"Ari, udah belum ganti bajunya? Lama amat" teriak Mama dari lantai bawah.
"Sabar, Ma lagi iket rambut," aku balas berteriak.
"Buruan, keburu sore nanti jalanan macet," kali ini teriakan kak Ara yang memenuhi seisi rumah.
"Iye, iye. Bawel," aku mengencangkan ikatan rambut dan dengan cepat mengambil handphone lalu turun.
"Ari!" Teriak Mama saat aku menampakkan diri didepannya.
"Apalagi sih, Ma? Aku kurang cepet turunnya?"
"Kamu itu apa-apaan sih, setiap ke mall penampilan kamu jelek-jelek, kusam dan cowok banget. Ini kita ke mall gede loh. Ganti lagi bajunya cepet, nggak mau tau," Mama menunjuk-nunjuk baju dan mukaku dengan kesal. Aku menunduk melihat apa yang kupakai sekarang. Baju kaos warna hitam yang sebenarnya ada gambar IronMan tetapi udah pudar, celana basket berwarna hitam selutut, sendal jepit yang juga berwarna hitam dan rambut yang diikat berantakan. Kayaknya bagus-bagus aja.
"Ini udah paling bagus, Ma. Udah yuk pergi buruan, ntar kena macet" aku meloyor pergi dari hadapan Mama yang penampilannya rapi.
"Ih, ini anak dibilangin susah banget sih!" Mama menggeleng-gelengkan kepala.
Aku melihat kak Ara yang sedang berdiri didepan kaca sambil merapikan rambutnya. Dia memakai dress berwarna putih polos yang membalut lumayan ketat dibadan nya.
"Ih, lo seriusan pakai baju begituan?" Kak Ara memelototiku saat aku berdiri disebelahnya.
"Iya, emang kenapa?" Aku balas menatapnya dengan tatapan tidak berdosa.
"Ari.. kita itu mau ke mall, bukan ke lapangan basket,"
"Lah emang kenapa? Gue nggak ngerasa salah pakai baju kok. Udah sih, kan gue gini yang pakai" kak Ara memelototiku lebih besar lagi.
"Ayo berangkat" aku menoleh kearah sumber suara. Oh, thanks, Dad, engkau melindungiku dari serangan maut kak Ara.
Aku langsung lari kemobil dan duduk dikursi depan sambil memasang earphone lalu pura-pura tidur.
"Heh, siapa suruh kamu didepan?" Aku membuka mataku dan melihat Mama yang sedang berdiri di samping ku.
"Aduh, Ma, aku didepan aja ya, kalau dibelakang nanti aku muntah," aku memasang muka lemas agar Mama simpati.
"Apaan, sejak kapan kamu bisa mabok dimobil?"
"Sejak tadi. Udahlah Ma, sekali ini aja," aku menggunakan jurus puppy eyes andalan ku.
"Pasti gara-gara takut diomelin Ara kan, makanya nggak mau duduk belakang bareng dia?"
"Hehehehe tau aja" aku nyengir dengan lebar saat Mama berhasil menebak apa alasanku duduk di bangku sebelah pengemudi.
"Udah sering kamu begini," ucap Mama lalu berjalan membuka pintu belakang lalu masuk. Aku tersenyum puas lalu menutup pintu mobil.
Apes banget! Setelah sampai di mall, aku nggak dibolehin masuk sama security-nya karena memakai sendal jepit.
"Ini mall apaan sih, masa pakai sendal aja nggak boleh. Mall apa sekolahan coba" aku mendengus kesal.
"Tuhkan udah Mama bilang pakai pakaian yang rapi, akhir-akhirnya kayak gini kan jadinya, ngerepotin orang doang," Mama sibuk berceramah. Bodoamat lah.
"Yaudah sekarang Mama sama Ara kedalam dulu beliin kamu sepatu. Kamu disini dulu aja sama Papa" aku mengangguk.
Setengah jam menunggu, akhirnya Mama keluar dari mall bersama kak Ara yang membawa kantong yang kujamin adalah sepatu.
"Nih, pakai cepet," kak Ara menyerahkan kantong itu kepadaku dan langsung kubuka tanpa ragu. Tapi setelah kulihat isinya...
"Loh kok sepatu beginian sih? Ini mah selop. Bukan sepatu. Ih aku nggak mau pakai beginian. Ogah," aku memasukan kembali sepatu itu dan memberikannya kepada Mama. Aku nggak mengira mereka akan membelikan sepatu cewek seperti ini.
"Yaudah kamu nggak usah masuk. Nunggu aja disini sampai kita selesai jalan-jalan" Mama menggandeng Papa. "Yuk masuk,"
"Ehhh.. jangan gitu dong. Masa aku ditinggal sendirian" aku mulai panik. "Yaudahlah aku pakai" aku membuka kembali kardus sepatu itu dan memakainya. Kulihat Mama dan kak Ara tersenyum puas. Ish, greget.
Aku melihat sepatu selop putih bermotif bunga-bunga yang berada di kaki ku sekarang
Astaga, sepatu macam apa ini. Aku menabahkan hati ku dan bangkit berdiri.
"Nah, ayo masuk," Mama berjalan didepan memimpin jalan. Saat didepan security yang mencegat ku tadi, aku menatap kesal kearahnya.
"Udah nih, udah pake sepatu" aku menunjuk kakiku dengan muka masih kesal.
"Woke" security itu tersenyum puas menatapku.
Aku merasa banyak orang menatapku dengan tatapan aneh. Apalagi sih? Dimukaku nggak ada upil kan? Zzz.
Aku mengikuti Mama yang berjalan memasuki toko baju bermerk dan fashionable. Aku melihat tempat duduk di ujung dalam toko dan langsung menuju kesana secepat kilat. Huh, paling males deh kalau Mama udah belanja begini.
"Ari, coba deh baju nya" aku menoleh kesamping, melihat Mama yang sedang menyodorkan dress putih bermotif bunga.
Aduh Ma, apalagi sih?!
***
HALLO SEMUANYA!
Aku buat cerita lagi loh. Yak, aku tau cerita Let Me Love You padahal belum selesai, tapi aku pengen banget bikin cerita ini. Bener-bener pengen. Okay, disini mungkin aku nggak kasih cast-cast nya ya, biar kalian bisa bebas berimajinasi tentang muka-muka karakternya. Tapi disini aku bakalan kasih kayak contoh gambar baju atau sbg nya yang ada dicerita. Nah terus disini juga aku nggak mau terlalu formal jadi ada pake gue-elunya. Ya karena memang cocoknya begitu dengan karakternya hehehe. Disini juga aku mau bikin ada humornya gitu, jadi kayak nggak bosen kesannya. Yaa doain aja semoga aku lancar ya bikinnya:v Dukung terus ya cerita-cerita ku. Kritik dan saran masih dibutuhkan kok. Thanks yang udah setia baca cerita ku yang disebelah, semoga kalian suka sama cerita yang ini. Tetep staytune ya!😉😉Kalau suka silahkan divote, kalau ada pertanyaan silahkan comment😊
Laflaf💕💕
Sylvia Bunita
YOU ARE READING
Just Be You.
Teen FictionAriana, adalah cewek tomboi yang nggak peduli dengan penampilan, cuek dan jutek pula. Oleh karena itu, nggak ada cowok yang mau dekat dengan dia. Awalnya dia betah dengan status "Jones" nya, tetapi semenjak dia ngelihat seorang cowok yang dia temui...