4

92 4 0
                                    


Tikk..Tokkk..Tikk..Tokkk

Hanya ada suara jarum jam yang setiap detik menemani Nisa di dalam kamarnya.
Gue masih penasaran sama tuh cowok

Nisa terus memikirkan perkataan si sosok misterius itu, mengingat raut wajahnya yang tidak menyenangkan, tapatapan sinis nya yang membuat Nisa merasa bersalah.

Nggaaa!! Gue gasalah!! Gue gasengaja tuh

Memikirkan 'dia' si sosok misterius itu membuat Nisa merasa perutnya bernyanyi. "Laper ih gakuat", Nisa meringis sambil memegang perutnya. Tanpa menunggu lama perutnya yang bernyanyi terus menerus, Nisa beranjak dari meja belajarnya dan menuju dapur tempat makanan makanan berada.

"Ummmm, ini ini ini ini ini ini wow banyak banget mamam mamam di kulkas ummm.... tumben bunda nyetok mamam banyak gini hahaha... betah nih di depan kulkas ber jam jam kalo kaya gini, dududududu"
Setelah mengambil makanan di dalam kulkas yang menurut Nisa adalah surga baginya, Nisa langsung menuju ke ruang keluarga dan mencari cari sosok remot yang ingin ia genggam sedari tadi. Celingak celinguk ia mencarinya, memutar kepalanya ke kanan dan ke kiri. Daannn.....
"Ahaaaa treeeet tett taraaa ini diaa", dengan mulut yang penuh dengan makanan snack ringan, jari Nisa menari nari memencet tombol yang akan memindahkan channell yang satu ke yang lainnya.

"Wow adek gue yang imut lagi makan snack yang gue beli tadi, anjirrrrr gue belum makan dek! Main embat aja lu", Nisa menutup kedua telinganya, jeritan yang Nawdir lontarkan kepadanya benar benar sangat mengganggu ketenangannya. Dengan wajah tanpa dosa , Nisa memonyongkan bibirnya ke arah Nawdir, sontak saja Nawdir langsung membekap bibir mungil milik Nisa.
"Ghue swusyah nuafhas muas", kata kata yang Nisa lontarkan membuat Nawdir terkekeh geli mendengarnya. Karena tidak tega melihat adek nya yang tidak berdaya karena bekapannya, Nawdir langsung melepaskan telapak tangannya yang menempel di bibir Nisa.
" haaaaaaah engap brotha, jahat bener ih! Bundaaaaa.... Ayaaahhhh.. Tolongin adek!" Nisa berteriak agar bunda dan ayahnya mendengar teriakannya bahwa Nawdir sudah melakukan kekerasan terhadapnya.
"Oke bunda sama ayah udah tidur, lu gak bisa minta tolong kesiapa siapa selain nurut apakata gue!" Nawdir tersenyum ke arah Nisa penuh kemenangan. Nisa hanya menatapnya datar dan mengabaikannya.
"Udahan ngunyahnya kunyuk! snack gue nanti abis", dengan tingkah jahilnya, Nawdir menjitak dahi Nisa. Nisa hanya membalas dengan cibiran.
"Oh sekarang udah berani yaa ngecibir gue, bagus bagus", Nawdir bertepuk tangan dan mendekatkan telapak tangannya ke arah daun telunga milik Nisa. Nisa tidak menghiraukannya dan langsung berdiri dan setelahnya bergegas berjalan menuju kamarnya tanpa merespon perkataan yang Nawdir ucapkan untuknya.
Nisa menghela napas, dan berjalan menuju kasur. Pikiran tentang si sosok misterius itu kini tiba tiba hilang
dengan sendirinya.

-----------------------

Rizki tidak mengerti mengapa tiba tiba sosok perempuan yang menabraknya tadi terlintas di benaknya. Matanya, cara dia menatapnya, senyumnya. Membuat Rizki ingin mengenalnya lebih dekat.

Tidak
Rizki menatap langit langit kamarnya yang mendominasikan gambar galaxy. "Apaansih, ko gue jadi mikirin dia? Gak! Gue cuman mau mikirin Lala, cuman Lala", gumamnya sambil meremas remas jemarinya.

Triiiidddd

Rizki merasakan ponselnya bergetar, ada pesan masuk entah dari siapa. Rizki langsung meraih ponselnya dan membukanya dengan malas.

-Fareh-
Malem ki, lagi apa? Udah makan belum?

Membaca pesan dari Fareh membuat salah satu alis tebal milik Rizki terangkat.

Males gue balesnya
Lalu Rizki membuang sembarang ponselnya entah kemana yang pasti masih disekitar kasur empuknya.

