"Le, lo udah gila ya? Mau minum sebanyak apalagi sih."
"Hah? Emang salah ya gue minum air mineral?" Alle mulai meracau dengan perkataannya sendiri.
"Kalo dari tadi lo minum air mineral sih, gua kasih se-galon, lo sadar apa yang udah berbotol-botol lo minum ini?" jawab Rafa sambil mencoba menghentikan Alle minum lebih banyak.
"Peter, uhm, gue mau vodka-nya satu lagi, yang tipe Balkan 176 ya, buruan gue tungguin," jawab Alle dan menghiraukan Rafa yang mencoba menghalangi Alle untuk minum gelas berikutnya.
"Yakin lo, ini gelas ke-6 lo boy," kata Peter, teman Alle sekaligus bartender di bar tersebut.
"Gak, jangan lo kasih, gua yang nantinya tanggung jawab kalau ini anak satu kenapa-kenapa," ucap Rafa.
"Lah, apasih lo, gue kan lagi seneng-seneng, kok masalah banget kayaknya buat lo," kata Alle sambil melempar satu persatu gelas yang ada di hadapannya.
"Alle, kita pulang sekarang atau mau wajah lo itu ada di koran besok pagi gara-gara lo ngehancurin club lo sendiri?" tanya Rafa sambil membantu Alle berdiri untuk pulang. Karena dia bisa memastikan, kalo Alle dibiarkan seperti ini terus, besoknya akan ada wanita yang mengaku dihamili seorang Allen Benedict.
"Shut the fuck up Fa, ini club gue yang diriin sendiri, terserah dong gue mau ngapain aja," amukan Alle mengundang perhatian para pengunjung yang berada disana. Mereka mulai berbisik satu sama lain, menanyakan apakah itu seorang Allen Benedict atau tidak.
"Le, kalau lo mau marah-marah, nanti aja pas udah di rumah, jangan lo lampiasin ke gue di depan orang banyak, malu tahu," kata Rafa mulai menarik paksa Alle yang sekarang sudah benar-benar tidak terkendali lagi.
"Lo bisa ga sih sebagai teman gue ngertiin gue sekali ini aja? Gimana kalo wanita yang lo udah berusaha lupain tiba-tiba saja balik ke kehidupan lo? Gue bingung sekarang," kata Alle tiba-tiba.
"Iya, iya, gue ngerti, sekarang pulang dulu kita selesain besok aja, gue jadi nyesel kan ikut ajakan lo buat main," jawab Rafa mengajak Alle untuk segera pulang. "Gue ga nyangka Le, Abel yang buat lo jadi kayak monster sekarang."
"hmhh," hanya gumaman jawaban yang bisa Rafa dapetkan dari Alle, dan setelahnya Alle tertidur di mobil yang dikendarai sahabatnya itu.
.
"Bel! Abel!"
"Apaansih lo manggil gue sekali aja ga perlu teriak juga gue udah denger," ucap Abel kesal dengan pria yang ada di depannya ini karena ia mengganggunya menonton acara televisi kesayangannya, The Tonight Show starring Jimmy Fallon.
"Jahat banget sih sama kakak lo sendiri." Dave menghampiri Abel dan duduk di sebelahnya.
"Please deh, Davy, cepetan lo mau ngomong apa?" kata Abel sambil memutar matanya kesal.
"Lo tahu kan gue mau nikah? Tapi gue belum fitting baju gue, temenin gue ya besok? Astrid harus shooting ke Jepang terus baru pulangnya sore jadi gabisa nemenin gue."
"Suruh Andrey aja sih, dia kan cowok, lebih ngerti selera lo," kata Abel tak peduli.
"Adek gue kunyuk yang satu itu sibuk kerja, gue mau pesen baju di Benedict's Bridal Boutique lho, gamau ikut nih? Sure?" ucap Dave memancing adiknya untuk ikut.
"Kenapa ga bilang daritadi? Gue ladenin lo seharian disana juga gue betah, Alle tuh yang biasa megang Bridal Boutique," Abel langsung menggandeng Dave erat, bahkan nyaris membuat lengannya putus.
"Asshole, giliran gue bilang ke tempatnya Alle aja lo langsung mau, dasar adek biadab," kata Dave pura-pura kesal.
"Aduh Davy, the most handsome brother i've ever had, walaupun lo ngatain gue biadab, waktu gue lagi di Inggris yang setiap malem nelfon bilang kangen itu lo kan, haha," jawab Abel sambil tertawa meledek.
"Dugong gue satu ini makin gede makin ngeselin juga ya," kata Dave sambil mencubit hidung Abel sampai merah.
"Fuck, hidung bagus gue jangan lo rusak sembarangan, Alle suka wanita hidung mancung."
"Terserah lo aja deh sayang." Dave tertawa melihat adik perempuannya yang sekarang sedang mengasihani hidungnya.
.
Abel sudah siap dan sedang menghabiskan sarapannya sambil menunggu Dave selesai mandi. Hari ini ia hanya sarapan sendiri, karena kedua Orangtuanya dan Andrew sudah pergi bekerja. Oh, jangan tanya kenapa Dave yang kakak sulungnya tidak bekerja, karena Dave bukan tipe orang yang senang dengan kegiatan bisnis. Beda dengan kakaknya Andrew yang workaholic.
"Lo mau pakai baju biasa gitu? Nanti Alle ga ngelirik lo lho," kata Dave menyindir pakaian Abel yang terlalu santai.
"Kaos dan celana jins gue ga ngurangin daya tarik gue kok, udah lah jalan sekarang aja."
"Gue bingung anak dugong kayak lo bisa lahir di keluarga Effendi."
"Lo ngomong lagi, gue hancurin pernikahan lo," kata Abel memberi peringatan.
"Gue sama Astrid kan couple goals banget, gatau lo?" jawab Dave tidak perduli ancaman Abel.
"Shut up, bentar lagi gue sama Alle bakal nyusul lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can?
Romance"Dia hanya masa lalu, yang pernah mengisi sebagian hidupku." -Allen Purnama Benedict- [Jakarta, Wed-Jan-04] --D.H.N--