Author POV
Tampang pemuda yang duduk di samping ranjang Lisa nampak begitu khawatir, beberapa kali ia menanyakan hal yang sama pada suster ataupun dokter yang setiap satu jam sekali melakukan pemeriksaan pada Lisa.
"Dok, kenapa dia belum juga sadarkan diri?"
Okay, ini sudah pertanyaan seorang Joo Kwon Jae yang kelima kalinya pada dokter yang sama. Camkan DOKTER YANG SAMA.
Dokter itu hanya tersenyum faham.
"Itu hanya pengaruh obat bius."
Kata seorang suster yang merupakan suster pendamping Lisa pada Joo Kwon Jae. Entah suster itu memang ingin benar-benar menenangkan Kwon jae atau mungkin ia lelah dengan pertanyaan-pertanyaannya.
"Aku sangatlah faham nak jika seseorang menghawatirkan pacarnya. Kau juga harus mencari pacar suster."
Dokter itu nampaknya telah salah faham pada Kwon Jae dan Lisa yang sebelumnya belum pernah sekalipun bertemu. Kemudian dokter dan suster itu beriringan meninggalkan keduanya.
"Sialan! Sialan! Kunyuk itu."
Gerutu Kwon Jae mengutuk. Kemudian mengambil ponselnya untuk memanggil seseorang."Kau itu seharusnya menjenguk dia walaupun sekali. Sudah satu minggu dia di rumah sakit dan dia belum sadarkan diri. Kau tahu!"
Kwon Jae nampak berkoar-koar"..."
"Hey? Bicaralah. Kau punya mulutkan?"
"Tolong jaga dia."
Jawab seseorang di seberang panggilan sana."..."
Kwon Jae terdiam"Tolong."
"Aku tidak suka ditempeli oleh seorang gadis. Apalagi yang masih polos seperti dia, tidak bisa diapa-apakan.
Ah ya... dan aku akan meninggalkannya disini. Aku tidak peduli.""Aku tahu kau orang yang baik."
Klik...
Lelaki diseberang telepon sana memutuskan panggilan.
Kwon Jae menarik nafas dalam-dalam. Ia sama sekali tidak faham dengan jalan fikiran sahabatnya yang satu itu.
"Baiklah. Ini demi reputasiku dan hartaku."
Ya, semua yang Kwon Jae miliki saat ini tidaklah sepenuhnya miliknya. Memiliki tempat pelelangan baju besar, brand pakaian atas namanya, dan beberapa butik itu semua adalah bantuan dari sahabatnya sendiri. Sahabat yang benar-benar menyokongnya saat ia berada di dalam kesulitan.
----------
Lisa POV
"Aku mencim bau-bau yang familiar...
Ah... ini bau rumah sakit di tempatku...
Oh iya, aku lupa. Surga itu adalah tempat yang paling suci. Mungkin 'mereka' sering mensterilkannya.
Itu berarti aku sudah sampai di Surga? Senang sekali rasanya. Kalau saja aku tahu Surga sedamai ini, kenapa tidak dari dulu saja ya aku pergi."
"Apa kau sedang bemonolog seperti drama-drama itu? Hey bangunlah. Jangan terlalu banyak bermimpi."
Secara otomatis mataku terbuka dengan cepat.
"Ahh." keluhku saat kuatnya cahaya matahari membus mataku.
"Perlahan saja. Jangan sok kaget begitu." Ujar orang asing itu
Aku hanya diam saja sambil bertanya siapakan orang ini? Apakah dia salah satu malaikat disini? Atau hanya penjaga surga? Ah... atau jangan-jangan jodohku yang tidak sempat di pertemukan Tuhan saat aku berada di bumi. Ah tapi ku harap sih bukan, dia tua sekali. Apa lebih baik aku bertanya padanya langsung? Baiklah.