Danielle pov
Seketika kakiku melemas setelah mendengar rangkaian kata yang terucap langsung dari bibirnya. Benjolan besar terasa mendesak ditenggorokan. Gumpalan air mata pun mendesak keluar. Pandanganku kearahnya mulai buram tertutup air mata yang tetap aku tahan agar tidak terjatuh. Namun hal itu tidak bertahan lama. Air mata jatuh begitu saja dari pelupuk mataku. Posisi tubuhku masih menghadapnya dan tak mampu melakukan apapun.
"Ku mohon jangan tangisi aku, aku tak layak untuk ditangisi. Semua yang kulakukan memang seharusnya tidak aku lakukan. Kau mengerti itu dan aku tahu." Louis memeluk tubuhku erat dan aku menumpahkan semua perasaanku saat itu.
"Kau akan pergi?" dengan sisa suara yang parau aku melontarkan pertanyaan yang sama sekali tidak ingin aku dengar jawaban sesungguhnya.
"Ya, kau akan baik saja disini. Maafkan aku harus pergi."
Pelukan kami terlepas dan saat itulah saat yang tidak ingin aku lewati. Ia melangkah menjauh dariku dan jelas aku menatap kearah mana dia menghilang. Setelah ini, semua yang kami lakukan akan menjadi kenangan. Kenangan yang akan aku simpan rapi seiring berjalannya waktu.
Sosok yang kutatap benar-benar hilang dihadapanku. Dengan jelas ia melangkah menjauhiku dan membuat semuanya menjadi kenangan. Sesegera mungkin aku pergi dari tempat itu. Dengan tetap membiarkan pelupuk mataku mengeluarkan air matanya. Aku terus berjalan dengan langkah yang lebar. Membiarkan rambutku terhempas angin musim dingin yang akan segera tiba.
Semua terasa singkat, bahkan dalam waktu yang tak bisa dikatakan singkat.
...
to be continue..
-w.