Chapter 2: My Resolutions

17 1 0
                                    

Hello again guys!

Here is the new chapter for this book

Segala like, komen, dan kritik kalian sangat berarti bagi buku ini.

sorry kalau chapter ini agak pendek selanjutnya bakal panjang kok.

so yeah please enjoy reading it.


"Rayvan lo jangan kayak bayi deh, keluar gak dari kamar lo." Dia menggedor-gedor pintu kamarku memintaku untuk keluar dari kamar. Dan untuk apa? Menunjukkan ke dunia aku yang menyedihkan ini? Kurasa tidak.

"Shintya mending lo balik aja deh. Gua mau sendiri dulu, gua gamau ke pesta itu!" Aku berteriak berusaha tegas tapi yang keluar adalah suara serak dan tertahan, aku mengambil beberapa lembar tissu dan meniup hidungku.

"Eh mpret. Gimana gua bisa balik, lo tumpangan gua ke pesta itu. Pokoknya mau gamau lo harus anter gua kesana!" Shintya berteriak nadanya sangat kesal. Ya bagaimana tidak aku menjemput dia tadi malam jam 3 dan memaksanya menemaniku dalam pesta kesedihan ini, dan sekarang aku membatalkan sepihak pesta tahun baru yang rencananya kami akan datangi. Ya jika aku jadi dia kurasa aku akan kesal juga dengan diriku, diriku yang malang. I gotta give that girl more credits for putting up with me.

"Yaudah tar gua pesenin taksi. Now leave me alone!" Aku melemparkan tub ice cream yang sedang kupegang ke arah pintu, menumpahkan cairan hijau dan chocochip kemana mana. Tak bisakah gadis ini berhenti memaksaku untuk hari ini saja, aku baru saja putus berikan aku sedikit kemudahan.

"Gak pokoknya gua gamau lihat lo meratap kayak gini, menyedihkan banget Ray. Sekarang buka pintunya atau gua ancurin pakai kapak di gudang." Mendengar ancamannya aku jadi merinding, tuhan tahu dia selalu memegang omongannya. Suatu saat dia pernah punya pacar dan dia mengancam pacarnya jika suatu saat dia selingkuh dia akan memotong keris keramat pacarnya. Dan ketika dia dapet kabar bahwa pacarnya benar benar selingkuh... They had a little accident saat mereka membuat sandwich, let's just say telur yang dipotong bukanlah telur rebus.

Akupun berjalan pelan menuju pintu, aku menggeser kaitan pintu membuka sedikit celah. Ketika dia melihat penampilanku mukanya langsung berubah menjadi ekspresi shock, sedih, dan jijik. "Oh my god you look horrible. Itu noda coklat di sekitar mulut kamu kan? Dan plis bilang noda di celanamu itu noda susu kental manis." Dia tersenyum licik.

aku mendengus mendengar sindirannya. "Kau mau aku mengantarmu atau tidak?"

Dia melihatku dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan tatapan menghakimi. "Dengan penampilan seperti itu? Tidak terimakasih aku mencari kawan untuk year end party bukan pity party."

"Bitch. Ya ya aku akan mandi dan ganti baju, kau tunggu saja di ruang tengah." aku membuat gestur mengusir dengan tanganku menyuruhnya cepat pergi dari pintu kamar.

"Baiklah tapi selama aku tinggal jangan menggantung dirimu di shower, aku masih butuh kendaraan. Bunuh dirilah setelah pesta usai." Dia tertawa histeris sambil berjalan ke ruang tengah, meninggalkan aku dan jari tengahku sendiri.

Aku langsung menuju kamar mandi, ya aku sungguh terlihat berantakan dan menyedihkan. Mataku yang merah dibingkai dengan kantung mata, rambutku berantakan dan berminyak, dan ya tentu saja bekas coklat disekeliling mulutku. Well, Gak ada yang bisa diselesaikan dengan hot shower ya kan? Aku memutar gagang shower dan air panas menyelimuti tubuhku menghilangkan rasa pegal dan penat. Oh Revaldy jika air bisa menyiram kenangan buruk tentangmu semua mandi air dingin yang kulakukan tidak akan sia-sia.

Setelah selesai dengan segala ritual pagi aku langsung keluar dari kamar mandi, tapi tentu saja sebelumnya aku melihat penampilanku di kaca. "Better." tidak ada lagi noda coklar

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My New Year's ResolutionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang