Aku memeluk diriku sendiri sembari merapatkan selimut tebal yang membungkus tubuhku. Kaos kaki tebal yang melindungi kakiku dan heater yang beberapa jam lalu sudah kunyalakan masih tak mampu menghangatkan aparte kecil yang kutinggali saat ini. Rintik-rintik hujan membentuk pola abstrak di jendela samping tempat tidurku dan mengaburkan pemandangan di luar sana. Langit mendung yang sedari tadi menggantung di langit belum menghilang.
Aku mendesah sebal sambil menggigil kedinginan.
Aku tak tahan dingin. Aku benci hujan.
Langit mendung, kabut dan tetes hujan yang menutupi pemandangan diluar, bau tanah basah yang membuatku ingin muntah. Aku sangat membenci semua hal tentang hujan.
Bulan kedua sudah akan berakhir beberapa hari lagi tetapi musim dingin masih tidak mau pergi, membuatku tak bisa pergi kemanapun dan hanya berdiam diri di atas tempat tidur. Bahkan untuk menyalakan televisi yang ada di seberang ruangan tidurku saja aku tak mampu. Dan hari-hari dingin ini kuhabiskan dengan memandang jalanan licin nan bersalju yang ada di luar.
Ketika itulah aku bertemu dengannya. Seseorang dengan mantel tebal berwarna gelap yang terlihat mahal kerap kali duduk di ayunan di taman seberang aparte ku. Setiap hari selama musim dingin ini dia selalu duduk diam disana, sesekali dia menggerakan ayunannya perlahan hanya beberapa waktu sebelum kemudian ia akan mengecek jam di tangannya dan pergi meninggalkan tempat tersebut.
Aku selalu penasaran akan apa yang ia lakukan di luar sana di hari yang membuat seluruh tulang di tubuh membeku? Apakah dia menunggu seseorang? Jika iya, lalu apakah seseorang yang ia tunggu tak kunjung datang sehingga membuatnya menunggu disana setiap hari?Berbagai pertanyaan terus saja menggelayut pikiranku.
Aku ingin turun ke bawah dan pergi menemuinya untuk bertanya.
Apa yang kau tunggu sebenarnya?
.to be continued.
YOU ARE READING
Rain
FanfictionJika aku mampu, aku ingin memutus benang rumit yang menghubungkanku denganmu. Jika aku bisa, aku ingin memberitahu semesta bahwa kita bisa bersatu. Dan jika aku tahu, bahwa semua itu kesalahan karena kita bertemu.