"Ra, ntar lo jadi pulang sekolah ke toko buku?" tanya Velia yang menggenggam novel yang di bawanya dari rumah.
Rara, temannya yang juga sedikit terlihat Nerd itu mengangguk.
"Jadi kok. Kenapa? Lo mau ikut?" Tanya Rara yang sedang melahap semangkok bakso.
"Hehe... iya, gue mau beli novel baru lagi." Ucapnya dengan menyengir lebar.
"Velia, Velia. Novel lo udah numpuk di kamar, masa mau nambah lagi?"
Velia menggaruk tekuknya yang tidak gatal, habisnya ia juga bingung. Kenapa ia terlalu mencintai Novel?
"Iya sih, tapi kali ini gue kan mau beli yang Best Seller. Tapi, nggak jadi deh." Ucap Velia.
Mau tak mau, Rara pun mengangguk jika Velia tidak jadi ikut, "Oh, ya udah."
Yang tadinya kantin tampak adem-adem aja walaupun tetap ada keributan, kini malah semakin ribut.
"Wah... ooy Li, liat! Itu ada kak Fernan! Ya ampun, bening banget!" Seru Rara dengan excited.
Velia memberhentikan membaca novelnya, lalu mengikuti arah mata para siswa di kantin. Dan...
Satu kata yang ia dapatkan kali ini, yaitu
Ganteng
Ganteng. Jadi wajar jika kak Fernan menjadi seorang yang di gemari. Selain wajahnya yang kelewatan ganteng, ia juga pintar. Dan juga, termasuk pemain basket terfavorit.
Rara menolehkan kepalanya ke arah Velia, "Oy!! Bengong aja lo! Tuh iler udah sampe kaki!" Pekik Rara dengan jahil.
Velia pun mendelik kesal, "Ckck... apaan deh lo Ra, mana ada iler sampe kaki!"
"Hahah... lagian sih elo-nya, natap kak Fernan kayak mau lo makan hidup-hidup!" Ledek Rara.
Velia memanyunkan bibirnya, "Huw, nyebelin lo!"
"Hahaa..."
Velia yang memalingkan wajahnya ketempat kak Fernan pun tetap menggerutu di hatinya.
Ia berfikir, kenapa ada orang seganteng kak Fernan? Oh ya ampun, bahkan sekarang di hadapannya langsung, ia dapat melihat kak Fernan bersama teman-teman se- team bercanda gurau tanpa meladeni fans-fans nya. Dengan pakaian yang masih baju khusus basket sekolah ini.
"Oy Li, lo merasa ada yang kurang nggak sih sama team itu?" Tanya Rara yang ternyata juga ikut-ikutan melihat ke arah kak Fernan.
Velia mengangguk, "Ada, kak Fakhri nggak ikutan." Ucapnya dan kembali membuka novelnya untuk melanjutkan membaca.
Rara mengangguk.
Fakhri, atau lebih tepatnya Ghifakhri Rafif Pradipta. Seorang siswa laki-laki yang lebih banyak di gemari. Kulitnya yang putih, wajahnya yang menawan dengan lesung pipi yang menghiasi, kepintarannya dalam pelajaran, dalam hal olahraga, dan satu lagi suka bermain gitar. Wah... lengkap.
Tidak terasa pipi Velia memerah karena sudah berani memikirkan kak Fakhri, kakak kelas Velia yang selalu di idolakannya.
"Ya ampun, kenapa aku terlalu menggilainya???"
Rara yang tadinya ingin mengambil minuman yang berada disampingnya, dapat melihat rona merah di pipi sahabatnya itu.
Rara menepuk bahu Velia, dengan terkejut Velia sadar.
"Ya Ampun! Terkejut gue Ra!" Ucap cepat Velia dengan mengelus dadanya. Udah tadi berdebar karena mikirin kak Fakhri, di tambah lagi dengan kejutan yang Rara berikan. Ya Ampun... membuat jantungnya berkali-kali lipat berdebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reality
Teen FictionDengan memakai kaus kaki panjang, rambut di kepang kuda, memakai kaca mata tebal, dan satu lagi selalu berjalan dengan canggung. Itulah Velia. Velia seorang gadis berumur 16 tahun. Ia di jiluki 'Nerd Girl' di sekolahnya. Tidak jarang dirinya di jadi...