bertemu langsung, mata yang berbicara, karena mulut kami seakan terkunci.
"Aku kangen kita yang dulu. Kangen dimana kamu perhatian. Aku rindu saat kamu khawatir saat aku membuat postingan tentang rasa kecewa."Aku kembali memeluk bingkai itu, membayangkan seseorang itu benar-benar sedang memelukku.
"Siapa yang bikin kamu nangis?"
"Gak kok. Itu sahabat aku yang dibikin nangis sama cowoknya."
"Ohhh. Gituu."
"Iyaaa."
"Dan aku rindu saat kamu menyapaku saat pagi hari."
"Selamat pagi."
"Pagi jugaaa."
"Jangan lupa sarapan yaa."
"Iya kamu juga."
Pikiranku kacau. Benar-benar kacau sekali. Dan aku memutuskan untuk meletakkan bingkai foto itu dibawah bantalku dan segera pergi tidur.
+++
2 years later...
"Nak. Kamu udah lulus kan? Kamu kesini aja deh, sama bapak."
"Aduh pak. Kan saya gak enak kalo balik malam ngetuk pintu."
"Hmmm. Yaudah, kamu nempatin rumah nenek aja. Gapapa sendirian kan disana?"
"Bukannya udah dijual ya pak rumahnya?"
"Gak jadi. Gak laku-laku tuh."
"Gapapa pak. Saya tinggal disana ajaaa."
"Yakin?"
"Iya pak!"
"Yaudah, bapak beli AC sama keperluan kamu dulu ya. Bapak mau besok kamu perginya."
"Iya pak. Lagian disini saya udah gaada siapa-siapa."
"Oke. Bapak tutup teleponnya."
Aku menutup telepon itu, pamanku menelpon menyuruhku untuk tinggal didekat rumahnya, Bekasi. Aku segera berkemas, untuk mempersiapkan semuanya. Total semua koper kubawa ada 5 koper, karena hampir semua pakaian kubawa semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Scars [Completed]
Короткий рассказ"Luka ini cukup menyakiti hatiku, adakah kebahagiaan didalam hidupku?" Short Story Written In Bahasa Copyright by hellotherelads, all rights reserved ©2017-TheScars by hellotherelads