"Advise is like snow: the softer it falls, the longer it dwells upon, and the deeper it sinks into, the mind." - Samuel Taylor Coleridge
***
S N O W F L A K E S
Butiran air turun dari langit sebelum akhirnya bertemu uap dingin yang mengubahnya menjadi salju putih yang turun ke bumi, dan akhirnya menggunung putih dihamparan luas Yekaterinburg. Seorang prajurit tua berusaha menjernihkan pandangannya dari hamparan salju, dia mengerjap lalu sadar bahwa dunia menjadi putih pucat. Udara dingin menembus seragam kokohnya, bahkan wol tebalnya yang terbuat dari bulu beruang.
Sejauh mata memandang, ia dapat melihat ribuaan pohon cemara yang berdiri kokoh dengan butiran putih dibeberapa sisinya. Prajurit itu hendak berlari, menjangkau satu-satnya harapan. Namun hutan cemara itu terasa bermil-mil jauhnya dari tempat ia berada. Jangankan berlari, berjalanpun tidak bisa.
Jika ia melihat kebawah lututnya, hanya ada warna darah yang sekian menit lagi dapat melumpuhkan kakinya. Ia meringis, merasakan tulang keringnya teriris, dan salju memasukinya perlahan. Bahwa sebelum ia menunduk dan sekedar melihat kakinya, ia dapat menghidup aroma kematian.
Rasanya serantaian tatapan tak kasat mata sedang mengamatinya, ia melihat sekeliling walaupun pandangannya kabur. Prajurit itu berusaha mengangkat kakinya yang terlanjur keram, dan mencoba berlari. Berjuang lagi mengumpulkan segenap kekuatan yang tersisa. Sebelum sekawanan serigala abu-abu berlari mengerjarnya dengan kecepatan penuh.
Tidak, ia tidak akan mati sebelum ke Saratov dan menepatinya janjinya. Janjinya kepada Anemarrie Alanis.