Part 2

31.5K 1.2K 16
                                    

Verin merasa kepalanya sangat berat, ia mencoba membuka matanya, ia memperhatikan di sekililing, kamar yang begitu sederhana, sangat jauh dengan kamarnya dulu bahkan kamar ini lebih kecil daripada kamar pelayannya.

"Kau sudah bangun?" seorang wanita setengah baya datang menghampirinya membawa sebuah nampan berisi makanan, sorot keibuan terpancar dari wajahnya.

"dimana saya?". Tanyanya.

"kau berada dipanti asuhan, kemarin aku melihatmu pingsan di depan mini market, jadi aku membawamu kemari, ini makanlah, kau sangat lemah". Ibu itu memberikannya nampan yang berisi bubur dan segelas susu padanya. Tanpa menjawab Verin menghabiskan makanan itu, ia benar-benar lapar.

"terima kasih". Ucapnya tertunduk malu.

"Aku Diana, kau boleh memanggilku ibu, kau sendiri siapa namamu? Bisakah kau menceritakan padaku apa yang terjadi?". Tanya Diana dengan lembut, lalu duduk di tepi ranjang Verin".

"Aku Verina, tapi Ibu bisa memanggilku Verin.....". mengalirlah cerita dari mulut Verin tentang kehidupannya yang berubah 180 derajat. Membuat Diana juga meneteskan airmata. Gadis ini benar-benar menderita, seekor gajah yang kuruspun masih mempunyai lemak ditubuhnya, tapi gadis ini seperti bayi yang baru lahir tidak membawa dan mempunyai apa-apa.

"Kau bisa tinggal disini kalau kau mau, tapi tempat ini sangat sederhana, makananpun hanya seadanya". Ibu Diana mengusap kepala Verin dengan lembut.

"tentu saja aku mau tinggal disini Bu, aku sudah tidak mempunyai tempat tinggal lagi". Isak Verin lalu memeluk Ibu Diana, ia sangat senang bisa bertemu dengan Diana, andaikan Celin bersamaku, tentu kami akan tinggal disini bersama batinnya bersedih

Di Mansion Tristan Greyson, Celin merasakan tubuhnya hangat dan nyaman, ia merasa tidur di dalam ranjangnya yang empuk, dalam dekapan hangat ayahnya yang selalu ada di dalam mimpinya. Ia menggeliat dan lebih merapatkan tubuhnya, mimpi yang indah gumamnya. Jayden yang menyadari adanya pergerakan didekatnya menjadi terbangun dan tersenyum melihat tingkah Celin, tangannya bergerak menyentuh wajah gadis itu, ia mengelus lembut wajah gadis yang hanya berjarak beberapa centi dari wajahnya.

"Dad....". Celin mengigau. Jayden mengeratkan pelukannya ia membenamkan Celin pada dadanya yang bidang. Jika ia bisa setiap hari begini, tentu hari-harinya sangat indah, Jayden tersenyum membayangkan itu semua. Tanpa ia sadari pelukannya yang semakin lama semakin erat membuat Celin sesak, dan akhirnya terbangun. Dengan refleks, Celin mendorong tubuh Jayden membuat jayden jatuh ke lantai.

"Apa yang kau lakukan?". Teriak Celin.

"harusnya aku yang bertanya, apa yang kau lakukan, kemarin kau menabrakkan mobilku, sekarang kau mendorongku". Sahut jayden tidak mau kalah, bangkit dari lantai dan berdiri di depan Celin.

"Verin...Verin...". Celin terkesiap, tanpa memperdulikan Jayden, Celin berlari keluar kamar, ia menuruni tangga dan mencari jalan keluar. Dibelakangnya jayden berteriak memanggilnya.

"hey tunggu, kau mau kemana!!". Jayden berlari mengejar Celin.

Celin berlari melewati halaman mansion yang luas itu. Sebentar lagi ia sampai pada pintu pagar.

"Tahan gadis itu!!". Teriak jayden pada 2 penjaga yang bertugas di pintu masuk rumahnya. Dengan sigap dua penjaga yang berbadan besar itu, menghalangi langkah Celin

"Tolong... aku harus menemui adikku, ia menungguku di taman!!". Teriak Celin sambil menangis ia meronta ronta mencoba melepaskan diri dari pegangan dua penjaga itu. Tidak lama Jayden mendekat.

"sudah lepaskan, biar aku yang mengatasinya". Dengan cepat Jayden mengambil tubuh Celin dan membopongnya kedalam, ia mendudukkannya di sofa besar ruang utama mansionnya. Celin masih terlihat menangis, memikirkan Verin yang berdiam diri semalaman di taman membuatnya khawatir dan sangat bersalah

Twin SistersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang