[2] Teror Bayangan

24 3 0
                                    

Perjalanan mereka berlanjut.. Langkah kaki mereka melangkah sedikit demi sedikit melewati akar pohon yang menjulang di atas tanah. Meskipun hari sudah siang, suasana di sana masih terlihat sangat menyeramkan. Hewan - hewan aneh yang tiba - tiba berlari kencang, tak jarang mengejutkan mereka. Semakin dalam mereka rasa, semakin dalam memasuki hutan aneh itu

"Mau sampai kapan kita disini Bar? Nggak ada orang sama sekali. Kedua orang tua kita? Bagaimana mereka sekarang?" ucap Gilang

"Aku pun tak tau Lang, Bibi.. Dia pasti mengkhawatirkan ku. Meskipun dia ibu angkatku, tapi dia sangat menyayangiku." ucap Bara sangat mengingat ibu angkatnya

"Ayo come on guys.. Kita harus bisa keluar dari sini. Kita semua pasti merindukan kedua orang tua kita. Ditambah lagi kita nggak tau sudah berapa lama kita disini. Ditempat seperti apa ini. Kita hanya bisa ikutin petunjuk dari peta ini." ucap Reno

"Iya.. Bagaimana pun, apapun kondisinya. Kita harus sama - sama. Dateng bareng pulang bareng. Jika kita bisa keluar dari sini, anggap aja semuanya tak pernah terjadi. Hanya kita yang merasakannya." ucap Bara

Mereka bertiga lalu melanjutkan perjalanan mereka.. Mengikuti peta petunjuk yang tergabung dengan buku yang terkunci itu. Apa isi dari buku itu? Mereka bertiga pun juga tidak tau. Atau mungkin buku itu adalah pintu dimana mereka bisa keluar? Atau mungkin malah membuat ketiga anak itu menjauh dari asal mereka.

Langkah kaki mereka terhenti saat Gilang tersandung akar pohon. Pohonnya besar sekali, mirip beringin tapi jauh lebih besar lagi. Reno dan Bara berusaha menolong, lalu tepat dihadapan mereka. Ada sebuah gua yang sangat besar berdiri di depan mereka. Tak ada jalan lain di sekitar goa itu. Gua itu seperti sebuah pintu masuk bagi petualang cilik itu.

Perlahan, kaki mereka masuk ke dalam mulut goa itu. Tak jarang - jarang mereka menghadap ke bawah untuk melihat apa yang mereka pijak. Agar tak tersandung akar pohon atau masuk ke dalam lubang yang mungkin ada di dalam gua tersebut.

Semakin memasuki dalam gua tersebut, suasana mistis semakin kental disana. Ditambah lagi cahaya yang remang - remang bahkan sama sekali tidak ada. Ditambah dengan suara kelelawar yang sangat menyeramkan. Bara menyalakan senter, sementara Reno menyalakan lentera yang mereka bawa dari rumah.

"Bahaya apa lagi yang akan mengancam kita?" ucap Gilang

"Kita masih ada di penghujung petualangan kita Lang, kita harus sabar. Maju terus pantang mundur." ucap Bara

"Hati - hati Lang, sering - sering lihat di bawah. Siapa tau gua ini ada jurang tersembunyi di balik rerumputannya." ucap Reno

"Tenang aja... Udah aku lihatin bawah kakiku ini. Sudah pasti tanah yang aku pijak."

"Ya kali.. Masa melayang. Kalau melayang mendingan temenan aja sama penghuni hutan ini." ucapan Bara diikutin gelak tawa teman - temannya

===$$===

"Aaaaaa..." teriak Reno dari kejauhan

Tangan Reno dengan sigap menggapai dinding lubang yang dalam itu. Dinding lubang itu licin karena di tumbuhi lumut diseluruh permukaan dindingnya. Kakiknya mencoba berpijak pada batu yang menempel di dinding lubang itu. Tapi batu itu ternyata tak cukup kuat untuk menahan beban tubuh Reno. Akhirnya batu itu berjatuhan ke dasar lubang itu. Tak terdengar suara bahwa batu itu sudah mencapai dasar lubang, itu menandakan bahwa lubang itu sangat teramat dalam atau mungkin tak memiliki dasar.

Kedua temannya menoleh, dan berlari menuju asal suara

"Renooo... Kamu dimana?" ucap Bara

"Renooo.... Renoooo?" ucap Gilang

"Aku disini teman - teman. Tolong aku, aku di dalam lubang. Hati - hati jika kalian melangkah." ucap Reno yang menggema di seluruh gua

Akhirnya ereka menemukan temannya yang tergelantung ditepian dinding lubang yang berdiameter 1 meter. Dengan memutar otak, mereka berusaha menyelamatkan Reno. Bara langsung mengambil seutas tali yang ada di tasnya, dibantu Gilang mereka mencoba mengaitkan tali itu ujung ranting pohon yang ada di sekitar pinggiran lubang itu. Setelah mereka menyangkutkan tali itu ke ranting pohon, mereka berpikir kembali bahwa ranting itu tak cukup kuat.

Setelah itu mereka kembali mencari ide, ada sebuah batu besar yang letaknya tak jauh dari pohon itu. Mereka kaitkan tali mereka disitu. Lalu memberikan ujung lainnya kepada Reno, berharap Reno bisa menggapainya & mereka berdua dapat menarik Reno ke atas. Setelah Reno dapat menggapainya, mereka langsung menarik Reno dengan sekuat tenaga, beruntung posisi jatuhnya Reno tak jauh dari mulut lubang. Akhirnya mereka dapat menarik Reno kembali ke atas tanah tempat mereka berpijak meskipun terdapat bekas luka sayatan di tangan sebelah kanan Reno.

"Kamu tak apa - apa kan Ren?" ucap Bara

"Tidak kok tidak apa - apa." ucap Reno

"Syukurlah kalau gitu. Untung aja kamu nggak sampe jatuh ke dalam lubang itu. Lubang yang aneh. Seperti sebuah sumur tua."

"Sumur tua? Coba kita lihat." Bara mengambil senter dan sedikit menjulurkan badannya masuk kedalam lubang itu. "Tak mungkin ini sumur tua, lubang ini sangat besar untuk ukuran sebuah sumur."

"Bisa Jadi Bar, lalu untuk apa lubang ini ada disini?" tanya Gilang

"Hmm.. Entahlah. Bisa saja pernah terjadi sebuah gempa disini yang menyebabkan tanah yang tidak memiliki lapisan tanah dibawahnya ambrol. Yang kayak di tv - tv itu lho, ada bencana alam yang mampu membuat sebuah lubang besar ditengah jalan raya, dengan hitungan detik." Lagian untuk apa ada sumur di dalam gua yang gelap ini?"

"Ya ya ya... Bisa juga apa yang kamu katakan. Pinter juga analisismua Bar. Nggak nyangka. Padahal di kelas kerjanya cuman tidur sama ngantin." tawa Gilang

"Auuuuuu..... Perih nya. Kenapa bisa ada luka ditanganku?" ucap Reno

"Eh iya... Lukanya mirip luka bekas sayatan. Atau mungkin tadi waktu kita menarik Reno, dia tergores ranting pohon kecil yang tumbuh di tepian lubang?" ucap Gilang

"Kurasa bukan iu.. Coba lihat, luka Reno memiliki 3 luka dengan arah yang sama. Dan luka yang tengah ini jauh lebih panjang. Ini mirip kayak luka bekas cakaran kuku hewan buas." ucap Bara

"HEWAN BUAS????" teriak kedua temannya

"Iya benar.... Kalau bukan hewan buas siapa lagi?"

Flashback on

"Tolong.. Tolong aku... Bara, Gilang kalian dimana? Tolong aku. Aku udah nggak kuat lagi." ucap Reno

Reno terus berteriak meminta tolong, tiba - tiba angin berhembus kencang menerpa tubuh Reno. Angin itu terasa aneh sangat menerpa tubuhnya. Perasaan takut semakin besar ia rasakan. Tiba - tiba ada bayangan hitam lewat di depan matanya dan serasa seperti menyayat tangan kanan yang Reno pakai untuk berpegangan. Terasa sakit hingga Reno berteriak kesakitan.

Rasa dari sayatan itu terasa benar - benar sangat perih dan menyakitkan. Saat bayangan itu menyentuh kulitnya, kulitnya terasa terbakar hingga tulang nya mampu merasakan panas yang bayangan itu akibatkan. Setelah rasa panas dan nyeri itu hilang. Reno melihat tangan kanannya apakah ada luka atau tidak. Ternyata tak ada satu pun luka yang tergores di tangan kanannya itu

"Lho kok aneh. Rasanya tadi kulit ku seperti mau dikuliti saja. Tapi kok, lukanya hilang? Apa apaan nih."

"Renooo... Kamu dimana?" ucap Bara

Flashback off

=======================================================================

Hallo ^_^ akhirnya sempet juga post cerita ini

Udah lama, hampir setahun ya. Hehehehe. Kesibukan author waktu UNAS tahun lalu, ya maklumin aja :v

Tapi sekarang udah agak luang pas SMA, masih kelas 10 kan :v

Voted ya jangan lupa.. Doain semoga part selanjutnya cepet post. Amiiiinnn :D

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 10, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lorong WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang