Bagian 5: Kerja Keras (Tersedia PDF)

71.5K 8.1K 69
                                    

Kerja Keras

"Kamu mau menikah?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Anaya setelah ia mendengar kalimat terakhir dari pria itu.

Fabian menatapnya sebentar, lalu mendadak tertawa dengan kencang hingga menunjukan barisan giginya yang berjajar rapi. Anaya menatapnya terkejut sekaligus heran.

"Oh, maaf," ujar Fabian setelah berhasil menghentikan tawanya, dia terbatuk sebentar sebelum kembali fokus menatap Anaya yang terlihat cukup kebingungan.

"Bukan saya yang akan menikah," ucap Fabian, senyum simpul terbit di wajahnya yang tampan, menimbulkan getaran kecil di hati Anaya ketika kilas balik senyum yang sama terputar di kepalanya. Senyuman Fabian di masa putih abua-abu.

"Kakak perempuan saya akan menikah tiga bulan lagi, dia ada masalah dengan wedding organizer sebelumnya. Kakak saya dulu sempat meminta jasa perusahaan kamu sebelum menggunakan WO ini, tapi mereka bilang kalian memiliki jadwal full untuk tiga bulan ke depan."

Lalu sorot mata Fabian berubah penuh pengharapan. "Apa kira-kita kamu bisa membantu saya untuk itu?"

Anaya menatap Fabian ragu, biasanya dia tidak pernah berurusan langsung dengan klien dalam tahap persetujuan, marketingnya akan mengurus semua ini dan dia bersama tim lainnya tinggal menentukan waktu untuk bertemu dan membahas konsep pernikahan, jika permintaan kakak Fabian sebelumnya telah ditolak pasti ada alasan lain di balik itu. Karena, biasanya marketing mereka tidak langsung bisa menerima tawaran kerja, ada aspek-aspek yang harus mereka pertimbangkan, termasuk waktu dan kecocokan.

"Hmm, memangnya ada masalah apa dengan WO sebelumnya?" Tanya Anaya ragu, meskipun dia sangat mau berurusan dengan Fabian dan keluarganya tapi Anaya juga tidak akan sembarangan mengambil langkah untuk kepentingan usahanya.

"Konsep yang mereka tawarkan tidak sesuai dengan keinginan Kakak saya, mereka bahkan sudah menggantinya beberapa kali. Tapi, kamu tidak perlu cemas Kakak saya tidak terikat kontrak apapun pada mereka, jika batal pun Kakak saya siap menanggung biaya ganti rugi untuk mereka."

Anaya diam sesaat, memikirkan permohonan Fabian yang terlihat begitu tulus. Pria itu bahkan terus menatapnya penuh harap.

"Baiklah, aku rasa nanti bisa aku bicarakan dengan tim yang lain," putus Anaya akhirnya.

Fabian tersenyum dengan lebar, "Terimakasih. Tolong kabari saya secepatnya, Kakak saya pasti senang mendengar ini, dia benar-benar mengharapkan pernikahannya bisa di hendle oleh WO hebat milik kamu."

Anaya membalas senyum Fabian, ahhh hatinya jadi bergetar lagi.

***

"Jadi kamu pernah nolak tawaran mereka?" Tanya Anaya pada Lita, marketing perusahaan yang kini sudah duduk di dalam ruang kerjanya.

Setelah mengalami percakapan yang cukup panjang bersama Fabian kemarin, Anaya langsung menanyakan prihal penolakan marketingnya pada acara Kakak Fabian, nama wanita itu Fina dan calon suaminya bernama Akbar. Anaya langsung bertanya pada para karyawannya dan Lita tanpa kesulitan langsung mengingat dua orang tersebut sebagai salah satu calon kliennya.

"Orangnya agak ngerepotin, Mbak," aku Lita dengan ragu.

Anaya mengangkat sebelah alisnya, selama ini dia tidak pernah mempermasalahkan soal jumlah targetan klien yang harus dicukupi oleh marketingnya, tanpa perlu banyak mencari orang-orang sudah anteri untuk menggunakan jasa WO Anaya dan tidak jarang juga mereka menolak beberapa tawaran kerjasama dengan berbagai alasan.

"Ngerepotin gimana maksud kamu?" Tanya Anaya bingung.

Lita menghebuskan nafasnya sejenak lalu berbicara dengan pelan, "Mereka punya ekspektasi tinggi untuk pernikahan mereka, tapi sering nggak masuk akal, terus begitu sudah disepakati mereka juga mendadak ganti konsep, awalnya mereka minta persiapan waktu untuk delapan bulan lagi tapi mendadak mau dipercepat jadi tiga bulan, kita agak sulit buat memenuhi semua keinginan mereka kalau dalam waktu sesingkat itu."

Anaya mengangguk mengerti, setiap pengantin memang memiliki ekspektasi tinggi untuk acara sakral mereka, namun sering kali ekspektasi ini tidak sesuai dengan waktu dan kondisi, sehingga membuat pengurus WO kerepotan, mungkin inilah alasan Lita membatalkan kerjasama itu.

"Aduh gimana ya, Ta? Adiknya ini temen aku. Dia minta tolong buat handle acaranya. Emangnya mereka mau minta konsep apa ya?"

Lita menerawang, memikirkan sejenak apa yang pernah pasangan itu sampaikan padanya.

"Mereka minta tema little mermaid, Mbak. Harus ada kolam renang dan gelembung sabun, selain itu juga mau buat pelaminannya kayak cangkang kerang."

Anaya merasakan mulutnya terbuka tanpa dikomando, matanya menatap Lita yang sudah terlihat kesal dengan ucapannya sendiri.

"Serius, dananya besar banget itu." Katanya tidak yakin.

Lita mengangguk, "Iya, Mbak. Tapi mereka bilang nggak masalah soal dana, mereka sanggup berapa aja budget yang kita kasih."

"Wah, bahaya ini. Kalau acaranya sukses sih bagus, tapi kalau kita gagal bisa jelek nama kita nanti."

Lita mengangguk, "Itu yang aku takutkan juga, Mbak. Makanya lebih baik aku lepas dari pada kita ambil resiko. Lagian kayaknya nggak ada yang sanggup deh buat ambil proyek itu,"

Anaya diam sesaat, dia sebenarnya juga tidak yakin dengan konsep yang diinginkan oleh Kakak Fabian, tema anti mainstream yang memerlukan banyak perlengkapn tambahan, sebenarnya bisa saja dilakukan, tapi Anaya belum bisa mempercayai karyawannya soal pekerjaan berat seperti ini, meskipun ada satu tim khusus untuk acara besar dengan relasi orang-orang penting, namun tim tersebut masih disibukan dengan salah satu kegiatan pernikahan anak menteri yang akan dilaksanakan dua bulan lagi. Mereka tidak mungkin menelantarkan acara tersebut.

Sedangkan, disisi lain Anaya sudah mengiyakan permohonan Fabian untuk membantu acara pernikahan Kakaknya dan dia juga tidak mungkin menarik kembali ucapannya. Pusing.

"Kalau gitu biar Mbak yang urus soal proyek ini, Ta. Kamu tolong bentuk tim baru ya, ajak Beni sama Rosi buat bagian perlengkapan dan dekorasi."

Lita mengangguk paham lalu pergi meninggalkan Anaya di ruangannya seorang diri.

Anaya menghela nafas, selamat datang hari-hari penuh kesibukan.

***

Love LettersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang