Gadis diujung persimpangan itu menatap lekat lekat pohon disampingnya lalu mengusapnya lembut.
Sedangkan orang orang yang sedang lewat ada yang menatapnya prihatin bahkan menatapnya seakan gadis itu sudah gila."Ra pulang yu,lo udah jadi objek dari tadi disini"gadis disampingnya meringis ketika ditatapinya gadis yang dipanggilnya tadi tetap bergeming.
"Lo duluan aja Sya"tanpa pikir panjang gadis yang dipanggil 'Sya' itu menarik gadis tadi,dan gadis itu lagi lagi bergeming.
Mereka sudah sampai di rumah tua yang sudah mulai reyot dan ternyata mereka adalah saudara kembar tak identik.
"Ra sampai kapan lo mau kaya gini terus?lo udah bikin gue hampir gila sama sikap lo,pliss Ra Kevin udah tenang disana jangan bikin lo juga nyusul Kevin Ra"teriakan Arsya-kakak kembar dari Rara-terdengar frustasi.
Lagi lagi Rara bergeming,dia tak lepas menatap jendela rumahnya ,rumah mereka yang sudah mulai tua,mereka hanya tinggal berdua dan rumah ini adalah rumah peninggalan nenek dan kakeknya yang sudah meninggal 3 bulan lalu.
"Sadar Ra sadar"air mata Arsya sudah jatuh dari tadi,dan kali ini Rara bangkit memeluk Arsya sekuat kuatnya lalu menangis keras.
"Jangan tinggalin gue sya,gue gamau sendiri,maafin gue udah bikin lo susah"Arsya yang mendengar itu tersenyum di balik pelukan Rara,ia senang akhirnya adik kecilnya ini mau berbicara setelah 3 hari ini ia tak mau berbicara.
"Gue gaakan ninggalin lo Ra,percaya sama gue"Rara mengangguk kecil lalu tersenyum.
**
Malam sunyi ini kedua gadis kembar tak identik itu sedang merebahkan dirinya di kasur reyot yang selama ini jadi tempat tidur mereka.
Mereka hanya menatap langit langit kamar dan tembok disekelilingnya yang warnanya sudah mulai pudar dimakan zaman."Oh iya Ra sebelum Kevin meninggal dia nitipin sesuatu buat lo"Arsya bangkit dari posisi tidurnya lalu membuka lemari yang sudah hampir ambruk jika dia membuka dan menutupnya keras.
Diambilnya sebuah buku yang mulai usang itu."Gue gatau apa isinya,tapi katanya ini yang bakal bikin lo ngerti sama hidup,entahlah bahasanya cukup bikin gue takut"Arsya tersenyum kaku,dan Rara yang semula sedang tidur kini sudah duduk menghadap Arsya.
Diambilnya buku itu dari tangan Arsya,lalu mengelusnya pelan."Ternyata ini buku yang selalu Kevin bilang"Arsya melihat Rara tersenyum getir lalu mengelus pundak Rara pelan.
"Lo tau isinya?"Rara menggeleng,lalu Rara membuka di lembar pertama yang langsung membuat mereka menatap buku ini heran.
Selamat Datang Para Petualang waktu
Lalu Rara membuka lembar keduanya dan langsung membuat mereka menjerit.
Sebuah cahaya muncul dari lembar kedua itu,dan memunculkan semacam hologram tapi cahayanya cukup redup
Hologram itu menampilkan tiga anak kecil yang sedang bermain di bawah pohon yang Rara elus tadi,mereka bermain dan tertawa tapi tiba tiba saja ada angin kencang yang berhembus membuat mereka menghilang.Rara dan Arsya menutup buku itu cepat nafas mereka terengah engah,sepengelihatan mereka, tiga anak kecil itu adalah Arsya Rara dan Kevin,tapi mengapa tiba tiba ada angin kencang dan mereka hilang?
Rara memasukan buku itu kedalam lemari.Lalu membaringkan lagi tubuhnya dikasur.
"Setau gue setelah ini kita gaakan aman Ra"Rara menghembuskan nafasnya keras,saudari kembarnya itu jika sudah merasakan sesuatu entah sengaja atau tidak itu pasti terjadi,dan kali ini bukan Arsya saja yang merasakan itu tapi Rara juga sama.
**
Pagi ini mereka dikejutkan dengan kondisi dapur yang sudah berantakan,entah siapa yang berani memberantakan dapur di rumah tua ini.
"Gue yang bikin sarapan lo beres beres"Arsya mengangguk setelah mendengar perintah dari Rara,ketika ia sedang membersihkan sampah yang berserakan dibawah meja tempat menyimpan bumbu,Arsya menemukan dua buah kalung bergambar bulan dan bintang,lalu sebuah surat.Pake kalung ini,setidaknya kalung ini bisa selametin lo dari bahaya
-KvnAra mengernyit heran dan tiba tiba ia teringat dengan masa kecilnya bersama Rara dan Kevin,saat itu Kevin bilang bahwa Kevin akan menjadi Matahari untuk Rara dan Arsya,Rara menjadi bulan dan Arsya menjadi bintang,setelah memori itu terbuka jantung Arsya berdebar entah benar atau tidak Arsya merasa bahwa kalung ini pemberian dari Kevin,dibaca kembali surat itu.
-Kvn
inisial itu bisa saja 'Kevin' Arsya langsung menghampiri Rara yang sedang memotong sayur untuk membuat nasi goreng."Ra inget 'Matahari Bulan Bintang'?"
Rara menatap Arsya heran,sedangkan Arsya menatapnya seperti cemas mungkin."Lo pikir gue udah geger otak?ya inget lah,orang tiap gue liat langit selalu ada matahari atau bulan bintang"Rara menggeleng sambil terkekeh pelan,sedangkan Arsya ia sudah menatap Rara jengah.
"Maksud gue,omongan Kevin soal itu,waktu kita masih kecil"Rara menoleh cepat ke arah Arsya,lalu ia berfikir untuk mengingat kejadian itu ,dan seketika ia mengangguk.
"Nih"Arsya memberikan surat juga dua kalung yang ia pegang sedari tadi.
"Gue nemuin dibawah meja"lanjut Arsya."Ko bisa?maksudnya apa?" Rara menatap Arsya heran.
"Gue gatau tapi yang pasti kita harus pake ini,mungkin Kevin belum meninggal,dan sekarang kita juga dalam bahaya jadi Kevin kasih ini"lagi lagi Rara menatapnya heran
"Itu firasat gue"lanjut Arsya yang dibalas anggukan oleh Rara.Lalu mereka memakai kalung itu,bulan untuk Rara dan bintang untuk Arsya.
Ketika mereka setelah memakai kalung itu,tiba tiba mereka dikagetkan oleh ketukan pintu dari arah kamar neneknya,makin lama makin keras membuat Rara dan Arsya mundur secara perlahan.
"Ra gue takut"Rara mendesah pelan.
"Gue juga"punggung mereka sudah menabrak tembok,lalu mereka saling tatap setelah melihat kenop pintu kamar neneknya bergerak,seketika pintu itu buka dengan keras.
"Aaaaaaaaa"-------------------------------------------------------------
Author NoteBtw,ini cerita pertama saya di science fiction,belum terlalu banyak pengalaman nulis,jadi mau minta kritik sarannya buat yang udah nyempetin waktu buat baca,semoga suka.
Mau vote minimal 10 buat lanjutin cerita ini,kalo ga ada juga yang ngevote gapapa tetep mau dilanjut,tapi jangan lupa juga kritik dan saran nya yaa,ditunggu loh
KAMU SEDANG MEMBACA
Kilas Balik Masa Lalu
FantasyRara Andita Muara seorang gadis yang cukup aneh,ia mendadak menjadi pendiam setelah kepergian sahabatnya. Dan saudara kembar nya yang tak identik Arsya Ardita Muara yang selalu ada untuk adik kembarnya itu. Kemana pun ia pergi ia selalu membawa sebu...