Bab 3

22 2 0
                                    

Hari ini aku sudah bersiap. Bawa buku yang lumayan banyak. Jaga saja takut nanti sudah aktif belajar.

Aku pamitan pada bapakku.  Seorang duda tua yang belum genap satu tahun ditinggal sang isteri. Aku pun langsung berangkat menuju sekolah.

Aku berharap guru-gurunya menyenangkan dalam mengajar. Seperti guru-guru di SMP dahulu. Kali ini Nita belum sampai di kelas. Yang datang awal juga baru segelintir orang saja.

Kulihat pria yang duduk di sebelah kursi Nita. Entah siapa namanya. Aku belum tahu nama masing-masing teman sekelasku.

Kutatapnya. Dia melihatku. Eh. Ini seperti halnya kemarin. Bedanya tatapan yang kemarin benar-benar mengerikan. Belum juga aku lupa kejadian kemarin.

Vita datang bersama Zia. Aku heran kenapa mereka sering bersama. Apa mereka teman sejak lama. Dan rumah mereka berdekatan. Ya biarkan waktu yang akan menjawab semua itu.

"Tiwi, loe berangkat awal bener. Wah semangat banget nih buat belajar " ujar Vita padaku.

"Tentu. Harus" kataku.

"Loh, Nita mana? "Tanya Zia.

Belum juga aku menjawab sang ditanya sudah datang dengan eaut wajah bahagia.

"Aku disini" ujar Nita sedikit centil. Kami tertawa melihat tindakan Nita.

"Loe kesambet apaan sih. Bisa sampe formal gitu ngomongnya " ujar Vita heran pada Nita.

"Kesambet teman sebangku yang gaya bicaranya selalu formal" jawab Nita sambil melirik arahku. Aku memutar kedua bola mataku

"Hahahaha gue kirain kesambet apa gitu. Ternyata. Hadeh" ujar Vita lagi.

"Aku pikir kamu tidak masuk sekolah hari ini. Biar nanti aku duduk sendiri luas tak ada yang mengganggu." ujarku pada Nita

"Ih..... Ledek neh. Ntar kangen loh kalo gak ada aku. " balas Nita.

Kami pun jadi aksi saling balas membalas ledekan. Bel tanda masuk pun tiba. Pada jam pertama ini kami masih belum tahu siapa guru kami. Karena jadwal masih belum jelas katanya.

Jam pertama adalah jam pelajaran matematika. Semua pada mengeluh. Kenapa matematika yang masuk pertama. Sang guru memperkenalkan diri secara singkat. Kemudian beliau langsung ke pelajaran yang akan dipelajari.

Selanjutnya, pelajaran biology. Aku suka biology terutama melihat molekul yang ada dalam tumbuhan menggunakan stetoskop. Itu menyenangkan.

Waktunya istirahat, aku bersiap untuk sholat ashar. Oh iya. Sekolahku ini sekolah swasta dan masuk sekolah dari jam 1 siang hingga jam 6 sore hari. Berbeda dengan sekolah lain yang masuk pagi hari.

Ketika sudah membereskan buku-buku di atas meja, seseorang dari luar masuk ke kelasku. Deg deg deg. Dari dandanannya sepertinya aku pernah berjumpa dengannya. Ia masuk melintasi area depan dekat papan tulis.

Sekilas ia melirik padaku, mungkin ia tersadar kalau aku memperhatikannya. Bulu kudukku langsung berdiri. Semua juga hening ketika ia masuk kelas kami.

Rambut lebat, lengan baju dilipat,  tangan dimasukkan ke kantong. Iya. Dia pria kemarin yang kutemui merokok di halte. Astaga. Dia siswa di sekolah ini juga. Aku jadi cemas. Alih-alih takut ia mengingat hal yang kemarin.

"Dika,  sini. " panggil seseorang dari arah pojok kanan kelas. Ia mengikuti arah panggilan. Aku tak berani melihat seseorang yang sudah menyapanya.

Kudengar mereka seperti bicarakan sesuatu dengan akrab. Celaka. Aku satu sekolah dengan siswa yang seperti itu. Aku menggigit bibir bawahku. Aku takut kenapa ada berandalan di sekolah ini.

Kupastikan untuk berdiri dan pergi beribadah saja. Iya lebih baik seperti itu.

"Girls, aku mau ke masjid dulu ya. Vita,  Zia,  kalian mau ikut? " kataku ke Vita,  Nita,  dan Zia. Mereka menggeleng. Baiklah lebih baik aku pergi sendiri saja. Lebih cepat pergi itu lebih baik.

Aku pergi dengan sedikit terburu-buru. Hampir saja menabrak pintu. Aku fokus terlebih dahulu untuk beribadah.

Mungkin karena merasa sudah dekat dengan Tuhan. Rasa cemasku sedikit pudar. Ini meringankanku untuk bersiap kembali ke kelas. Semoga dia sudah tidak ada di kelasku.

Tiba di kelas,  aku melihat orang itu masih ada disana. Bersama dengan temannya ya dia teman sekelasku sedang bermain kartu. Nita melambaikan tangannya padaku. Aku segera duduk ke tempatku saja.

"Kalian beli makanan? " tanyaku pada mereka bertiga. Sudah ada banyak makanan dan jajanan di atas meja.

"Iya. Nyam nyam. Ini kami beli semua. Laper. MTK menguras tenaga juga tadi. Ambillah loe mau apa. Nyam nyam. Kalo kurang beli lagi ya. " Kata Nita padaku dalam posisi masih menguyah makannya.

"Kamu ini. Kalau lagi menguyah jangan bicara. Itu tidak sopan. Nanti kamu juga bisa tersedak. " omelku pada Nita.

Nita nyengir mendengar omelanku. Vita dan Zia tersenyum mendengar Nita ku omelin.

"Makan loh, Wi. Jangan malu nanti bisa malu-maluin lagi kayak Nita. Hahahaha" ledek Vita. Nita memonyongkan mulutnya.

Ku ambil salah satu jajanan di atas meja. Kubuka bungkusnya. Bulu kudukku masih merinding.

Hah........ Kenapa dia masih di kelasku. Dia sebenarnya kelas berapa? Apa dia kakak tingkat di sekolah kami. Banyak pertanyaan bersemayam dikepalaku.

Kumakan jajanan untuk mengalihkan pemikiranku untuk hal yang sama sekali tidak kupahami.

Bel istirahat sudah berakhir berbunyi. Kami segera membereskan jajanan dan membuang sampah yang ada.

"Gue balik dulu ya ke kelas. " kata seseorang di belakang sana. Aku tak berani melihat siapa yang bicara.

"Ok. Big boss. " jawab mereka.

Tunggu Big Boss. Hah!?  Siapa Big Boss yang mereka maksud. Apa jangan-jangan orang itu. Jadi dia Boss. Tapi Boss apa. Atau jangan-jangan dia itu Boss berandalan,  atau Boss mafia lagi. Pikiranku benar-benar tidak fokus.

Aku membuang sampah di tong sampah pojok depan dengan tidak fokus. Ketika ku berbalik,  aku menabrak seseorang.

"Aduh, maaf"ujarku spontan tak sengaja menabraknya. Orang itu diam saja. Ku lihat orang itu dan ternyata dia.......

Aku mundur. Aku kaget dengan seseorang yang kutabrak. Dia melihatku tajam. Iya tajam sekali. Aku harus apa sekarang.

"Maaf" kataku menunduk kemudian sedikit berlari ke meja tempatku.

Jantungku berdegup kencang. Rasanya ingin lepas. Orang itu pergi berlalu tanpa sepatah kata pun. Aku mencoba untuk menormalkan irama jantungku. Hingga Guru masuk kembali ke kelasku. Aku ingin semuanya berakhir. Tapi itu mustahil. Karena ini masih awal masuk sekolah. Dan menunggu waktu lama hingga kami lulus. Aku ingin menangis rasanya kenapa bisa ada berandalan di sekolahku.

Waktu segeralah berputar dengan cepat. Aku tak mau ada masalah dengan orang itu. Sungguh hal yang paling tidak kuinginkan di masa sekolah SMA ku. Sungguh harapan yang ingin terwujud.

..............................TBC.......................... .............

Note: don't forget vote 😉
Thanks for reading.

Bad Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang