TAKE 1

89 4 6
                                    


"Le, kau tahu? putri dari Albert Tjahyo Effendi sedang berkunjung ke Indonesia," Kata Milla sambil menyisir rambutnya dengan jari-jarinya.

"Siapa?" tanya Alle tak tertarik.

"Kamu lupa dengan Adalea Bellvania? Kalian kan berteman saat kecil."

Alle membuang nafasnya kasar dan berjalan mendekati Milla yang sibuk menatap dirinya di cermin ruang kantornya. "Milla," panggil Alle dengan suara baritonnya.

"Hm?" jawab Milla sambil menatap Alle, calon suaminya.

"Daripada membicarakan putri dari Effendi, lebih baik kita pergi makan siang, bukannya itu tujuanmu datang ke kantorku?"

"Okay, restaurant jepang kesukaanku ya?"

"Apapun terserah kamu sayang," kata Alle sambil memeluk pinggang Milla dan memberikan ciuman singkat di keningnya.

.

Bandara Internasional Soekarno-Hatta sedang ramai dipenuhi oleh para wartawan. Wartawan dari berbagai stasiun televisi swasta datang hanya untuk mewawancarai seorang wanita yang sudah ditunggu-tunggu kehadirannya.

"Itu dia! Putri dari Albert Effendi!"

Sesaat setelah seorang meneriakkan namanya, semua wartawan dan orang-orang yang ingin tahu langsung berkumpul mendekatinya dan memberikan beribu pertanyaan untuknya.

"Adalea Bellvania Effendi, apakah benar kedatangan anda ke Indonesia hanya untuk bertemu cinta pertama anda?" tanya seorang wartawan dari stasiun berita yang cukup terkenal.

"Atau apakah anda datang kesini hanya untuk liburan?" tanya seorang wartawan lainnya, kali ini dari Koran Indonesia.

"Apakah anda merasa tertekan hidup tanpa keluarga anda di Inggris?" kalau pertanyaan ini keluar dari seorang wartawan dari majalah gosip no.1 di Indonesia, Indonesian Time's.

Setelah begitu banyaknya pertanyaan yang dilontarkan, orang-orang yang menanti jawabannya berhenti sejenak, untuk memberikan waktu kepada Adalea untuk menjawabnya.

"Kehadiran saya di Indonesia adalah untuk bertemu keluarga saya dan tentu saja, Allen Benedict!" jawab Adalea dengan percaya diri.

"Apakah anda adalah pacar dari seorang pewaris Benedict Corp.? Namun, saat ini bukankah Allen Benedict sudah bertunangan dengan Millaney dari Hartono's Group?"

"Saya tak peduli apakah Alle saat ini sudah bertunangan atau sudah menikah dengan seseorang, yang pasti Alle adalah milikku seorang." Jawabnya sekali lagi membuat seluruh pasang mata yang hadir disitu tercengang mendengarnya.
.
.
.
"Abel, akhirnya aku dapat melihatmu juga sayang, apa kabar?" sapa seorang wanita, Marie Effendi.

"Aku capek ma, sangat banyak orang tadi saat aku sampai di bandara, apa kabar Alle?" tanya Abel setelah ia memasuki rumahnya yang megah itu.

"Kamu ini seharusnya menanyakan kabar orang tuamu dulu, bukan menanyakan Allen, putriku yang cantik," Kata Albert sambil mencium pipi anaknya itu.

"Please, aku sudah selesai melaksanakan studyku, jadi bisakah kalian membiarkan hidupku bahagia dengan Alle?" tanya Abel sambil melepaskan pelukan Ayahnya yang semakin erat itu.

"Lo yakin bakal tetep sama cinta pertama lo si Allen culun itu? Kan dia udah tunangan sama anak dari Rangga Hartono itu," kata Andrew sambil membenarkan kerah bajunya yang berantakan, kakak kedua Abel.

"Mau dia tunangan sama siapa itu bukan urusan gue, dan satu lagi, don't call him culun, Andrey."

"Nama gue Andrew, sialan Abel," Kata Andrew sambil meninggalkan ruang keluarga Effendi dengan kesal.

"Abel, kenapa saat wawancara di bandara tadi kamu mengatakan kalau Allen adalah milikmu? Sekarang satu dunia sudah mengetahuinya sayang," tanya Albert sambil mendaratkan bokongnya di sofa.

"Memang itu tujuanku," jawab Abel tak peduli.

"Dia sudah tunanga--"

"Aku udah bilang berapa kali sih ma? Aku gak peduli dia sekarang berhubungan sama siapa, yang aku pengen sekarang, kalian restuin hubunganku dengan Alle." kata Abel memotong pembicaraan Marie.

"Sayang, aku hanya ingin yang terbaik buat kamu, mencintai seseorang yang sudah memiliki yang lain itu sulit." Ucap Albert menyerah dengan kemauan putrinya itu.

"Abel mencintai Alle dari kecil pa, Abel gak bakal menyerah hanya karena dia memiliki wanita lain, tugasku hanya perlu merebutnya kembali kan? Jadi biarkan aku menyelesaikan masalahku cintaku sendiri, trust me."

Albert memilih diam mendengar apa yang anaknya inginkan itu. Ia tahu, seberapa keras pun ia melarang anaknya itu tidak akan membuahkan hasil.

"Baiklah jika itu kemauanmu sayang, tapi mungkin Alle yang kamu kenal tidak seperti dulu."

Itu kata mamanya terakhir sebelum ia meninggalkan orangtuanya yang menyerah menghadapinya.

"Kita akan segera bertemu, my first love."

Hallo! Jadi aku buat cerita ini sambil santai aja ya, gak begitu banyak words per-chapter nya hehe

How Can?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang