Words sedikit lebih panjang. Semoga betah! :)
Happy reading!
===============
Ginny Potter membuka jendela kamarnya pelan-pelan. Satu tangannya menggendong Lily sementara satu tangannya yang lain digunakan mendorong jendela agar terbuka. Harry masih tidur dengan napas yang tenang di atas ranjang. Ginny tersenyum simpul. "Daddymu tampan kalau sudah tidur." Ujar Ginny sembari melihat Lily di gendongannya.
Si kecil Lily Luna menolah pada sang ibu sejenak sebelum kembali mengamati ayahnya. Senyum Lily tercetak di wajahnya. Pelan-pelan, Lily menyadari jika penjelasan ibunya memang benar. Ayahnya tampak tenang dan damai dalam tidurnya. Dari jauh, Lily mulai terusik. Ia bergerak-gerak mendorong ke arah ranjang membuat Ginny paham, Lily ingin bersama Harry.
Ginny mengecup belakang kepala Lily sambil berbisik, "baiklah, sayang, bangunkan Daddymu!"
Tubuh Lily diturunkan Ginny tepat di tengah-tengah ranjang. Sigap, Lily meraih bagian tengah guling yang sedang dipeluk Harry agar membawa tubuhnya mendekat. Lily tertawa girang karena berhasil mendekati ayahnya yang masih tidur. "Da da! Da da!" ditepuknya pipi Harry berulang kali oleh Lily. Dari sentunhan pelan, tepukan standart, hingga berubah menjadi tamparan kencang saking tak sabar melihat ayahnya bangun. Tepat pada tepukan ke tujuh, tidur Harry terusik. Ia mengerang pelan sambil menyingkirkan pergelangan tangan kecil Lily.
"Ah, aku mau tidur dulu, Love—"
Harry masih mengira jika itu adalah perbuatan istrinya. Ginny seperti biasa membangunkannya setiap pagi. Tapi nyatanya, itu adalah tangan Lily. Meski masih bayi, usia yang baru menginjak satu tahun, kekuatan Lily hampir menyamai anak usia taman kanak-kanak. Apalagi pukulannya. Dengan sigap, pergelangan Lily tertangkap oleh Harry. Menyadari ada yang berbeda dengan apa yang ia pegang, Harry perlahan membuka kelopak matanya demi mencari tahu siapa yang berani-berani menepuk-nepuk kasar pipi seorang kepala Auror seperti dirinya. "Hah?" Harry terkejut.
"Morning, Daddy!" sapa Ginny membahasakan dirinya sebagai Lily.
Harry mengerjapkan mata beberapa kali memfokuskan pandangan. Sesekali ia menyipitkan bentu matanya agar melihat lebih jelas tanpa bantuan kacamata. Ginny memandangnya dengan tampang geli. "Wajahmu lucu sekali, sayang. Bangun, sudah hampir siang. Kau tak ke Kementerian? Lily saja sudah mandi!" kata Ginny di depan jendela untuk membersihkan meja samping.
Mendengar penjelasan itu, Harry belum sepenuhnya sadar. Tangannya masih menggenggam pergelangan Lily sambil terdiam berikir. "Kalau kau di sana, lalu ini siapa—"
"Daa ii!" suara Lily terdengar lagi.
"Merlin!"
Bukan main terkejutnya Harry saat dengan kasar Lily menaiki perut hingga dadanya dan berteriak memanggil Daddy dengan sebutan tidak jelas. "Ouch!" erang Harry. Gadis cilik Potter itu berlonjak-lonjak kegirangan di atas tubuh berbaring ayahnya.
Setelah lama bergerak-gerak, Lily langsung tidur tengkurap memeluk dada Harry penuh manja. Kelakuannya membuat Harry gemas mengingat ia memiliki seorang putri yang begitu manja kepadanya melebihi pada Ginny. Selanjutnya, Lily sukses membuat Harry tak lagi mengantuk.
"Surat?" bisik Ginny dari dekat jendela. Harry tak mendengarnya karena sedang asik menciumi bibir mungil Lily hingga gadis kecil itu berteriak kegelian. Seekor burung hantu dikenal sebagai Hyde adalah milik Hermione terbang ke jendela kamarnya dan Harry yang baru saja terbuka. Burung berwarna abu-abu itu membawa surat kecil tergigit di paruhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wont You to Need Me (Dramione)
FanfictionPerceraian memang menyakitkan. Namun, hanya itu satu-satunya jalan untuk bahagia. --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Karena.. aku mencintaimu, Hermione. Aku ingin me...