Sudah hampir tiga minggu setelah terakhir aku melihatnya masih duduk di ayunan, kini aku tak lagi menemukannya disana. Keseharianku yang ku habiskan mengamatinya sambil menahan rasa penasaran di setiap sore di depan jendela aparte ku tergantikan dengan diriku yang kini duduk di kursi baca yang ada di toko buku yang ada di bawah aparte ku, dari tempat ini aku bisa melihat secara jelas ayunan yang biasanya ia duduki.
Aku sendiri heran dengan diriku sendiri. Aku yang biasanya membenci cuaca dingin dan lebih memilih bergelung di tengah kehangatan aparte ku, kini aku rela setiap pukul 3 sore turun ke toko buku berpura-pura mengambil sebuah buku yang kemudian aku letakkan di hadapanku dengan halaman terbuka sembarangan, berakting seolah-olah aku sedang membaca buku, bukan untuk menunggu sosok misterius dengan mantel tebal itu.
Namun, di suatu waktu -tepatnya hari kelima pada minggu keenam setelah ia menghilang- aku menemukan sosoknya. Berjalan pelan sembari menggenggam kaleng kopi hangat yang bisa di beli di minimart sebelah toko buku tempatku berada.
Merasa diawasi, tiba-tiba pandangannya berpindah dari lantai menuju ke arahku. Tepat di manik mata.
Aku bisa melihat bola matanya yang berwarna coklat gelap. Khas orang Asia. Matanya tidak terlalu sipit, namun dilihat sekilas pun jelas sekali dia serumpun denganku.
Aku yang terpergok sedang mengamatinya hanya bisa mengangguk kikuk sambil tersenyum canggung. Mungkin di matanya, aku hanyalah seorang penganggurang yang tak punya kegiatan apapun di cuaca dingin ini yang sedang menatap asal semua orang yang lewat di hadapanku.
Namun, aku lebih terkejut lagi tatkala ia tiba-tiba membalas senyumku sembari berjalan menuju pintu masuk toko buku ini.
Terdengar suara loceng pelan dari arah pintu masuk dan aku benar-benar melihat sosoknya masuk ke dalam toko buku. Karena panik dan takut apabila ia akan menghampiriku dan menanyaiku macam-macam, seketika aku mengalihkan pandangan dan membalik asal halaman buku di hadapanku yang memang sudah terbuka dari beberapa jam yang lalu.
Dan ketika aku melihat lagi ke arah datangnya sosok bermantel itu, aku melihatnya berlalu dan menghilang di rak-rak buku yang tinggi menjulang di bagian sisi kiri toko buku. Dan ketika aku melihat ke atas tepat pada papan nama yang bertuliskan jenis buku yang ada pada rak-rak yang ia masuki tadi, aku melihatnya jelas.
Geografi.
Mungkin ia mencari peta, atau buku panduan wisata di kota kecil ini.
Saat itu aku semakin yakin, dia adalah turis -atau mungkin seorang asing yang sedang mencari seseorang di tempat yang juga asing baginya-
to be continued.
YOU ARE READING
Rain
FanfictionJika aku mampu, aku ingin memutus benang rumit yang menghubungkanku denganmu. Jika aku bisa, aku ingin memberitahu semesta bahwa kita bisa bersatu. Dan jika aku tahu, bahwa semua itu kesalahan karena kita bertemu.