Telinga Dela panas dengan lontaran bullying semi bercanda yang dilontarkan padanya.
Tapi seperti biasanya, dia akan membalas bullying itu dengan bullying. Bukankah diam saja ketika disakiti hanya berlaku di drama sinetron picisan?
"Yang ada si Justin Bieber bakal lari kali kalau ketemu kamu." Semua laki-laki di ekstra drama memang menjengkelkan. Tapi laki-laki ini punya potensi lebih besar membuat Dela naik darah.
"Huh, kata siapa?" tukas Dela cepat-cepat. "Aku ini jago pelet, cuma maunya melet orang-orang yang kelas atas aja. Kalau rakyat jelata kayak kamu mah aku ogah. Nah contohnya si Justin Bieber ini, dia itu udah kecantol sama aku. Tergila-gila, tau."
Daniel tertawa lagi. "Jago pelet apa jago santet? Pantesan juga kamu jadi dukun santet."
Oke keterlaluan. Dela menginjak kaki laki-laki itu sekuat tenaga. Lebih keterlaluan lagi, Dela mendapat julukan San di ekstra drama. Santet.
Ketika itu Dela baru saja selesai olahraga. Sebagai junior kelas satu ia harus mengalah dengan kakak kelas ketika di koprasi sekolah. Membiarkan kakak kelas mengambil minuman yang ingin ia beli, bahkan kakak kelas bertubuh bongsor menutupi kulkas hingga membuat semua orang kesulitan mengambil kinuman dingin.
Setelah mendapatkan minuman isotonik dingin, Dela termangu di pinggir lapangan.
Seseorang duduk begitu saja di sisinya. Ketika Dela menoleh, Daniel--pria itu mengangkat sebelah alisnya. "Hai San." Panggilan kesayangan picisan itu lagi.
Dela sudah siap adu mulut dalam bentuk apapun ketika tiba-tiba pria itu tersenyum. "Kita ditugaskan untuk membuat naskah di pementasan yang akan datang."
"Oh ya, temanya apa?"
"Kata Edo," pria itu menyebut nama salah satu senior ekstra drama mereka. "Temanya harus nasionalisme. Pokoknya begitu, aku sama sekali nggak suka bikin naskah-naskah begituan."
"Oke nanti pulang sekolah ke kelasku ya?"
Kemudian sejak itu adu mulut bertambah lebih sering.
ÐÐÐ
"Woy Santet!"
Ketika pesan singkat itu dibaca oleh Dela, ia tahu ini salah satu anggota ekstra drama. "Ini Kak Edo atau Daniel jelek?"
"Siapa hayo," seseorang di sebrang sana tidak mau mengakui jati dirinya.
"Ini pasri Daniel jelek," serta merta Dela mengambil kesimpulan. Tapi sekarang dan seterusnya ia tahu bahwa ia benar.
Dela masih ingat ketika itu, providernya dan Daniel berbeda. Sehingga laki-laki itu menghabiskan pulsanya malam itu juga untuk saling berkirim pesan dengan Dela.
"Pulsaku habis, gara-gara kamu nih. Besok lagi ya, kalau masih diberi kesempatan"
"Idih, gara-gara aku. Aku nggak pernah salah kali. But btw, masih ada kesempatan selanjutnya kok."
Kalimat itulah yang mengakhiri sms-an mereka berdua malam ini sekaligus penanggung jawab pesan-pesan pada hari selanjutnya.
ÐÐÐ
Malam itu Dela memutuskan menginap di rumah Anis--teman sebangkunya.
"Jadi kamu setiap hari sms-an sama Daniel?"
KAMU SEDANG MEMBACA
D -Dela, Doni, dan dia
Teen FictionPernahkah kau tertawa lepas? Namun hanya untuk menjaga kesedihanmu tidak lepas. Tertawa sekeras kau ingin meraung pilu, menjaga agar tangismu senantiasa tersembunyi. Aku pernah. Gadis yang dijuluki orang paling ceria, adalah orang yang menyimpan luk...