Second Chance

1K 15 1
                                    

Gue ditolak tepat satu April sebelum menunaikan sholat Jum'at. Hal itu membuat gue sedikit nggak khusyuk saat sholat. Gue masih terngiang dengan penolakan tadi. Seperti ada hal yang mengganjal. Dan sampai akhirnya gue berpikir, inilah yang terbaik. Aku dan dia hanya sebatas teman.

Keesokan harinya, tepatnya malam Minggu, gue ceritakan kejadian itu pada sahabatku Rino, mantan kekasih Caitlyn. Setelah mendengar cerita gue, Rino bilang, "Kenapa dia baru jawab kayak gitu sekarang ? jawaban itu bisa dijawab pas lu nembak dia waktu itu kan ? Tanggal berapa ?"

"25 Februari."

"Dia itu cuma buang waktu lo aja Bas." Ujarnya marah.

"Gue juga nggak tau, No. Mungkin emang kesannya gue maksa dia banget untuk jawab hari itu juga. Mungkin kalo gue nggak maksa, nggak bakal gini jadinya.."

" Tapi Bas, dia itu dari dulu emang gitu. Nggak pernah berubah. Ini kesannya lo kena PHP dia tau nggak.." Ujar Rino kesal, emang dari awal ini PHP dan guenya aja yang terbutakan jatuh cinta bodoh.

" Hmm.. Oke.. gue selesai'in masalah ini hari ini juga."

Gue yang mulai tersulut emosi dengan kata-kata Rino mulai ikut kesal dengan keputusan Caitlyn nolak gud. Gue pun mencoba chat dia. Gue chat dia dan ungkapin seluruh kekecewaanku.

"Caitlyn, kalo boleh jujur aku masih nggak terima kamu tolak. Heran aja, kenapa kamu nggak nolak aku pas pertama aku nyatakan cinta. kenapa baru sekarang ? Apa alasannya, kenapa baru nolak aku sekarang ?"

"Maafin aku Bas, aku nggak tahan dipaksa terus sama temen-temen untuk segera nerima kamu tiap hari di kelas. Apalagi banyak yang olok-olok hubungan kita. Hal itu bikin aku tertekan. Sebenarnya pada waktunya nanti aku akan nerima kamu. Tapi kamunya nggak sabaran juga, kan aku juga sebel, Bas. Lagi pula sekarang aku juga nggak mau pacaran."

"Kita belum pacaran aja kamu udah tertekan sama olokan anak-anak, gimana nanti pas pacaran ? Oke gini, aku akan usaha lagi dapetin kamu. Aku janji bakal nunggu kamu sampai kamu mau pacaran." Kataku tanpa sadar memintanya untuk memberi kesempatan kedua.

"Emang kamu mau nunggu aku sampai aku mau pacaran ?" Tanya Caitlyn menantang.

"Iya, aku mau lah. Aku ini serius sama kamu. Kalo nggak serius mana mungkin aku mau nunggu kamu lama. Sekarang gimana ? Kalo misal kita nggak bisa lanjut, yaudah. Berarti percuma selama ini aku usaha serius sama kamu." Jawabku yang dengan polosnya malah meyakinkankannya.

"Oke, aku beri kamu second chance. Tapi kamu harus janji ke aku jangan beritahu teman-teman kita." Sahut Caitlyn.

"Oke aku janji." Jawabku. Sesuatu yang sebetulnya nggak gue rencanain, tanpa gue duga dia beri gue kesempatan kedua. Apa boleh buat, padahal gue cuma mau nyampein kekesalan gue aja, eh malah kayak gini. Ya dengan terpaksa sebenernya gue harus memanfaatkan kesempatan kedua ini untuk membuktikan keseriusan gue pada Caitlyn. Gue harus tunjukkan padanya kalo dia sangat berarti untuk gue.

Dalam masa pemberian kesempatan kedua, gue mulai dari awal lagi. Meyakinkankannya lagi dan lain sebagainya. Sampai suatu saat, gue chat dengannya tepat malam Selasa. Tapi chatku nggak dia balas. Dia sibuk membalas chat di grup kelas gue.

"Lyn, tolong bales chatku. Masa chat grup kamu bales, malah chatku nggak kamu bales sama sekali." Kataku memohon agar dia membalas chatku.

"Kamu loh nggak aku bales gini aja ngambeknya minta ampun. Padahal baru kali ini aku kayak gini. Aku capek Bas, berat second chance kayak gini." Ujarnya kesal. Lah gimana sih, mulai nih cewek aneh lagi.

"Ya udah maaf aku salah, yang ngambek juga siapa ? Orang aku nggak ngambek. Maaf ya, jangan marah gitu dong."

"Iya iya.. aku nggak marah."

Setelah chat Selasa malam itulah dia mulai berubah secara perlahan. Dia mulai marah secara berlebihan disaat gue melakukan kesalahan kecil. Gue selalu mengalah dan mengakui kesalahan gue. Suatu hari dia membuat sebuah status tentang seseorang bernama Reyno yang di status Caitlyn disebut suaranya mirip Michael Jackson. Gue pun memberi komentar tentang statusnya.

"Wah keren ya.. suaranya mirip Michael Jackson, suaraku pasti kalah."

"Apaan sih, Bas ?"

"Ya.. kan kata kamu suaranya kayak Michael Jackson, berarti suaraku kalah bagus dong sama dia."

"Halah, nggak jelas kamu." Emang nggak jelas sih, jokes garing hehe.. tapi.. kok sensi banget.

Dia malah marah sejadi-jadinya seolah-olah nggak terima dengan komentar gue yang sebetulnya bercanda.

Sejak itu dia mulai malas membalas chat gue yang sekedar say hai doang. Gue jadi heran, dan berusaha terus chat dia agar dia mau memaafkan kesalahan yang sebetulnya gue nggak tau kesalahan gue apa. Gue mengemis sejadi-jadinya agar dia mau balas chat gue. Dan akhirnya dia balas chat gue dan gue bertanya sama dia.

"Kamu kenapa ? Kalo ada masalah cerita sama aku".

"Aku nggak apa-apa, udah kamu belajar gih, jangan nggak belajar gara-gara aku. Besok jadi ulangan Fisika ?"

"Iya kayaknya, kamu belajar juga ya.. semangat.. tapi aku doa aja besok nggak jadi ulangan amin."

"Amin.. " jawabnya singkat.

"Aku punya lagu buat kamu, mau dengerin nggak ?, kalo enggak ya gapapa sih..."

"Mau kok, coba nyanyi'in !"

Aku nyanyikan sebuah lagu dari Tulus berjudul Seribu Tahun Lamanya.

"Seribu tahun ? Serius nunggu seribu tahun ? Orang kamunya nggak sabaran, digituin sama aku udah bikin status nggak jelas di BBM." jawabnya setelah VN itu.

"Maaf deh, aku salah. Nggak bakal bikin status lagi deh.. Aku serius lah sama kamu. Jutaan tahun pun tak tunggu."

"Kamu itu paling pinter kalo ngegombal.. ."

"Bener nih serius, suer dah.."

"Iya Bas aku percaya." Malam itu gue lanjutin chat dengannya sampai tertidur pulas.

Esoknya dia berulah lagi dengan nggak membalas chat gue lagi. Banyak chat gue layangkan padanya tak satupun yang dia balas. Akhirnya gue putusin sebuah kalimat chat terakhir yang jika dia nggak bales gue akhiri semua ini.

"Kalo kamu suruh aku berhenti, aku berhenti."

Baru setelah chat terakhir itu dia balas chatku singkat. "Berhenti aja."

"Oke, makasih second chance nya. Berkesan banget. Aku salah minta second chance sama kamu." Jawab gue kecewa.

•••

Setelah kejadian itu gue penasaran, sebenarnya apa yang membuat dia berubah. Untuk mengatasi penasaranku akhirnya gue bertanya ke Laura. Laura mengatakan bahwa Caitlyn mau jauhin gue karena ada mantannya, cinta pertamanya tepatnya yang deketin dia. Dia dalam masa akan balikan kata Laura. Nama mantannya itu adalah Reyno.

Reyno? Ya gue ingat, dia cowok yang Caitlyn bilang memiliki suara keren seperti Michael Jackson. Mungkin wajahnya juga sudah dioperasi beberapa kali seperti Michael Jackson, sehingga membuat Caitlyn jatuh cinta lagi sama Reyno.

Mendengar itu gue hancur, mau marah tapi percuma nggak ada gunanya, orang dia juga nyuruh gue untuk berhenti. Dan seketika rasa sakit hati kecewa yang mendalam menghampiri perasaan gue. Gue bertanya pada gue sendiri, kenapa gue mau menunggu orang yang sebenarnya nggak memiliki perasaan apa-apa sama gue.

Dia nggak hargai semua perjuangan gue selama ini. Dia lupa dengan kasih sayang yang selama ini gue berikan. Entah deh dia anggep ini kasih sayang atau cuma sebatas kebanyakan cowok yang ngerayu dia.

Setelah berpikir panjang, gue memilih untuk menjauhinya juga. Bukan karena tidak lagi mencintainya. Gue hanya ingin menghargai diri gue sendiri. Hidup bersama seseorang yang tidak menghargai perasaan gue akan terasa menyedihkan. Itulah alasan gue menyudahi segalanya. Harusnya dia bersyukur dicintai seseorang seperti gue. Orang yang rela menunggu dan menemaninya dalam keadaan apapun. Orang yang sangat tabah, bahkan begitu lama saat dia tak juga sepenuh hati. Namun, dia tetap tak pernah menyadari semua itu. Menyesal pasti, karena gue habiskan waktu untuk mengejarnya hingga mengabaikan semuanya. Mungkin inilah karma, gue mengabaikan semuanya dan dia mengabaikan gue.

Kisah Cinta di SMA Tak Selamanya IndahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang