BAB 2

22 2 0
                                    

Zilta Sakanusa. Semoga kau bukan pembuat onar nak.

"Baik lah Zilta, apa yang ingin kamu lakukan?" ucap pak Veto.

"Kemampuanmu itu palsu," balas Zilta.

"Palsu?"

"Ya! Kau membuat api itu dengan teknik sulap, bukan dari kemampuan aslimu."

Semua orang bergeming. Taman yang luas ini kini senyap. Semua menanti reaksi dari pimpinan universitas, pak Veto. Sungguh berani sekali seorang mahasiswa baru mengkritisi tindakan pak Veto. Semua orang berharap kejadian buruk tidak akan terjadi di taman ini, apa lagi ini adalah momen sukacita. Tapi ternyata reaksi pak Veto sungguh di luar dugaan.

"Hahaha," pak Veto mulai tertawa. "Hahahaha," pak Veto tertawa lagi. "Bhahahak," pak Veto kini tertawa keras.

"Ekhm," wanita berambut emas yang tadi menyambut pak Veto berdeham.

"Aduh maafkan saya yang tiba-tiba tertawa hehe," ujar pak Veto sambil tersenyum.

Sudah lama sekali tidak ada yang mengkritisi kemampuan-kemampuan ajaib pak Veto. Ia merasa senang ada seseorang seperti Zilta. Berani mengkritik di depan mata langsung. Biasanya pak Veto jarang mendapatkan kritik untuk kemampuan ajaibnya. Ia sering menunjukan kemampuan ajaibnya  di acara talk show ataupun saat pertemuan antar bangsa, ya tujuannya hanya sekedar menghibur. Tapi banyak dari mereka yang percaya itu adalah kemampuan sungguhan. Wajar saja, karena pak Veto pada dasarnya jenius, dan termasuk orang ternama, jadi orang tidak mempertanyakan dari mana kemampuan itu. Tapi beda halnya dengan mahasiswa satu ini, Zilta.

"Bisakah kau jelaskan, mengapa kemampuanku tadi dianggap palsu?" tanya pak Veto dengan tenang berwibawa.

"Maaf pak, saya tidak bisa menjelaskannya di sini, saya hanya ingin menegaskan pada orang-orang di sini bahwa kemampuan membuat api itu hanya sulap belaka," ucap Zilta penuh hormat.

Lalu sayup-sayup terdengar bisikan dari orang-orang di taman, yang mengatakan bahwa tindakan Zilta itu hanya buang-buang waktu, hanya mencari perhatian. Bagaimana ia merusak susunan jadwal acara karena memotong sambutan dari pak Veto, dan tidak memberikan penjelasan lebih lanjut.

Pak Veto hanya tersenyum mendengar apa yang disampaikan oleh Zilta. Ia mengerti sekali, bahwa orang-orang yang mengetahui trik sulap tadi bukanlah orang sembarangan, dan Zilta salah satunya.

Ah.. kutemukan bibit unggul, mungkin dia bisa menjadi pionku dalam bermain catur.

"Saudara-saudariku..," ucap pak Veto penuh wibawa, seketika orang-orang berhenti untuk saling berbisik.

"Apa yang dikatakan Zilta itu benar, kemampuan membuat api tadi hanya sebuah sulap. Hanya untuk menghibur kalian. Aku bukanlah seorang iblis yang bisa menyalakan api di depan kerumunan manusia," ujar pak Veto sambil tersenyum.

Semua orang tertegun. Tapi yang paling tertegun adalah wanita berambut emas yang ada di dekatnya. Ia seperti kagum sekaligus kecewa. Kagum karena pak Veto mau mengakui kebenarannya. Sekaligus kecewa karena wanita berambut emas itu sudah melihat beberapakali aksi pak Veto membuat api, dan menganggapnya itu sungguhan. Memang kemampuan api itu baru ditunjukan satu tahun akhir, namun wanita berambut emas tersebut langsung memercayainya begitu saja. Harusnya ia bisa menyadari itu.

Angin mendasau. Daun-daun di taman bergemerisik kecil. Mencoba meramaikan taman yang mendadak menjadi sepi, karena orang-orang sedang tertegun. Mereka kagum pada pak Veto yang mau mengakui kebenaran, dan tidak sombong lalu mengada-ngada.

"Baiklah, saya lanjutkan sambutan saya," ucap pak Veto sambil sedikit mengubah posisi mic di mimbar.

****

"Akhirnya acara penyambutan selesai juga. Ini adalah penyambutan yang paling unik. Dimana mahasiswa baru bisa ikut andil ketika pipimpinan univ sedang berbicara," ujar Ghugul pada mahasiswi di sebelahnya sambil tersenyum.

"Haha iya," ucap mahasiswi tersebut.

"Kita makan siang yuk," ajak Ghugul pada mahasiswi tersebut.

"Boleh," balas mahasiswi tersebut sambil sedikit menyisir rambutnya dengan jari.

Lalu mereka pun pergi dari taman universitas yang luas itu, bersama ratusan mahasiswa lain yang juga ada di taman. Mereka mengikuti jalur yang sudah ditentukan, agar tertib saat keluar dari taman. Tapi ada sedikit yang aneh dari mahasiswi tersebut, ia memakai tas kecil di pahanya. Walau tertutup rok, Ghugul bisa menyadari ada sesuatu dibalik rok tersebut yang sedang menyangkut di pahanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 06, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tiga SekawanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang