Senin merupakan hari yang paling dibenci setiap siswa yang masih duduk dibangku sekolah. Tapi tidak untukku saat ini. Karena ini hari pertama menjalani masa orientasi siswa atau yang lebih banyak dikenal MOS.
Aku sebenarnya gugup. Tapi memikirkan akan memiliki teman baru dan lingkungan baru, semua jadi sesuatu hal yang ingin cepat-cepat aku ketahui.
Ok fix. Sesuai lembaran kelas. Aku masuk kelas X-b. Masuk ke kelas yang orang-orangnya tidak kukenal. Kulihat kursi urutan tiga dari depan kosong. Lebih baik cepat kududuki sebelum yang lain menempati.
Kuletakkan tas di meja. Kuamati orang-orang disekelilingku. Lalu tiba-tiba ada seseorang yang berdiri disampingku.
"Hai, disini kosong gak? " tanyanya padaku. Kuanggukan kepala. Ia pun langsung duduk disebelahku dan menaruh tasnya dimeja.
"Nita. Kamu? " ujarnya menyodorkan tangannya padaku. Menarik dia baru datang, duduk dan langsung mengajakku berkenalan.
"Pratiwi handayani" balasku menjabat tangannya.
"Oh, namaku Anita hutagalung. Biasa dipanggil nita. " terangnya singkat.
"Kamu orang batak? "Tanyaku.
"Iya. Sukuku batak. Kalo kamu apa? Oh iya. Aku panggil kamu apa juga nih? " tanyanya
"Aku orang Jawa. Kamu bisa panggil Tiwi saja" kataku.
"Ok. Salam kenal yah"
"Iya. Sama-sama"
"Eh, tahu tidak. Aku kira tadi sudah terlambat ternyata belum. Sudah takut tadi aku kalo kena hukum. Gak lucu kan hari pertama MOS sudah dapat hukuman" katanya.
"Iya, aku juga. Tadi kukira sudah terlambat."
"Syukur deh gak kena hukuman. Semoga cepat berlalu. Hihihi" kami tersenyum bersama.
Tak lama bel berbunyi. Semua diminta berbaris di lapangan.
Seperti pada umumnya, masa orientasi identik dengan senior yang akan membimbing para junior.
Kulihat sederet senior, tak ada yang membuatku tertarik. Para senior memulai aksi mereka.
"Kalian sudah bawa semua kan perlengkapan MOS pertama kalian? " Ujar salah satu senior. Mungkin dia ketua OSIS di sekolah ini.
"Sudah" jawab serentak
"Apa? Kurang jelas? " ujar senior itu lagi.
"Sudah! " jawab kami lebih keras.
"Masih belum jelas. Huh. Kalian ini masih masih pagi sudah lesu. Kalian itu banyak. Masa kalah sama suara satu orang. " ujarnya lagi. Rekan seniornya menatap junior sinis.
"Siap. Sudah" jawab kami serentak lebih kencang. Ia pun tersenyum puas.
"Baik. Sekarang para senior akan memeriksa barang bawaan kalian satu persartu. Kalian harus tetap dalam posisi siap ditempat" katanya. Setelah itu ia pergi meninggalkan lapangan.
Rekan-rekan seniornya yang lain memulai pemeriksaan barang. Di ceknya satu persatu dengan teliti. Aku santai. Karena barang bawaanku sudah lengkap.
"Eh Tiwi, beng beng nya itu satu apa dua sih. Kok di tempatmu dua? " ujar Nita
"Dua. Memang kenapa? " jawabku.
"Haduh, kok tempatku cuma ada satu. Yang satunya lagi kemana ya? " ujar Nita panik. Aku terkejut mendengarnya. Bagaimana bisa hanya ada satu beng beng di tempatnya sedangkan semestinya ada dua.
"Mungkin terjatuh di bawah kakimu. Coba cari. Aku akan mengamati para senior sudah sampai mana mereka memeriksa" kataku pada Nita.
Nita pun mengiyakan dan mulai nencari. Aku terus mengamati jalannya para senior.
"Enggak ada. Haduh gimana ini? " kata Nita panik lagi. Aku terkejut mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy
Teen FictionBagaimana rasanya punya pacar yang jauh banget kriteria dari yang kita impikan namun perlahan namun pasti dia mau belajar untuk baik.