-------------------------------

"Bun, yah.. Adek sama si sok ganteng mau berangkat dulu yaa", Nisa melambaikan salah satu tangannya kearah orangtuanya. "Kampret!".
"Marah? Bodo!", Nisa menjulurkan lidahnya kearah Nawdir. Ingin rasanya Nawdir memotong lidah adiknya yang sering kali dipamerkan kepadanya. "Cepet! Nanti gue terlambat!" Nawdir berjalan mendahului Nisa. Nisa yang hanya tersenyum kecil melihat mas nya yang terlalu emosi karena sikapnya.

Seengganya gue punya lu yang selalu bikin gue ngakak gajelas

Tanpa banyak berpikir, Nisa langsung mengikuti Nawdir dari belakang.
"Mas jangan galak galak, sikapnya jangan dingin juga. Nanti galaku loh", goda Nisa kepada Nawdir sambil menggelitik pinggang Nawdir. Nawdir hanya meresponnya dengan senyuman yang benar benar jarang ia berikan untuk siapapun. Kali ini ia berikan untuk adiknya, Nisa.
Gue sayang lu dek

-------------------------------

"Annisa Haningrum?"
"Hadir buuuuuuuuuu", Nisa menaikan telunjuknya. Ya, hari Rabu. Hari yang sangat sangat sangat Nisa tidak sukai. Pelajaran biologi. Pelajaran yang khusus di hari Rabu, hanya ada di hari Rabu. Hari ini Nisa benar benar merasa sendiri, Putri tidak masuk kelas karena beralasan sakit. Hari yang cukup cerah, langit bewarna biru awan yang menjadi hiasannya, cahaya matahari pagi menusuk kulit Nisa yang putih pucat, angin yang berhembus kencang, serta kicauan burung yang tak kalah berisiknya dengan suara bu Iis.

Dia siapa siiihh
Lagi lagi dia. Nisa benar benar di buat penasaran olehnya.

Pokoknya gue harus cari tau tentang dia. Gue penasaran sama dia. Sikap dia dingin bikin gue makin penasaran

--------------------------

Selama pelajaran biologi berlangsung, jarum panjang di jam dinding kelas 10 MIPA 3 tidak pernah berjalan. Rasanya berhenti.

Tiiiiiinngggggg

Okee itu suara bel istirahat, menunjukan bahwa pada waktu ini tidak ada kbm selama 30 menit berlangsung. Anak anak akan memulihkan pikirannya dengan menyerbu kantin yang penuh dengan makanan dan minuman. Lain dengan Nisa, ia hanya berdiri di atas pagar koridor lantai tiga.

"Lu". Suara itu menyadarkan Nisa dari lamunannya.
Diaaa
Nisa tidak meresponnya, dia hanya menatapnya datar.
"Apaaaa?", sontak saja pertanyaan itu membuat dahi Nisa berkerut.
Nisa menelan ludah, "lu kelas berapa?"
"Sepuluh"
"Jurusan?"
"IPA"
"Hah? IPA? IPA berap..... "
"Dua", Rizki langsung memotongnya.
"Oh", Nisa membuang mukanya kebawah.
Karena membuang waktu saja, Rizki langsung berjalan tanpa berbicara lagi kepada Nisa. Tetapi Rizki merasakan pergelangan tangannya di tahan oleh seseorang, siapa lagi selain Nisa. "Lu mau kemana?" Nisa menatap Rizki datar.
"Bukan urusan lu! Lepasin" Rizki meringis karena pergelangan tangannya sudah merasa nyeri.
"Nggaa"
"Lepasin begoooo"
"Hahahaha ngajakin bercanda ah lu, btw intro kuy! Oke kenalin gue Anisa Haningrum. Lu bisa panggil gue Nisa, tapi lebih sering dipanggil adek, karena kaka gue juga sekolah disini, dia selalu manggil gue adek, yaudah temen temen gue nyamain deh. Gue kelas 10 MIPA 3, tetangga lu hehehe" Sambil menyelipkan rambut yang didepan wajahnya ke telinganya, Nisa begitu bersemangat.
"Gananya"

Jleeeeeebbb

"Gue cuman ngasih tau ko hehehe", karena menahan malu, lagi lagi Nisa menundukan kepalanya.
Gue ngomong panjang lebar anjirrrrrrr
Setelah bersikeras menahan malunya dengan cara menunduk,   Nisa memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya. Ternyata si sosok misterius sudah menghilang dari hadapannya. Nisa melihat kanan dan kiri berharap menemukan sosoknya.
Ternyata sosoknya sudah menghilang.
Semakin dia cuek, semakin gue penasaran
Batinnya.




Maap gaess bitaa menghilang yaa😁 maap maap😢 sibuk soalnya hehehe megang ponsel juga seperlunya, nanti aku usahain buat ngepublikasiin seminggu dua kali, makasih kalian yang sudah menyempatkan waktunya untuk membaca😉

Ketika Aku Dan Kamu Menjadi KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang