Be Happy, Hyung

601 30 3
                                    

Pesan singkat: Jangan dibaca, anggap saja ini angin lalu. Ini cuma coretan yang terlalu gak jelas dan plotless kayak hubungannya Binhwan, hehe.

.

.

.

.

.


Malam itu langit terlihat cukup cerah meskipun tidak ada bintang satupun yang terlihat diatas sana. Jinhwan tersenyum miris dari balik jendela kaca dengan tirai yang sengaja dia biarkan terbuka. Entahlah, malam ini terasa sangat begitu berat baginya. Sebenarnya setiap hari sama saja, tetapi hari ini adalah yang paling membuatnya resah. Sepulang mereka dari acara Melon Music Award, Jinhwan membiarkan dirinya terus terkurung di dalam kamar yang dia tempati bersama Chanwoo, sang maknae. Ajakan makan malam setengah jam yang lalu juga sengaja dia abaikan. Jinhwan hanya perlu menenangkan diri.


Tok.. tok.. tok...


Jinhwan sedikit tersentak mendengar pintu kamarnya diketuk berulang kali. Biarkan saja, dirinya benar-benar tidak ingin di ganggu saat ini.

Tapi terlambat, karena...

"Belum tidur, hyung?"

Jinhwan mati-matian menampakkan senyumnya kepada laki-laki yang sebenarnya adalah alasan atas semua kegelisahan yang dia alami selama beberapa bulan ini.

"Sebentar lagi." Jawabnya singkat.

Hanbin mengangguk kecil, membawa dirinya duduk di pinggiran ranjang milik Chanwoo, menatap lurus ke arah punggung sempit Jinhwan yang masih setia memandang keluar jendela.

"Bisa tolong ijinkan Chanwoo agar tidur di kamarmu, Hanbin-ah?" jeda sesaat, terdengar helaan nafas – frustasi milik Jinhwan. "Aku sedang ingin sendirian."

Bukannya menjawab, Hanbin malah merebahkan tubuh lelahnya, menyamankan posisi kepalanya. Rasanya sudah sangat lama sekali dia tidak mengobrol dengan Jinhwan di kamar ini.

Merasa tidak mendapat jawaban, Jinhwan menolehkan kepalanya dan terkejut melihat laki-laki berambut dark brown itu malah berbaring dengan menutup kedua matanya.

"Apa yang kau lakukan disana?" itu pertanyaan bodoh, Jinhwan.

"Tidak kah hyung merasa kita sedikit canggung akhir-akhir ini?" Jinhwan mengernyitkan dahinya.

"Apa perpisahan kita membuatmu sesakit itu, hyung?" Hanbin membuka matanya namun masih enggan bangun.

Sebenarnya, Hanbin hanya tidak sanggup melihat wajah Jinhwan yang menurutnya sangat menyedihkan, meskipun dirinya juga begitu.

Sedangkan Jinhwan? Mati-matian menahan dirinya agar tidak berakhir memeluk Hanbin dengan erat dan menumpahkan semua rasa sakit yang dia alami semenjak mereka memutuskan untuk berpisah, sekitar tiga bulan yang lalu.

Jangankan untuk memeluk Hanbin, memberikan fans-service ketika mereka sedang di atas panggung saja rasanya tidak sanggup. Jinhwan terlalu lemah, dan semakin lemah ketika dia mengiyakan perpisahan itu.

"Kau itu berbicara apa?" suaranya terdengar sedikit bergetar.

Hanbin akhirnya membawa dirinya untuk duduk bersila di atas kasur maknae mereka, membiarkan mata keduanya saling bertemu.

Sial.

Hanbin seperti mendapat hujaman ratusan anak panah ketika melihat tepat ke dalam bola mata Jinhwan. Mantan kekasihnya itu benar-benar terluka, dan mungkinkah itu karena perpisahan mereka?

"Dibandingkan merasa sakit hati, aku lebih merasakan kehilangan." Dan Hanbin kembali membeku mendengar kalimat itu.

"Tapi tak apa, hanya beri aku sedikit waktu lagi untuk membiasakannya Hanbin-ah."

"Maaf jika aku lagi lagi melukaimu, hyung." Jinhwan meremas tirai yang ada dibelakangnya.

Remasannya semakin kuat ketika Hanbin berjalan mendekatinya. Kenapa dibelakangnya harus ada jendela, sih? Dia kan jadi tidak bisa bergerak mundur, monolognya dalam hati.

"Ayo, kita mulai semuanya dari awal, hyung." Jinhwan rasanya ingin memangis saja.

"Aku sedang berusaha---" ucapannya terputus ketika jari telunjuk milik mantan kekasihnya –orang yang sangat dia rindukan- menempel di bibirnya.

"Aku masih sangat menyukaimu, hyung. Masih sangat menginginkanmu dan rasanya aku hampir putus asa untuk bertahan hidup ketika melepasmu waktu itu." Kedua tangannya beralih menangkup wajah kecil milik Jinhwan. "Tapi aku bisa apa, hyung?"

"Han---"

"Jika yang kau pilih malah Mino hyung." Jinhwan menggigit pelan bibir bawahnya.

"Katakan, hyung! Apa yang harus aku lakukan untuk melupakanmu?" Jinhwan memejamkan matanya mendengar nada frustasi itu.

Kedua tangannya tanpa bermaksud justru menggenggam kedua tangan milik Hanbin yang masih menempel di wajahnya.

"Tidak, kau tidak melakukan apapun, hyung. Jadi jangan merasa bersalah."

Ibu, Jinhwan rasanya ingin menangis saja sekarang.

"Mino hyung yang terbaik untukmu. Aku ikut bahagia dengan itu." Hanbin membawa kedua tangannya menjauh.

"Aku---"

"Ayo hyung, kita mulai semuanya dari awal." Lagi dan lagi ucapannya harus terpotong.

Menyerah, Jinhwan akhirnya menganggukkan kepalanya, tersenyum lebar meskipun terpaksa.

"Nah, begini lebih baik." Hanbin mencubit kedua pipi hyung tertuanya itu, karna tidak mungkin kan dia menciumnya?

"Aku banyak membaca komentar para fans dan mereka tampak sangat merindukan moment kita berdua, hyung."

"Kasian sekali mereka." Jinhwan membawa dirinya tertawa dan alhasil mereka berdua tertawa, canggung.

"Jadi, ayo kita ramaikan lagi moment Binhwan, hyung!"

"Baiklah." Jinhwan kembali tersenyum lebar, mengiyakan.

.

.

.

Tapi tampaknya obrolan mereka beberapa minggu yang lalu hanyalah sebatas kata-kata saja. Tidak Hanbin, tidak juga Jinhwan, mereka berdua sama-sama terlalu kaku untuk berdekatan. Hingga akhirnya sepanjang mereka siaran V-app mereka menyibukkan diri dengan hal lain, apa saja yang penting jangan ada celah yang bisa menyebabkan mereka harus saling mengobrol. Meskipun kenyataannya, mereka tetap saja harus bersikap professional di depan layar.

.

.

.

END

.

.

By: SiBi

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 28, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IKON FANFICTIONSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang