Chapter 3

52 3 0
                                    

Seseorang membuka pintunya dan aku mundur beberapa langkah.
"Elena?", dia menampakkan wajah heran.
"Joshua! Apa ada Mr. Maxwell di dalam?", tanyaku dengan cemas.
Pria yang bernama Joshua Kimmich itu menggeleng. Apa maksud dari semua ini?
"Maksudmu...", belum aku melanjutkan perkataanku dia menyela, "Dia tidak datang. Sedang ada urusan mendadak".
Aku langsung frustasi mendengarnya. Aku bersusah payah datang nyaris terlambat dan terkena masalah di jalan tapi dosenku tidak datang? Hebat.

Aku menerobos Joshua. Setelah mengambil tempat duduk di belakang, aku mengistirahatkan kepalaku di atas meja.
"Kau seperti tidak mengerti Mr. Maxwell saja", suara Joshua berada tepat di sebelahku.
"Tapi harusnya dia memberi tahu walaupun itu mendadak, Josh", timpalku.
Joshua mengalah. Dia memang selalu begitu jika harus berdebat denganku. Karena menurutnya, jika seorang pria berdebat dengan wanita selalu tidak ada ujungnya.
Dia mengetuk-ngetuk mejaku. Saat aku terbangun, sudah ada es krim rasa cokelat di hadapanku.
"Apa ini? Sebuah sogokan agar aku tidak kesal?", tanyaku dengan tersenyum miring. Joshua pun tertawa.

"Aku tahu segalanya tentangmu, El", dia mengacak-acak rambutku. Aku langsung melahap es krim yang di berikan Joshua.
"Aku bosan. Mau membolos  bersamaku?", tawarku.
Dia melihat arlojinya sekilas. Lalu sedikit berpikir.
"Eh... Bukankah absen kita sudah kosong banyak?", dia bertanya sambil menggaruk-garuk tengkuknya.
Aku memutar bola mataku.
"Ayolahh. Sekali ini saja", aku meyakinkannya.
Akhirnya dia mengangguk setuju. Aku menarik tangannya dan mengajaknya keluar dari kelas. Masa bodoh dengan teman-teman sekelas yang melemparkan tatapannya kepada kami.

Kami masuk ke area kamar mandi. Aku masuk ke sebuah bilik dan Joshua masuk ke bilik sebelahku. Kami menutup pintunya secara bersamaan.
"Bagaimana jika kita di cari dosen yang mengajar di jam selanjutnya?", Joshua bertanya dari sebelah.
"Hahaha. Biasanya kau bersikap masa bodoh jika dosen mencari. Mengapa tiba-tiba kau berubah?", aku balik bertanya.
"Tidak. Tidak apa", dia menjawabnya singkat.
Aku mengeluarkan headset dan ponselku. Aku mendengarkan musik sambil melakukan scroll pada beranda Twitter ku.
Tiba-tiba aku mencium bau rokok. Aku menengadah.

"Sudah ku bilang berkali-kali jangan merokok ya!!", aku memukul sekat yang memisahkan antara bilik ku dengan bilik Joshua.
"Sebentar saja", balasnya.
"Tidak! Matikan sekarang!", nada bicaraku naik 1 oktaf.
Aku menengok ke bawah dan melihat rokok Joshua sudah jatuh lalu dia menginjaknya sampai mati.
"Kau ini susah sekali di beritahu!", aku masih sedikit menggertak.
Tak ada jawaban darinya. Mungkin dia tidur. Aku sudah memahami kebiasaannya itu. Dia sering tidur jika membolos bersamaku di sini.

***

Sekitar pukul 13.00 bel berbunyi. Jam pelajaranku sudah habis. "Josh? Kau sudah bangun?", tanyaku sambil mengetuk sekatnya.
"Sudah. 5 menit yang lalu", jawabnya dengan suara berat bangun tidur.
"Apa kau masih ada kelas lagi setelah ini?", tanyaku lagi.
"Tidak. Ayo pulang".
Kami membuka pintu bilik secara bersamaan dan meninggalkan area kamar mandi.
"Oh iya. Kau tidak bawa mobil?", Joshua menghentikan langkahnya sebentar.
"Tidak. Sedang di bengkel", aku menggeleng. Joshua membulatkan bibirnya dan membentuk 'o'.
Kami berpisah. Joshua pergi ke tempat parkir untuk mengambil mobilnya. Sedangkan aku masuk ke perpustakaan untuk mengerjakan beberapa tugas sambil menunggu hingga pukul 16.30 nanti.

***

Sesuai janji, setelah aku pulang mengerjakan tugas aku naik bus untuk pergi ke bengkel. Tidak butuh waktu lama aku menunggu bus. Di dalam bus, ponselku bergetar. Satu pesan singkat dari nomor asing.

xxx: Aku sudah mengambil mobilku dan membayar semuanya. Sampai ketemu lagi, Elena :) Alvaro.

Dari Alvaro rupanya. Aku mengangguk dan menyimpan nomornya. Bus berhenti di halte dekat bengkel. Aku turun lalu berjalan sebentar ke sana.
Di bengkel, aku melihat mobilku sudah kembali normal seperti semula.
Seorang pria menutup kap mobilku setelah memeriksanya.
"Sudah selesai. Kau bisa langsung membawanya pulang", dia mendekatiku. Wajahnya tampak tak asing bagiku. Sepertinya aku pernah melihatnya walaupun sekilas.
"Bagaimana? Apakah tadi kau benar-benar terlambat?", pertanyaannya seakan-akan seperti petir yang datang menyambarku.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Double update oke👌
♥Spinnin11

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CLOSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang