Cinta adalah anugerah, rasa adalah anugerah, Alam adalah anugerah.
ya,,,semua yang kita dapatkan adalah anugerah, bahkan kebencian, perpisahan, kesunyian dan kehilanganpun adalah suatu anugerah. Karena Dengan benci, kita akan lebih faham makna cinta, dengan perpisahan, kita akan faham arti kebersamaan, dalam kesunyian, kita akan mengerti arti keramaian, dan dengan kehilangan, kita akan tau makna bersyukur.
Ujian dalam hidup adalah anugerah, dimana kita harus benar benar memahami arti dan tujuan hidup ini, tak semua yang kita inginkan adalah yang terbaik untuk kita, dan tidak semua yang kita hindari adalah buruk bagi kita. Namun memang terkadang kita harus menempuh beribu ribu langkah agar kita sadar arti adanya seseorang dalam hidup kita, terkadang kita perlu melewati beberapa jarak agar mampu melihat bahwasannya apa yang kita inginkan dan butuhkan ternyata sebenarnya ada dihadapan kita. Ya sesungguhnya apa yang kita dapatkan, yang kita lihat, dan kita rasakan, itulah anugerah. Dan jika suatu hal itu bukanlah yang kita inginkan, maka pertanyaannya, mampukah kita menerimanya dengan uluran cinta? Sebagaimana Tuhan yang memberikannya dengan cinta kasih yang indah, Seindah sang Senja.
***
Bandara Internasional Delhi...
Tampak sebuah pesawat baru saja mendarat dan berhenti tepat 10 menit dari penurunannya. Perlahan pintu pesawat terbuka, beberapa orang terlihat menuruni tangga, sehingga didalam pesawat itu sudah tidak ada lagi penumpang kecuali seorang pemuda yang terlihat masih duduk ditempatnya, ia tersenyum saat menatap keluar jendela, karena menyadari bahwa saat ini penumpang hanya dirinya saja, iapun segera memakai kacamata Aviatornya dan beranjak dari tempat ia duduk. Beberapa pramugari terlihat tersenyum tanpa mengalihkan perhatiannya karena mengagumi sosok pemuda tampan yang mempunyai kelebihan hormon ramah ini, pemuda itupun sampai diambang pintu pesawat, ditatapnya kota yang telah 10 tahun ia tinggalkan, iapun menghirup dalam dalam angin yang berhembus menerpa wajahnya dan menghembuskannya pelan, sebelum ia melangkah menuruni tangga, meninggalkan pesawat yang ia tumpangi dan beberapa pramugari yang masih menatapnya kagum.
***
"Dimana putera kita?" Ucap seorang wanita yang tengah berdiri menunggu seseorang di Bandara, wajahnya tampak begitu khawatir.
"Tenanglah sayang, sebentar lagi putera kita pasti akan datang" jawab pria yang ada disampingnya.
"Iya kaka, sabarlah dulu" ucap wanita disebelahnya yang mungkin usianya tidak jauh berbeda dengannya.
"Tapi sampai saat ini, puteraku belum muncul juga, sedangkan yang lain semua sudah keluar dari pesawat"
"Tenanglah bibi, kaka pasti akan segera datang" ujar wanita yang mungkin masih berusia 22 tahun yang juga tengah menunggu dengan harap harap cemas.
"Aku takut dia tidak jadi pulang lagi" kilahnya seraya tertunduk seakan menahan tangis, sinar kerinduan tampak jelas diwajahnya yang mulai keriput, namun masih tampak cantik.
"aku disini ibu" suara seorang pria yang berdiri beberapa meter dihadapannya, semuapun tampak menoleh dan tersenyum menatap siapa pria itu.
"Farhan, puteraku" pekik nyonya Farah Khan seraya menghampiri putera tunggalnya yang juga tengah melangkah kearahnya.
"Ibu, aku sangat merindukanmu" ucap Farhan seraya memeluknya dengan mata yang berkaca kaca.
"Ibu juga sangat merindukanmu Nak" nyonya Farahpun memandang puteranya lekat lekat seraya memegang kedua pipinya, ia membacakan doa keberkahan untuk puteranya kemudian memeluknya kembali.
"kau merindukan ibumu & tdk merindukan ayahmu" gumam tuan Bachan Ali Khan (aneh ya nama y haha ) dengan berlagak marah dan Farhanpun tersenyum.
"aku sangat merindukan ayah" ucap Farhan seraya berhambur kepelukan ayahnya. Tuan Ali Khan tertawa dengan airmata haru yang mengalir dikedua pipinya.
"Keberkahan untukmu puteraku" ucapnya seraya membelai wajah Farhan dan mencium keningnya.
"Bibi Zareena ,apa kabar?" Ucap Farhan kepada wanita yang merupakan adik tiri dari ibunya. Zareena dan kedua anaknya memang sudah tinggal bersama keluarga Farhan dari Farhan masih kecil sehingga Farhan menganggap Zareena seperti ibu kedua baginya.
"Puteraku, kau terlihat semakin tampan Nak" Zareenapun memeluk Farhan dan mencium keningnya.
"Zeeshan" pekik Farhan pada pria yang berdiri dibelakang Zareena yang merupakan adik sepupunya.
"Kak Farhan, bagaimana pengalamanmu disana?" Ucap Zeeshan seraya memeluk Farhan erat.
"Ya pengalamanku cukup banyak dan menyenangkan" jawab Farhan ringan.
"dr.Zain Alfarhan Khan, kaka tau? Saat aku membaca namamu diinternet bahwa kau adalah lulusan terbaik, aku sangat bangga padamu, ibu juga, kami semua sangat bangga padamu" ucap Zeeshan seraya menepuk nepuk pelan kedua bahu Farhan, dan semuapun tersenyum bahagia.
"Jangan berlebihan Zeeshan, apa yang aku raih saat ini adalah berkat doa dari kalian" jawab Farhan sebelum tatapannya mengarah pada sosok wanita disamping Zeeshan yang menatapnya dengan kerinduan yang mendalam.
"Aaach kau ini emmmz...." Farhan tampak mengerutkan alisnya dan berlagak mencoba mengingat sesuatu.
"kau pasti Tridha, iya kan?" Tridha tampak tersenyum malu malu.
"Iya kaka, apa kau lupa padaku?" Farhanpun tersenyum lalu sejenak memeluk Tridha yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri, namun perlakuan kilat Farhan itu sukses membuat jantung Tridha berdetak lebih kencang.
"Waaw aku tidak menyangka, kau tumbuh dengan begitu cantik" puji Farhan seraya tersenyum.
"Jadi, dulu aku tidak cantik?" Ucapnya seraya cemberut dan semua tertawa.
"Perjalanan dari Dubai ke Hindia pasti membuat Farhan lelah, sebaiknya kita segera pulang" ucap Zareena seraya menatap Farhan yang masih tersenyum.
"Iya, lagi pula kita harus mempersiapkan pesta atas kepulangan puteraku" ujar tuan Ali Khan seraya merangkul bahu puteranya, Farhanpun merangkul bahu ibunya lalu semua melangkah menghampiri mobil yang akan mengantar mereka kerumahnya.
***
Bogor, Indonesia...(kenapa harus Bogor?ya...sekali kali eike ajak kalian holan holan ke bogor, k Turky kan udah, ke Kashmir udah, ke Lombok udah, nah sekarang kekota kelahiran gue dan dr.Aditya aye ayeee)
Seorang wanita tengah merias dirinya didepan cermin, rambutnya yang ikal mayang ia biarkan tergerai indah, make up yang natural membuat ia tampak menawan, beberapa perhiasan menghiasi tubuh anggunnya, senyum dan rona kebahagiaan terpancar dari wajah cantiknya. ia tersenyum menatap dirinya didepan cermin, seketika ia merasakan degup jantung yang berdetak lebih kencang, iapun menghela napas, menetralisir rasa kegugupannya.
Hari ini adalah hari yang bahagia untuknya, dimana sang kekasih akan datang bersama orangtuanya, karena hari ini adalah hari pertunangan sekaligus lamaran untuknya, gadis itu terus saja bercermin seakan memastikan kerapihan dirinya.
"Kenapa kaka berdiri disitu? Lihatlah, bagaimana dengan penampilanku saat ini?" Ucap gadis itu saat menatap seorang wanita muda yang terpantul dalam cermin tengah berdiri diambang pintu seraya tersenyum geli padanya.
"Kak Nafeesa, apa kaka dengar? Bagaimana dengan penampilanku?" Ucap gadis itu kesal seraya membalikkan tubuhnya dan memandang kaka iparnya dengan tatapan cemas.
"kau sudah cantik Aaliya, sangat cantik" jawab Nafeesa seraya menghampiri adiknya.
"Benarkah?" Gumam Aaliya seraya menatap kembali cermin yang ada dibelakangnya.
"Jika Shaheer melihatmu, ia pasti akan terpaku dan tak berdaya menatap kecantikanmu" ujar Nafeesa yang memegang kedua bahu Aaliya dan Aaliya tampak tersipu malu.
"Kaka, bisa saja" ucap Aaliya menyenggol pelan lengan kakanya dan merekapun tertawa.
"Aaliya, apa kau sudah siap sayang? Shaheer dan kedua orangtuanya sudah tiba" ucap ibu Radha diambang pintu.
"Benarkah ibu?" Aaliya tampak khawatir dan kembali melihat dirinya didepan cermin, memastikan bahwa penampilannya tidak ada yang kurang, Ibupun tersenyum dan menghampiri putrinya.
"Putriku, kau sudah cantik Nak, kau tidak perlu memastikan penampilanmu lagi, karena kau sudah tampak sempurna" ucap ibu seraya memegang kedua bahu Aaliya. Aaliya memang cantik, dengan tubuh tinggi yang semampai, hidung yang mancung kulitnya yang kuning langsat, wajahnya yang oval perpaduan Hindia_Indonesia membuat ia tampak begitu sempurna, ditambah anarkali merah muda yang menutupi tubuh rampingnya dan dupatta yang tersemat dibahunya menjadikannya lebih anggun seakan tak ada satu celapun yang terlihat dalam dirinya.
"Terima kasih ibu" gumamnya pelan.
"Ayo sayang, kita temui mereka" ibu Radha dan Nafeesapun membimbing Aaliya untuk keluar kamar.
***
Delhi, Hindia....
Sebuah pesta digelar cukup meriah, disalah satu rumah mewah dengan halaman yang luas dipenuhi karangan2 bunga bertuliskan *Selamat atas Kelulusan dr.Zain Alfarhan Khan* yang merupakan putera tunggal pasangan Tuan Bachan Ali Khan dan Nyonya Farrah Khan seorang CEO tersukses di India dan pemilik salah satu Rumah Sakit ternama di India.
Para tamu dari kalangan terhormat berangsur datang.
Seorang pria baru saja tiba dengan mobil sedan yang ia tumpangi, dengan kemeja putih yang dibalut jas biru pekat pria ini tampak begitu tampan, langkahnya yang gontai memasuki rumah yang dimana pesta itu digelar, salah satu penjaga menyapanya, dan meminta sebuah surat undangan, iapun melangkah masuk setelah menyerahkan undangan kepada penjaga itu. Ia tampak mengedarkan pandangannya dan tersenyum setelah mendapati seorang pria yang tengah berbincang dengan beberapa tamu, senyum ramah yang jarang sekali lepas dari bibirnya adalah senyuman yang pernah mengisi hari harinya dulu, senyuman dari sahabat masa kecilnya.
"Selamat atas kelulusanmu Dr.Zain Alfarhan Khan" ucap pria itu, Farhanpun segera membalikkan tubuhnya dan tersenyum saat menatap sahabat lamanya tengah berdiri dibelakangnya.
"Sidhant" (hallah efek blum move on dari MLMHG haha terpaksun diseret kembali bbrapa castnya) pekik Farhan, merekapun berpelukan ditengah tawa ringannya.
"Waaaw aku merindukanmu kawan" ucap Farhan yang masih memeluk sahabatnya.
"Tentu saja, aku juga, 10 tahun kau meninggalkan kami, dan sekarang kau telah berhasil menyandang gelar sebagai dokter spesialis bedah dgn lulusan terbaik, kau telah membuat kami semakin bangga padamu, tidak sia sia 10 tahun kau meninggalkan negeri ini"
" kau ini, itu berkat doa dari semuanya, dan bukankah kau juga adalah lulusan terbaik?"
"kau lebih baik Farhan" Farhanpun menggelengkan kepalanya seraya tertawa, karena baginya ini adalah hal yang biasa, dia baru menjadi lulusan terbaik bukan dokter terbaik.
"Farhan" panggil seseorang.Farhan dan Sidhantpun menoleh kearah suara, ditatapnya seorang pria yang tengah berlari menghampiri mereka, pria itupun segera memeluk Farhan.
"Apa kabarmu Farhan?" Ucap pria itu girang.
"aku baik Rizwan, bagaimana dengan dirimu?"
"sangat baik, dan kini sangat lebih baik, karena sahabat lamaku akhirnya pulang kehabitatnya" lanjutnya seraya memeluk kembali tubuh Farhan dan merekapun tertawa sebelum satu suara dari mikropon terdengar. dan mereka segera mengalihkan perhatiannya pada pemilik suara yang kini menjadi pusat perhatian.
"Salam, para Hadirin semua, terima kasih karena kalian sudah mau hadir keacara ini. Dan untuk puteraku, selamat atas kelulusanmu Nak, aku benar benar sangat bahagia, rasanya baru kemarin, melihatmu lahir kedunia ini, lalu aku menggendongmu dan aku katakan, kau adalah permata dihati ayah dan ibu, kau harus tumbuh menjadi putera ayah yang hebat, dan kau sudah membuktikannya puteraku" ucap tuan Ali Khan dengan mata yang berkaca-kaca, nyonya Farah Khan dan Zareena yang berdiri tidak jauh dari panggungpun tak luput menyeka airmatanya.
"Aash, sebenarnya bukan ini yang ingin aku katakan, tapi entah mengapa aku tidak kuasa memendam ucapan ini" tuan Ali Khan tampak menyeka airmatanya dan Farhan juga tampak terharu.
"Eemmz sebenarnya aku ingin mempersembahkan sebuah lagu untuk puteraku, sebenarnya ini sangat memalukan, tapi aku ingin semua tau bahwa saat ini aku tengah bahagia, karena Puteraku sudah berada dihadapanku".semua yang ada disanapun tertawa dan bertepuk tangan. Tuan Ali khan tampak memberi isyarat agar music cepat dimulai, dan tidak lama kemudian *say shawa mengalun* tuan Ali Khan dan beberapa penari tampak menari sesuai irama, Sidhant dan Rizwanpun akhirnya menghampiri panggung dan mengikuti gerakan tuan Ali Khan, Tridha menatap Farhan yang hanya tersenyum melihat ayah dan teman2nya, iapun menghampiri Farhan dan tanpa persetujuan, Tridha segera menarik tangan Farhan agar bergabung dengan yang lain. Akhirnya merekapun bernyanyi bersama.
***
Bogor, Indonesia...
Aaliya tampak duduk diantara dua keluarga yang sebentar lagi akan bersatu dalam satu ikatan, sedari tadi Aaliya hanya tertunduk dengan senyum simpul yang tidak lepas dari bibirnya, sungguh ia tidak pernah merasakan debaran sekencang ini.
"Nak Aaliya, apa kau menerima lamaran kami untuk puteraku Shaheer?" Tanya seorang wanita yang tidak lain adalah ibu dari Shaheer, Aaliya hanya tersenyum. Sungguh saat ini bibirnya terkunci begitu saja meskipun ia sangat ingin berkata "iya".
"diamnya Aaliya itu adalah tanda persetujuannya" ucap Ibu Radha seraya tersenyum, dan semuapun tersenyum. Sekilas Aaliya dan Shaheer saling pandang dan melempar senyuman.
Sungguh inilah waktu yang dinanti nanti setelah empat tahun mereka menjalin hubungan. Shaheerpun memakaikan cincin dijari manis Aaliya.
"kau terlihat begitu cantik nona Aaliya" bisik Shaheer setelah mereka selesai bertukar cincin. Aaliya sedikit mengerutkan kening.
"Hei tuan, saat seperti ini kau masih saja sempat bergombal" jawab Aaliya yang juga berbisik, Shaheerpun tertawa kecil.
"Aku tidak bisa menahan mulutku untuk memujimu Aaliya, aku sangat beruntung dapat menikah denganmu"
"Kita belum menikah Shaheer, kita baru saja bertunangan"
"Tapi sebentar lagi kau akan menjadi istriku, dan kau akan menjadi milikku selamanya" keduanyapun kembali saling pandang dan bertukar senyum.
"Hei adik ipar, jangan terus menggoda adikku, aku tau dia sangat cantik, tapi makanlah dulu manisan ini" ucap Nafeesa seraya menyuapi Shaheer dan Shaheer hanya tersenyum. Meski tinggal di Bogor yang merupakan sebuah kota yang berada jauh dari negara Hindia, namun ibu Radha dan keluarganya tidak pernah meninggalkan adat istiadat India yaitu membuat manisan dan menggelar acara sesuai kebudayaan India. (Padahal diBogor langka bngt warga India, loow warga Arab banyak. Ya begitulah sebuah kisah kehidupan, menjadikan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, mungkin keluarga Aaliya ini termasuk salah satu warga langka itu sendiri haha *ngomong opo toh)
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Twilight
FanfictionDokter Zain Alfarhan Khan,,, harus menempuh perjalanan beribu kilo meter untuk mencari adiknya yang hilang semenjak ia kecil. Perjalanan yang penuh dengan bayangan sang adik membuatnya harus menemukan cinta lain yang membuat hidupnya lebih berarti. ...