Bagian 2: Kapan Nikah? (PDF)

112K 9.1K 136
                                    

Kapan Nikah?

"Tim Dua udah persiapan buat acara minggu depan?" Tanya Anaya ketika dia melintas di depan ruangan khusus karyawan untuk menghabiskan jam santai mereka.

Terlihat beberapa orang sedang berkumpul disana, dua orang pria dan empat orang wanita, tiga diantaranya merupakan anggota Tim Dua yang bertugas menghendel sebuah acara pernikahan yang akan diselenggarakan minggu depan.

Wanita berambut pendek mengangguk, namanya Zia, merupakan bagian dekorasi dalam acara ini. "Udah Mbak, persiapan udah siap semua. Tinggal nunggu konfirmasi dan tambahan dari pihak pengantin," jawabnya.

Anaya mengangguk. "Bagus. Jangan lupa  promosi ya nanti, soalnya itu acara anak pejabat. Kalian harus peka kalau ada tamu yang nanya-nanya soal persiapan dan konsep pernikahan, anggap aja nanti kalian sekalian bertugas sebagai marketing," sarannya.

Rekan-rekan yang ada di hadapannya tertawa, lalu mengangguk paham sebelum Anaya beranjak pergi dari tempat itu.

Sore ini Anaya ada janji dengan sabahat baiknya--Wulan, mereka sudah berteman sejak SMA dan gadis itu sebentar lagi akan menikah. Wulan sebenernya bisa menyiapkan pernikahannya sendiri bersama keluarganya namun Anaya bersikukuh untuk membantunya secara cuma-cuma dengan alasan solidaritas sekaligus sebagai kado pernikahan.

Bagi Anaya, ini bukan kali pertama dia menangani kasus pernikahan teman-teman sekolahnya. Beberapa kali Anaya sempat memberikan diskon kepada pelanggannya dengan berbagai alasan, teman SD, teman SMP, teman Kuliah dan semacamnya. Hal ini terus menyadarkan Anaya bahwa harusnya dia juga sudah menikah.

Namun memikirkan fakta itu membuat kepalanya jadi pusing lagi, jenis kepusingan yang paling dibenci karena tidak tahu dimana harus membeli obatnya. Mungkin cukup dibawakan seperangkat pria berserta keluarga untuk melamar ke rumahnya.

Hampir setiap minggu Wedding Organizer yang dikelolah oleh Anaya mendapat job dari berbagai pihak, Anaya sendiri merasa sangat senang dengan hal itu. Kini dia sudah tidak perlu langsung turun tangan untuk mengawasi segala persiapan pernikahan orang lain, cukup teman-teman dari Tim WO nya saja yang menghendel, sementara dia mengawasi dalam diam. Inilah enaknya jadi atasan.

Mungkin Anaya terbilang cukup sukses untuk jenjang karier. Berkuliah di bidang bisnis dan manajemen membuat insting berwirausahanya di masa muda begitu kuat hingga terciptalah usaha WO yang kini digelutinya. Awalnya memang sulit, bayangkan wanita muda di awal umur dua puluhan dan belum menikah didorong untuk mempersiapkan pernikahan, tentu terasa begitu merepotkan dan juga menyusahkan. Akan tetapi, Anaya menikmati semua prosesnya, jatuh bangun, terjun lalu terbang seperti sekarang. Kalau dihitung-hitung selama hampir tujuh tahun ini usaha WO yang dia bangun sudah bisa menghasilkan penghasilan yang begitu fantastis, terbukti dari rumah minimalis dan mobil honda jazz yang mampu dia beli dengan penghasilannya sendiri dan jangan lupakan isi tabungannya yang selalu penuh.

Anaya memasuki honda jazz merahnya, sebuah warna yang menjadi list paling favorite. Merah itu berani, mencerminkan keseksian dan gelora seseorang. Anaya selalu tegila-gila akan hal yang berwarna merah, hingga dia berjanji akan membuat tema pernikahannya bernuansa merah nantinya. Iya nanti.

Sekitar sepuluh menit Anaya habiskan untuk pergi ketempat yang sebelumnya dia janjikan dengan Wulan, temptnya disebuah caffe di pinggiran kota. Caffe yang sejuk dan tenang, tempat yang begitu pas untuk berdiskusi.

Love LettersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang