Bagian 4: Pertemuan (Tersedia PDF)

89.8K 8.7K 213
                                    

Pertemuan

Menerima ajakan minum kopi yang Fabian tawarkan ternyata bukan hal yang baik. Anaya jadi kesulitan bernafas dengan jantung yang terus berdegup tanpa henti. Matanya ingin sekali menatap Fabian, meneliti tiap detail wajah pria itu. Namun, Anaya malah ketakutan dan yang menjadi objek pandangannya hanya gelas kopinya yang sudah tinggal terisi setengah.

"Kita belum pernah bicarakan sebelumnya, ya?" Pertanyaan Fabian memecahkan keterdiaman mereka.

Anaya tersenyum, mengiyakan perkataan Fabian barusan.

"Saya tidak percaya bisa ketemu kamu lagi, soalnya dulu waktu SMA saya suka liat kamu lalu-lalang di depan kelas, jadi masih keinget sampai sekarang."

Anaya menelan ludahnya, dulu dia sengaja berlalu-lalang ke depan kelas hanya untuk melihat wajah Fabian, mengintipnya diam-diam.

"Saya juga nggak percaya kamu kenal sama saya," Anaya membalasnya dengan nada yang lebih baik, tidak bergetar dan takut-takut seperti percakapan mereka sebelumnya.

"Saya harus banyak kenal sama orang, dulu banyak sekali guru yang melibatkan saya dengan siswa lainnya," jawabnya.

Anaya mengangguk. Jangan lupakan fakta ketua OSIS paling berprestasi yang melekat pada diri Fabian, siswa paling dibanggakan oleh para guru. Tidak jarang juga Fabian menjadi 'teman curhat' para guru terhadap murid-murid mereka dan sekalian ikut melibatkan Fabian ke dalam masalah tersebut.

Seingat Anaya, Fabian bahkan pernah diajak menjadi perwakilan siswa untuk menemui orang tua salah satu murid yang mengalami masalah serius dengan pergaulannya. Fabian datang memberikan solusi dan penyemangat agar murid yang tidak pernah datang ke sekolah karena terjerat pergaulan bebas itu mau kembali ke sekolah dan meninggalkan lingkungan sesatnya itu.

Selain itu masih banyak lagi aksi heroik Fabian yang cukup menjadikan Anaya sebagai pengagum rahasianya selama hampir tiga tahun masa putih abu-abu mereka.

"Kamu kerja dimana sekarang?" Fabian menatap Anaya dengan pandangan bertanya.

Ini adalah pertanyaan yang paling Anaya suka, karena apabila membicarakan soal pekerjaan Anaya merasa sangat bahagia dan bangga dengan pencapaiannya.

"Saya buka usaha wedding organizer saat ini," jawabnya.

"Oh ya? Apa nama WO kamu?" Fabian terlihat tertarik dengan jawaban itu.

"A&Y Wedding Organizer."

"Kantor kamu di arah daerah sudirman?" Tanya Fabian memastikan.

Anaya mengangguk, gedung kantornya memang ada disana, sedikit shock karena Fabian mengetahui hal tersebut.

"Wah, bukannya itu salah satu usaha Wedding Orgainzer terbaik di kota ini? Teman-teman saya pernah menggunakan jasa perusahaan kamu dan mereka nggak berhenti-henti muji hasilnya."

Anaya tersenyum, merasa bangga sekali dengan perkataan Fabian barusan.

"Sampaikan salam terimakasih kepada teman-teman kamu itu," balas Anaya. "Kamu sendiri bagaimana? Akhirnya cita-cita menjadi dokter tercapai juga."

Fabian menatap Anaya sebentar lalu berkata dengan bingung. "Kamu tahu dari mana saya bercita-cita menjadi dokter sejak dulu?"

Love LettersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang