Setelah terkejut karena keberadaan kak Fakhri di Cafee ini, jantung Velia semakin tak karuan.
"Kamu bekerja di sini?" Tanya kak Fakhri yang beberapa menit lalu menyuruhnya untuk duduk di hadapan kak Fakhri.
Velia menunduk, "Ehm, iya kak." Ucap Velia dengan gugup, yang membuat suaranya gemeteran.
Kak Fakhri menyerngit, "Kamu kenapa? Kok kayak ketakutan gitu?" Tanya kak Fakhri.
Seketika itu pula Velia mendongakkan kepalanya, menatap lurus ke arah kak Fakhri.
"Kamu masih takut dengan kejadian tadi, sewaktu di sekolah?"
Velia membuang napasnya gusar, lalu menggeleng.
"Nggak kok. Velia nggakpapa." Alibinya.
"Jadi---"
Velia menyerngit, "Ya Velia nggakpapa." Ujarnya.
"Apanya yang nggakpapa. Orang badan gue udah gemeteran gini." Runtuk Velia dalam hati.
"Ka---"
"Ehm, aku permisi sebentar ya. Mau ngasih menu yang tadi kakak pesan dulu, ntar takutnya kelamaan lagi." Velia meruntuki kebodohannya, ia memilih alasan itu agar tidak di tatap se-intens tadi. Bahkan ucapan kak Fakhri tadi terpotong gara-gara dirinya.
Kak Fakhri tampak mengangguk. Dan Velia pun dengan gerak cepat berlalu ke belakang, setidaknya di sini ia bisa membuang dan mangambil napas dengan lancar.
"Kak Andre, ini pesanan pelanggan di meja nomor 10 pojok ya." Ucap Velia sembari memberikan secarik catatan yang tadi di tuliskannya.
"Oke sip." Sahut kak Andre.
Dan Velia pun bisa duduk untuk menunggu pesanan si pelanggan yang kali ini di kenal olehnya.
"Vel, kamu kenapa? Kok kayak grogi gitu?" Tanya kak Dela yang baru saja menghampiri Velia, dan kebetulan kak Dela melihat Velia dengan gerak-gerik grogi.
Velia menyengir, "Eng, aku nggakpapa kok kak. Ehm, aku permisi ya, mau nganter pesanan pelanggan dulu. Ntar kita bicara lagi." Ucap Velia dengan Cepat.
"Oh, ya udah."
Dan Velia pun menghampiri kak Andre untuk mengambil pesanan pelanggan yang tadi. Dan setelah itu, ia membawa sebuah nampan yang berisikan segelas jus alpukat dan sepetak kentang goreng, beserta semangguk kecil khusus saus kentang.
"Ini pesanannya, silahkan." Ucap Velia sembari meletakkan pesanan itu di meja.
Velia pun mendongak, tiba-tiba Clara. Ya, Clara duduk di hadapan kak Fakhri dengan memandangnya sinis.
Kak Clara berdecih, "Cih. Jadi gosip-gosip di sekolahan bener ya, kalo lo itu miskin. Ewh... kok bisa ya sekolahan elite kayak punya gue mau nerima siswa miskin kayak lo." Ucapan sadis itu meluncur dengan menyakitkan. Velia yang mendengar pun merasa gugup, rasanya malu di hadapan kak Fakhri ia di jelek-jelekkan dengan nada lantang yang keluar dari mulut Clara.
Velia tidak berani menatap Clara, hatinya langsung menciut. Velia hanya melirik ke arah kak Fakhri yang menggelengkan kepalanya, Velia rasa, kak Fakhri sudah tidak habis pikir dengan sifat pacarnya itu.
"Jika tidak ada pesanan lagi, saya permisi." Pamit Velia, lalu beranjak dari hadapan kedua pasangan itu.
Tapi, belum sampai dua langkah, Clara sudah berbicara lagi.
"Eits, ntar. Gue mau mesen jus melon satu." Ucap Clara dengan jutek.
Velia mengangguk, lalu pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reality
Teen FictionDengan memakai kaus kaki panjang, rambut di kepang kuda, memakai kaca mata tebal, dan satu lagi selalu berjalan dengan canggung. Itulah Velia. Velia seorang gadis berumur 16 tahun. Ia di jiluki 'Nerd Girl' di sekolahnya. Tidak jarang dirinya di jadi...