Hai..hai..haiii..... aku pendatang baru nih... nyoba bikin cerita baru. niatnya sih pengen bikin cerita lucu-lucuan gara-gara baca cerita komedi romantis setengah porno gitu.. tapi kok pas jadi nggak lucu sama sekali yaaa...?? (* aku nggak bakat ngelucu kayaknya,, bakatnya makan doank. hihihihiiii...)
Silakan saran dan kritiknya, asal jangan maki-maki yaaa. nanti saya nangis deh... boleh juga nyumbang ide. kali-kali aja kalo otak saya lagi mampet bisa di pake. heheheee....
yang suka silakan VOTE yaaaa.... (^_*)
^little^
Aku melompat dari anak tangga terakhir pesawat. Merentangkan kedua tanganku sambil menengadahkan kepala ke langit bulan Mei yang luar biasa cerah. Aku menutup kedua mataku berusaha menyerap sebanyak mungkin sinar matahari pagi di pulau dewata. Mengisi paru-paruku banyak-banyak dengan oksigen yang masih terasa sejuk.
"Lo mau berputar-putar begitu terus disini atau ikut gue ke hotel?" suara serak dan sedikit kasar menginterupsiku dari arah belakang. Senyum miring yang selalu kusuka menghiasi wajahnya, memenuhi pandanganku. Matanya yang sewarna madu berkilat jahil saat mengerling kearahku. Mengundangku untuk ikut tersenyum. Tapi aku berusaha untuk terlihat cemberut. Itu tidak sulit bagiku. Karena merajuk adalah keahlianku. Dan merajuk pada Adam adalah salah satu bagian yang sangat kusukai dalam kehidupan ini. Selain pakaian bagus tentu saja.
"Ugh!" erangku berpura-pura kesal. Menjatuhkan kedua tanganku ke samping sambil menghentakkan kaki. "Lo selalu aja ganggu kalo gue lagi happy. Nggak suka lihat gue bahagia ya? Lo iri ya sama gue? Kan lo yang kesini mau pacaran sama Clare. Harusnya lo nggak boleh ngganguin gue. Harusnya gue yang iri cuma bisa jadi obat nyamuk lo berdua. Huuuuww..." celotehku asal. Aku berusaha mengontrol wajahku untuk bisa tetap cemberut. Karena jujur saja, sulit sekali untuk bisa lama-lama cemberut dihadapannya disaat ia sedang tersenyum lebar layaknya kuda jantan yang sedang birahi.
"Yakin lo jadi obat nyamuk?"
Entah apa maksud dari pertanyaannya itu. Tapi warna coklat dimatanya bersinar terang. Entahlah! Aku rasa karena pantulan sinar matahari.
Atau mungkin saja dia sudah tahu tujuanku memaksanya ikut dengannya be Bali dan bermaksud akan mengerjaiku nanti. Tapi Adam hanya tertawa lebar sambil merangkul erat pundakku. Mencium sudut bibirku lembut -Ya! Kami memang biasa melakukan hal itu. Tapi nggak lebih dari sekedar kecupan di sudut bibir. Dan bagiku itu bukan hal yang buruk, dia sudah seperti kakak laki-laki yang tak pernah kumiliki- lalu berjalan membawaku keluar dari bandara yang sesak.
"Ayo," ajakku sambil memeluk pinggangnya erat. Lihat, kan? Hanya dengan mendengar tawa dan melihat cengiran lebarnya aku sudah lupa dengan niatku untuk merajuk.
Dia memang hebat.
***
"What the hell..." suara setengah menggeram Adam tiba-tiba terdengar saat aku sedang mengikat tali bikini di pundakku.
Ugh! There he goes... Sosok kakak laki-laki yang overprotective muncul dari pintu yang menghubungkan kamar kami berdua.
"Heiii...! Nggak bisa ya ketuk pintu dulu sebelum masuk? Kalo gue lagi bugil gimana?" protesku dengan sikapnya yang selalu seenaknya.
Gimana kalau aku benar-benar sedang telanjang? Walau kami besar bersama, tapi usia kami sudah bukan anak-anak lagi. Aku sudah bukan bocah ingusan yang masih memakai popok. Dan sudah dua puluh tahun yang lalu, saat terakhir kami mandi bersama.
Menghiraukan protesku, ia melangkah masuk berdiri menjulang dihadapanku. Kedua tangannya terlipat kaku di depan dada. Matanya menatapku tajam. Berkilat marah. Tapi tak terlalu menyeramkan buatku. Aku sudah kebal. "Bukannya gue udah bilang lo nggak boleh pake bikini itu disini, Nath!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Love
RomanceWARNING!!! CERITA INI SUDAH DIHAPUS DAN DIBUKUKAN. Terima kasih untuk pengertiannya. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Nathasya pergi ke Bali dengan satu misi khusus. Yaitu menaklukkan hati Alfa Mahardika yang tampan dan sukses. Sempurna di matanya. Namun ia mala...