1

673 28 2
                                    

Orlyn melangkahkan kakinya dikoridor sekolah. Semangatnya hari ini entah kenapa seketika menguap begitu saja. Kedatangannya membuat suasana koridor yang tadinya ramai, mendadak sunyi senyap. Ditambah ekspresi wajahnya yang sangat-sangat tidak bersahabat membuat siapapun takut untuk membuka mulutnya sedikit saja, bahkan mereka semua menundukkan kepala, atau harapan mereka bersekolah di sekolah elite ini sampai mereka lulus tak akan pernah terwujud.

"Ekspresimu membuat siapapun takut untuk melihatmu."

Suara dibelakangnya membuatnya menghentikan langkahnya. Ia bergeming. Tak melanjutkan langkahnya ataupun berbalik untuk melihat siapa yang berani sekali mengomentari keadaannya saat ini.

"Bukan urusanmu, anak baru," Jawabnya dingin kemudian kembali melangkahkan kedua kakinya tanpa sedikitpun menoleh.

"Delica Orlyn Natasya Jest, namamu sangat-sangat bagus," Orang itu berkomentar lagi dengan nada dingin, "Jest, marga keturunan bangsawan abad ke-90,"

Orlyn yang baru saja maju ke depan beberapa langkah kembali menghentikan langkahnya. Ia mengangkat sedikit kepalanya, seolah menantang dan menatap lurus ke depan dengan ekspresi angkuh dan tatapan mata yang tajam, seolah dapat menghancurkan apa saja yang berada tepat didepan matanya.

Suasana koridor sangat sunyi, tak ada seorangpun yang berani membuka suara melihat kejadian di depan mereka. Bulu kuduk mereka meremang. Suasana koridor sungguh terasa mencekam. Bahkan tak sedikit dari mereka yang bergidik ngeri ketika mengetahui ada yang berani mengomentari Orlyn--satu-satunya orang yang mendapat gelar ratu iblis di sekolah.

"Keiran Nagata, pindahan dari London, lahir di Tokyo, Jepang. Anak dari pengusaha terkaya pertama di London, John Nagata," Orlyn membuka kedua matanya yang tadi terpejam, "Sudah impas, bukan?" Orlyn menoleh dan membuat Keiran sedikit terkejut melihat tatapan gadis itu, "Terima kasih karena telah mengetahui asal usul margaku, Tuan Keiran." Orlyn mengalihkan pandangannya, "Kau beruntung untuk saat ini, karena aku masih berbaik hati untuk tidak memberikanmu shock therapy di hari pertamamu sekolah disini,"

Orlyn kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda menuju kelas.

"Kau gadis yang menarik, Nona Natasya,"

**

"Hello, honey,"

"Berapa kali kau sudah ku ingatkan jangan pernah memanggilku dengan panggilan menjijikan seperti itu?" Orlyn menatap Abby tajam, namun Abby hanya menanggapi tatapan Orlyn dengan sebuah kekehan.

"Tidak salah kalau mereka semua memanggilmu dengan sebutan Ratu Iblis," Abby tertawa kecil, "Tatapan dan wajahmu kalau tengah marah benar-benar mengerikan, Lyn,"

"Aku tahu, dan tak usah kau perjelas," Orlyn kembali mengalihkan pandangannya kearah buku yang tengah dibacanya, tanpa memperdulikan Abby yang tengah cemberut karena diacuhkan.

"Huah," Abby mendesah, "Untung saja aku temanmu sejak kecil, jadi tak masalah kalau kau selalu mengacuhkanku," Abby menopang kepalanya dengan kedua tangannya, "Diacuhkan olehmu sudah menjadi makanan sehari-hariku."

"Berisik,"

Abby merengut mendengar perkataan Orlyn, "Kalau aku tak berisik, bukan Abby namanya!" Ujarnya kesal, "Orlyn sayang, ini kantin, tempat untuk makan, bukan tempat untuk membaca buku, sayang," Lanjutnya gemas melihat Orlyn tengah sibuk dengan bukunya.

"Aku tahu,"

Abby menepuk kepalanya, "Susah sekali bicara sama orang yang terlalu hemat." Sindir Abby lalu melahap makanannya yang mulai mendingin.

"Orlyn," Panggil Abby setelah mereka sekian lama terdiam.

"Hm?" Orlyn menggumam tanpa mengangkat kepalanya dari buku yang dibacanya.

"Darimana kau tahu tentang anak baru itu?" Tanya Abby penasaran. Ia menopang kepalanya dengan kedua tangannya, menatap Orlyn dengan pandangan antusias.

"Hanya asal tebak," Jawab Orlyn pendek.

Abby memicingkan kedua matanya, "Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?"

Orlyn mengangkat kepalanya dan menatap Abby datar, "Menurutmu?"

**

Vote+Comment ya guys! ^^

Copyright by JustFairy© 16 Januari 2014 - 10:09 AM

VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang