Long chapter(1)
Danielle povSudah hampir 30 menit semenjak Niall memutuskan sambungan telpon kami, namun dia belum juga sampai didepanku. Aku mencoba mengalihkan perhatian pada orang-orang di kedai. Seperti biasanya, orang-orang selalu memiliki kegiatan menarik untuk dilakukan dan aku hanya memperhatikan dari tempatku.
Tak lama suara pintu kedai terbuka menampakkan sosok yang aku tunggu.
"Tepat 30 menit," ucapku ketika ia memposisikan bokongnya dikursi depanku.
"Tentu," jawabnya santai sambil mengambil satu bar roti dipiringku dan memasukanya kedalam mulut. "Jadi, apa masalahmu?"
"Tidak, sepertinya atasi rasa laparmu terlebih dahulu," kusodorkan daftar menu kedai ke arahnya dan disambut tawanya yang keluar begitu saja.
Ia sibuk dengan pilihan menu didepannya. Aku hanya memperhatikannya sekilas dan sesekali melihat kearah luar. Namun saat itu perhatianku kembali pada Niall yang menyebutkan pesanannya pada wanita berambut pirang pendek yang melayaninya. Aku menaikkan alisku ketika ia selesai mengucapkan deretan pesanannya dan tentu saja ia memandangku dengan tawaan kecilnya. Ku balas dengan memutar bola mata.
"Kau rakus"
"Tidak, bukan aku yang memesan semua itu."
"Kau pikir aku yang memesan?"
"Tidak, kau salah. Tepatnya cacing diperutku yang meminta semua itu," kekehan kecil kembali terdengar darinya, seperti biasa yang aku lakukan padanya jika seperti itu hanya memutar kedua bola mata darinya.
"Niall," aku mulai membubuhkan nada serius diperkataanku.
"Huh?"
"Kau tahu Louis pergi?"
"Ya, tentu. Kenapa? Kau tahu jelas tentang semua itu bukan?"
"Ya, tentu saja aku tahu," aku membuang pandangan kearah luar darinya.
"Hey, hey! Ada apa? Kalian baik-baik saja?"
"Tidak denganku, tapi aku berusaha terlihat baik didepannya," aku menarik napas untuk melanjutkan ucapanku. "Dia pergi dengan alasan yang harus aku mengerti, dengan itu aku mengizinkan ia untuk melakukan hal itu. Tapi itu membuatku sadar setelahnya, kau tahu."
"Jadi maksud kau-"
"Yes, we're officially over," potongku terhadap ucapannya.
"No, can't believe," ia berkata sambil mengacung-acungkan kentang yang ia ambil dari piringnya.
"We do," ucapku dengan nada pasrah di ujung kalimat. "Kupikir semua ini akan kembali seperti semula dan ya, aku percaya itu. Suatu saat nanti, semua akan kembali pada seharusnya. Walaupun memang pada kenyataan memang bukan yang aku inginkan," aku berusaha membubuhkan senyum diwajahku saat aku mengakhiri kalimatku, setidaknya aku dapat meyakinkannya bahwa semuanya baik-baik saja.
***
Setelah semuanya trlah kuceritakan pada Niall, kami memutuskan untuk pergi dari kedai. Memang sebelumnya aku sudah tidak nyaman berlama-lama di dalam sana. Aku mengurus semua tagihan atas pesanan kami tadi, sedangkan Niall berjalan keluar menuju tempat dimana ia memarkirkan mobilnya.
"$24.2," wanita dibalik mesin kasir mengatakan berapa total yang harus aku bayar. Tidak sedikit, tapi itu setara dengan apa yang kami pesan, namun hampir tiga perempat pesanan kami merupakan makanan yang disebutkan Niall. "Thanks."