Bagian tanpa judul 4

4 0 0
                                    

Aku bukan orang yang mudah mengalahkan rasa penasaran. Bukan, bukan tentang siapa si pengirim ini. Tetapi, mengapa ia mengirimkanku surat sejenis surat penggemar ini. Isinya, well, isinya tidak formal tapi juga tidak puitis. Sederhana saja, seperti sedang berbicara kepada teman lama. Tidak ada kalimat kutipan, atau kata-kata yang berusaha membuat terkesan. Ia hanya mengatakan, yaa, dalam dua lembar yang terasa panjang itu ia hanya mengatakan betapa ia senang membaca cerita-ceritaku. Seolah ia sedang menjadi si pemeran utama dalam kisah-kisah itu. Terkesan? Mungkin aku memang terkesan. Dengan caranya menyampaikan pendapat tentang cerita-ceritaku. Rasanya seperti menemukan teman yang memahami apa yang kau bagi lewat tulisan, tidak sekedar melihat jempol atau komentar pendek sebagai kesan dari pembacamu di media sosial. Surat itu membuatku merasa ada seseorang di luar sana, yang mengalami sesuatu yang baik karena cerita yang aku buat. Bukankah itu terasa menyenangkan?

Lalu aku membalas surat itu, juga dengan tulisan tangan. Tanpa bertanya lebih jauh tentang siapa dia sebenarnya. Sebab bukan dia yang membuatku penasaran, seperti yang tadi kukatakan. Tidak sampai seminggu surat kedua darinya datang. Kali itu ia bicara tentang seseorang yang dulu pernah ia kenal yang menurutnya mirip denganku. Lagi-lagi adalah hal yang aneh, bahwa kami berkomunikasi seolah kami berada di masa dua puluh tahun lalu. Bahwa media sosial kini amat mudah sebenarnya membuat kami saling mencari tahu, atau setidaknya aku terhadapnya. Tetapi aku tidak melakukannya. Tidak juga kutanyakan apa-apa perihal identitasnya dalam balasanku. Aku masih ingin berpegang pada penilaianku tentang siapa dia, sebatas dari melihat tulisan tangan surat itu.


SuratWhere stories live. Discover now