Keputusan gue untuk menjauh dari Caitlyn dapat dukungan dari sohib gue Leo. Diantara sobat-sobat gue dialah yang paling vokal nyuruh gue jauhi Caitlyn. Dia yang paling bersemangat mendukung gue berpaling dari Caitlyn.
"Bas udahlah lupain aja cewek kayak gitu, coba kamu nggak chat dia duluan dua minggu ini, kan biasanya dia juga chat kamu duluan. Kalo dalam dua minggu ini dia nggak chat, ya udah tinggalin." Ujar Leo
"Oke, Yo. Saran lo gue pakek. Kita lihat aja, seberapa kuat dia nggak chat gue. Kalo emang dia nggak ngechat, ya udah tinggalin aja."
•••
Disaat gue berusaha untuk menjauhi Caitlyn. Laura mengadakan sebuah pesta sweet seventeen di salah satu restoran di kotaku. Dia mengundang seluruh teman sekelasnya, termasuk Caitlyn. Gue sebetulnya malas dengan acara ini. Karena pada akhirnya nanti gue berjumpa dengan Caitlyn.
Sobat-sobat gue semuanya datang, kecuali Leo. Leo emang paling males datang ke acara pesta itu dari kami berlima. Leo adalah model cowok yang tak suka pesta. Gue yang sebetulnya juga males tapi tetep datang karena Laura sangat baik sama gue.
Sebelum berangkat menuju restoran, gue jemput Rino di rumahnya. Rangga kebetulan juga sedang ada di rumah Rino. Kami bertiga berangkat bersama. Yang aneh dari kami bertiga, hanya gue yang memakai hem mewah. Sedangkan dua sobatku ini memakai baju taqwa ala orang mau tahlilan lengkap dengan peci yang mereka kenakan. Ada saja kekonyolan yang mereka buat.
Sesampainya di restoran, kami terkejut melihat Leo datang dengan membonceng Theo. Ternyata Leo cuma mengantar Theo tanpa masuk ke dalam restoran itu.
"Bocah aneh." Kata gue mengejek Leo.
"Biarin, Bas. Gue males ke acara ginian, mending tidur kalee... Gue pulang dulu ya men.. bye.." Ujarnya lalu pergi meninggalkan kami berempat.
Kami berempat lalu masuk ke dalam restoran itu. Telah banyak teman sekelas kami yang datang, termasuk Caitlyn. Dia tampak cantik dengan baju indah yang dipakainya. Tapi saat ini aku merasa dia tak secantik dulu. Mungkin efek dari rasa kecewa berat.
Saat lagu pesta dibunyikan, teman-temanku asyik menari dengan gaya mereka masing-masing. Aku hanya diam nggak ikut berjoget.
"Kok diam aja, Bas. Ayo ikut joget." Kata Caitlyn ngajak gue.
Aku cuma diam tanpa kata dengan senyum getir sambil menganggukkan kepala. Gue nggak ingin joget hari ini. Karena mood gue hancur karena kekecewaan yang mendalam disebabkan oleh wanita yang ngajak gue joget barusan.
Pesta itu berakhir dan gue pulang dengan Rino. Apa yang gue dapat malam itu ? Kenyang.. hanya itu yang kudapat. Tanpa kesan yang mendalam.
Beberapa hari setelah pesta, sesuai dugaan gue, disaat mulai menghilangkan kebiasaan chat Caitlyn, Caitlyn juga sudah berhenti chat gue. Jelas sudah langkah selanjutnya yang dilakukan, tinggalkan dia. Ya dengan terpaksa penuh luka, gue kembali ke masa dimana "sendiri" adalah teman terbaik, gue mau fokus sama UAS yang udah dekat.
Di kelas pun gitu gue udah jarang bicara sama dia, saling curi pandang dikelas pun masih terjadi meski gue dan dia nggak ada hubungan lagi. Gue juga juga usaha untuk tak lagi peduli dengan aktivitas yang dia lakukan.
Di sisa-sisa masa-masa kelas sebelas gue harus merasakan sekelas sama orang yang bikin hati tersayat penuh luka, rasanya itu seperti termenung dikandang singa lapar. Dan lama kelamaan timbul rasa benci sama dia, seakan akan di kelas nggak mau lihat mukanya. Selalu menghindar pas dia ada di sekitar gue, itu gue rasakan full satu bulan menjelang UAS.
Setelah UAS pun sama, perasaan benci makin membara, gue sering curhat sama para sahabat gue yang udah dekat dengan gue dari SMP. Gue cerita kisah gue sama mereka. Dan sampai suatu saat gue cerita sama adik kelasku, namanya memed, memed ini minta pinnya Caitlyn. Dan tanpa diduga dia chat sama Caitlyn.
"Hei buaya." Ujar Memed memulai chat.
"Anjing." Ketik Caitlyn menjawab chat dari Memed.
"Loh kok gitu ?"
"Lu ngapain sebut gue buaya ?"
"ohh itu, lupakan kak." Ketik Memed mengelak.
"Lu disuruh Bastian ya ?"
"Nggak kak, aku cuma minta pin kakak dari kak Bastian."
"Ohh... gue kira disuruh, soalnya gue ada masalah sama bastian."
"Ohh iya kak aku tau masalahnya, kak Bastian cerita sama aku."
"Udah nyebar ya ?, aduh... satu sekolah bakalan tau nih, jangan percaya sama Bastian dik, Bastian itu anjing." Ujar Caitlyn hina gue di chat itu.
"Ya aku nggak seratus persen percaya sama ceritanya kak Bastian Kak."
"Oh baguslah."
"Aku udah bilang ke kak Bastian move on aja deh mas, lupain kak Caitlyn!"
"Aku loh dik udah nggak deket lagi sama Bastian, cuma Bastian nya aja kayak gitu ke aku, kamu sobatnya Bastian ya, maaf dik udah hina Bastian kayak gitu."
"Oke kak. "
Pas aku baca chat nya gue marah besar itu, "Med, kenapa lo chat si Caitlyn sih ? pakek bilang dia buaya lagi." Ujar gue dengan nada tinggi.
"Ya aku pikir dengan chat dia masalah kak Bastian dan kak Caitlyn nanti gampang selesainya." Jawab memed tanpa beban.
"Bukannya malah lebih baik, malah jadi panjang urusannya bego!!. Kalo lo ikut campur urusan gue lagi, gue hajar lo !" Ujar gue marah sambil meninggalkan dia.
Gue heran begitu mudahnya gue cerita sama ini memed, nyesel aku cerita sama dia. Rusak kalo sama dia urusannya. Hal ini tentu semakin memperburuk suasana. Seakan gue sedang berusaha membuat citra Caitlyn buruk di mata semua orang.
Setelah lihat chat itu, tak tau kenapa pas aku lihat dia gue langsung menghindar dari dia, seolah-olah nggak mau lihat bidadari berwajah iblis di sekolah. Hari-hari menjelang pembagian rapot, yaitu pas classmeeting gue nggak pernah sekalipun ke kelas, karena nggak mau ketemu dia, akhirnya gue cuma diam di ruang osis. Pas di ruang osis gue ditanya sama ketua MPK yang kebetulan sekelas sama gue dan dia tanya.
"Bas tumben nggak mau ke kelas ? Kenapa ?" Tanya dia.
Gue jawab sambil curhat panjang lebar dan dia bilang "Apa aku bilang, Bas. Pacaran itu buruk buat lo. Sekarang terbukti kan omongan gue. Ya kalo menurut gue sih udah benar yang lo lakuin. Cara terbaik untuk meredam kebencian itu adalah menghindar dari orang yang dibenci untuk sementara waktu". Gue merenung dan berpikir berarti benar yang gue perbuat ini, keren... alhamdulillah seminggu gue nggak ketemu dia dan nggak lagi lihat wajah cantiknya.. hal ini berhasil meredam rasa benci gue ke orang yang dulu pernah aku cintai.
•••
Dua Juni adalah hari ulang tahunnya, hadiah yang telah aku siapkan dari bulan Maret nggak jadi gue kasih ke Caitlyn. Sebuah flashdisk berisi episode lengkap Drakor berjudul Descendants Of The Sun, Sabun Lux sabun kesukaannya dan Lukisan wajahnya yang aku pesan dari teman gue terasa sia-sia setelah kami nggak dekat lagi. Gue simpan didalam kardus dan mungkin akan aku kasih ke dia saat hubungan kami membaik.
Dua Juni itu hanya aku yang tau kalo dia ulang tahun. Teman-teman kelas gue baru nyadar ketika mereka pulang sekolah. Gue sengaja diam karena gue masih kecewa dengannya. Buat apa merayakan ulang tahun cewek yang bikin gue kecewa, pikir gue saat itu.
Saat teman-teman gue sibuk mengucapkan selamat padanya, gue hanya terdiam. Tak satupun kata muncul dari mulut gue. Andaikan gue masih dekat dengannya atau mungkin sudah resmi jadian dengannya, gue pasti usaha untuk jadi pengucap pertama di hari itu. Andai dan hanya andai...
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Cinta di SMA Tak Selamanya Indah
Teen FictionKebanyakan kisah di SMA adalah kisah cinta yang indah, namun tidak dengan kisah ini. Sebuah cintamorgana yang dialami seseorang. Ketika mengejar hati wanita adalah perbuatan sia-sia.