Are you, are you
Coming to the tree?
They strung up a man
They say who murdered three
Strange things did happen here
No stranger would it be
If we met at midnight
In the hanging tree
Lantunan lagu The Hanging Tree menggema keras di kamar Lys. Tentu saja, suara merdu Jennifer Laurrence tersebut menghipnotis Lys yang sedang fokus menonton serial film favoritenya, The Hunger Games. Walaupun sudah menontonya berulan-ulang, tidak ada kata bosan bagi cewek berambut panjang itu.
"Brakkk.." suara yang berasal dari luar kamar Lys berhasil membuyarkan fokus nya pada kegiatan menonton nya tersebut.
"Haish, paling itu suara si bodoh Leo yang membuat kekacauan lagi." Kata Lys yang tidak mau ambil pusing dengan suara yang cukup keras itu. Dengan santai ia menyebut kakaknya, Leo dengan panggilan bodoh.
Sejam berlalu, akhirnya film tersebut berakhir dengan ending yang membuat Lys bertanya tanya untuk yang kesekian kalinya. Matanya sudah mulai lelah dan berat. Dilangkahkan kakikya dengan gontai seraya meletakkan laptop nya di meja belajarnya. Kerongkongan nya terasa kering karena belum menyentuh air semenjak menonton film itu. Kakinya langsung melangkah menuju dapur yang berada di lantai 1 rumah mewah tesebut. Tepat di sebelah kanan tangga letak dapur luas kediaman keluarga Hill.
"Mommm.... mommy, ice cream ku mana, mom?" teriak Lys nyaring.
Tapi tidak ada jawaban sedikitpun dari mommy nya, tidak heran Lys langsung menuju ruang keluarga sambil membawa sekaleng soda, tempat biasa mommy menonton dengan papa. Tapi tidak ada juga. Lys yakin mommy dan papa berada dirumah.
Dengan santai ia menuju kamar mommy karena bersikeras ingin menanyakan kemana lenyapnya ice cream kesukaannya itu.
Tanpa rasa curiga apapun.
Tanpa firasat apapun.
Lys mulai memutar handle pintu kamar mommy. Tapi begitu ia melangkahkan kakinya kedalam, pemandangan mengerikan membuat tubuhnya kaku tidak bergerak. Nafasnya tertahan, kaki gemetar dan kepalanya serasa mau pecah melihat kenyataan yang menyeramkan, sangat.
Kaleng soda nya terjatuh seraya dengan tubuhnya yang seketika lemas, Lys jatuh terduduk.
Mommy dan papa------------ dibunuh.
Hantaman pisau dapur terlihat disekujur tubuh mommy. Di lengan, paha, dan diperut. Bercak darah mommy sangat banyak di lantai mengiringiku di tempat papa tebujur kaku. Pisau dapur menancap keras di bagian punggung papa. Membuat pikiranku seraya melayang entah kemana, tubuhku di kelilingi rasa takut yang teramat sangat. Tiba tiba, terdengar decitan pintu depan pertanda ada yang membuka nya.
Lys yang tidak kuat melihat kengerian ini langsung ketakutan setengah mati.
"Aku pulang!"
"Lys, aku membawakan mu nasi goreng super pedas yang kubeli di taman kota." Teriak Leo, kakaknya.
Lys segera berlari dengan kaki nya yang gemetar menghampiri kakaknya. Peluh menetes di keningnya dan bibir yang pucat bukan main. Tak lupa tangisan yang semakin menjadi. Leo yang melihat keadaan adik satu satunya itu bingung bukan main.
"Hei Lys, kamu kenapa?" ucap Leo sambil memegang pundak gemetar Lys.
Lys terjatuh dan tangisnya semakin pecah. Ia tak bisa berkata apa apa kecuali tangannya yang menujuk ke arah kamar mommy dan papa.
Leo segera berlari ke arah kamar mommy. Terdengar suara isakan Leo saat memasuki kamar mommy. Leo segera keluar kamar dan menarik Lys menuju rumah kediaman keluarga Lee yang merupakan tetangga sekaligus kerabat dekat keluarganya tersebut. Leo memberitahu apa yang terjadi dan setelah itu keadaan dirinya semakin kacau. Lys terjatuh pingsan.
Beberapa menit kemudian terdengar sirene polisi menuju kediaman rumahnya. Leo yang berada di halaman rumah nya terlihat shock dan belum bisa berfikir jernih dengan apa yang terjadi.
Dimulai dari saat itu, ia sadar.
Semua tidak akan pernah sama lagi.
Tidak akan.
Lalu, pandangannya menjadi gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Allyson Hill
Teen FictionAllyson Hill, cewek berambut light brown itu harus menerima kenyataan bahwa diri nya yatim piatu lantaran orangtua nya dibunuh saat ia masih duduk dibangku 1 sma. Allyson atau panggil saja Lys bertemu Sam yang berawal dari kejadian konyol memulai pe...