0.2

41 8 2
                                    

"Dasar gila!" kesal Dira sambil merapikan rambutnya yang berantakan.

"Biasa aja kali. Alay lo."

"Lain kali males gue bareng lo lagi. Lo kalo pengen mati nggak usah ngajak-ngajak gue!"

"Lo lebih milih gue ngendarain motor kayak tadi atau lo telat?"

"Terserah lo deh, ngomong sama lo bikin mulut gue berbusa," Dira meninggalkan Galang di tempat parkiran karena sudah benar-benar kesal dengan Galang yang mengendarai motornya kayak kesetanan.

Tiba-tiba ada yang menarik lengan kiri Dira.

"Kita ke kelasnya bareng-bareng dong," pinta Galang.

"Apaan, sih," Dira melepaskan lengan kanan Galang. "Yaudah buruan."

Dira berjalan bersisian dengan Galang. Galang kalo dari deket kok mirip ya sama Elang. Batinnya.

"Ngapain lo ngeliatin gue? Suka?" yang diperhatikan pun sadar.

"Amit-amit."

Setibanya mereka di kelas Galang melihat Ana berdiri di depan pintu.

Yaelah tuh cewek ganjen amat sih.

Galang sudah menduga pasti Ana sedang menunggunya.

Dan benar saja.

"Galang! Kok baru dateng? Gue udah nungguin lo daritadi tau!" ucapnya manja.

"Pagi-pagi disuguhin adegan FTV kayak gini bikin mual," kata Dira asal.

"Apaan, sih, sirik aja lo." dari awal Ana memang tidak suka dengan sifat Dira.

Dira tidak melanjutkan percakapannya dengan Ana. Baru satu langkah masuk ke kelas...

"Eh, tunggu-tunggu, kalian berangkat bareng?"

"Bukan urusan lo." kata Galang sambil meninggalkan Ana di depan kelas.

Dira satu kelas dengan Galang, yaitu kelas 12 IPS 1, tapi kalau Ana kelas 12 IPS 3. Dira duduk sebangku dengan Nayla. Posisi tempat duduk Dira kedua dari depan, sedangkan Galang duduk sebangku dengan Zaki, si ketua kelas. Mereka duduk baris keempat dari depan. Dira memiliki tiga orang teman dekat: Nayla, Febri, dan Reina.

"Kok lo masuk kelas bareng Galang sih? Lo berangkat sekolah bareng Galang? Apa pas di jalan nggak sengaja ketemu?" teman sebangku Dira--Nayla bertanya.

"Tadi gue bareng dia."

"Kok bisa?"

"Gue kesiangan, terus pas lagi nunggu angkot dia lewat terus dia ngajak gue bareng yaudah deh jadinya bareng."

"Kayaknya nggak mungkin deh lo langsung mau. Pasti dia paksa dulu. Ya kan?"

"Kok lo tau sih?"

"Emang kita temenan baru kemaren ya?"

Dira nyengir. "Hehehe."

                                ***

Bel masuk sudah berbunyi sejak setengah jam yang lalu. Jam pertama diisi oleh Bu Rina, si guru killer yaitu pelajaran matematika. Udah pelajarannya susah, gurunya killer pula! Gila.

Sejak pelajaran dimulai Dira tidak bisa konsentrasi. Hanya satu hal; Dira sangat ngantuk. Sampai akhirnya ia tertidur pulas--sangat pulas lebih tepatnya.

"Eh, Dir, Bu Rina ngeliatin lo terus! Bangun ih!" kata Febri sembari mencolek-colek punggung Dira dari belakang.

Dira hanya bergumam tidak jelas. "Iya iya."

The ReasonsWhere stories live. Discover now