Sinar matahari yang kemilauan menerangi Padang Rumput Hanoria, membawa segala harapan baru bagi seluruh prajurit yang hendak berangkat menuju negeri-negeri berharga di Benua Erkleist.
Kinilah waktunya. Saat-saat yang dinantikan oleh para prajurit yang hendak menyerang. Delapan ribu manusia dan empat ribu Hihr telah berbaris rapi tepat di dua ratus meter sebelah utara kerajaan. Ras Hihr berbaris tepat di depan manusia. Dan mereka semua sudah diatur sedemikian rupa hingga membentuk kelompok-kelompok.
Para Hihr yang ikut dalam penyerangan ini kebanyakan adalah mereka yang juga ikut dalam peperangan sebelumnya – peperangan di saat Raja Dargon tewas. Beberapa yang lain adalah prajurit tambahan yang sebelumnya berjaga di benteng-benteng kerajaan. Mereka mengenakan baju zirah berwarna hijau-kekuningan yang kontras dengan warna kulit mereka. Belati di pinggang sebelah kiri mereka dan – bagi yang Fundin III – tongkatnya yang sepanjang satu meter menggantung di pinggang sebelah kanannya. Bagi para Hihr yang rambutnya panjang, mereka diwajibkan mengikat rambutnya dan menyelipkan rambutnya di balik baju zirahnya.
Para manusia kini memakai atribut perang yang lebih baik dari perang sebelumnya. Sebab, Raudan yang kini memimpin penyerangan ke Negeri Moruna, meminta para penjabat di Departemen Keprajuritan dan Departemen Pengaturan Manusia untuk memperbaiki atribut para manusia yang hendak berperang. Tentu saja awalnya mereka tidak setuju, tetapi Raudan merayu mereka dengan beralasan kalau ras manusia memiliki atribut yang lebih baik, mereka akan mendapatkan semangat tambahan dan tentu saja hal itu akan sangat berpengaruh terhadap kemenangan dalam mengambil ketiga wilayah tersebut. Para manusia itu kini mengenakan helm, walaupun masih tampak sederhana.
Balazor berada di barisan paling depan, tepat sebelah kanan Pangeran Hayret. Ia mengenakan baju zirah yang lebih tertutup dari perang sebelumnya, dengan warna hijau gelap–warna yang paling membedakan dirinya dengan ribuan prajurit Hihr yang lain, bahkan Pangeran Hayret dan Hünon. Ia berdiri dengan tatapan kosong ke depan, seolah-olah ia sedang berada di ruang kosong yang menganggap sekelilingnya bukan apa-apa, bahkan tidak ada.
Sebelum mereka berangkat, Pangeran Hayret maju ke depan bersama wakilnya, Hünon. Lalu ia berseru kepada seluruh prajurit, "Inilah saat yang dinanti-nantikan! Sebuah kisah mengenai apa yang akan kita lakukan ini, akan dicatat sebagai bab baru di dalam buku-buku sejarah di masa yang akan datang. Kita akan menolehkan kisah tentang keberanian, ketangguhan, keperkasaan, dan juga... kematian. Kematian! Kematian yang akan kita hadapi inilah yang merupakan sebuah akhir dari perjalanan panjang yang disebut kehidupan, tetapi juga merupakan bukti mengenai keberanian kita dalam menghadapi musuh di medan perang. Maka dari itu aku camkan kepada kalian! Kobarkan semangat kalian, sambutlah kematian kalian, demi memperjuangkan sumber daya yang ada di masing-masing negeri yang akan kita jamak! Karena... negeri-negeri itulah yang seharusnya jadi milik kita!"
Suara sorakan dari seluruh Hihr meledak di area itu. Beberapa manusia ada yang ikut bersorak, tetapi kebanyakan dari mereka hanya tepuk tangan, dan beberapa lagi terdiam – seakan keberatan tetapi tidak berani untuk melawan.
"Baik," seru Pangeran Hayret. " Sekarang kita mulai pemberangkatan!"
Lalu ia beserta Hünon mulai berjalan ke arah utara yang diikuti oleh seluruh pasukan. Dan seluruh pasukan pun memulai perjalanan menuju negeri-negeri yang hendak mereka jarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Azúrineía
FantasyPEPERANGAN Adalah kata yang erat dengan kisah-kisah tentang keberanian, kekuatan, ketangguha, ketangkasan, dan juga... kematian. Kedua ras yang saling bertempur satu sama lain hanya demi membuktikan ras mana yang lebih unggul dan mana yang pecundang...