8. Sebuah Alasan

2.5K 284 32
                                    

Shani mematung kala ketika mendengar ucapan Gracia yang membolehkan dirinya untuk kembali mencecap belah bibir yang tadi sempat ia cicip. Pikirannya berkecamuk, mempertahankan moral atau mengikuti apa yang diinginkan hatinya.

Jelas tak mungkin gadis itu membiarkan Shani tanpa sebuah alasan, dan kini Shani bertanya tanya apa yang membuat Gracia semudah itu memberikan izin untuknya?

"Ci Shani, kenapa diem?"

Kelam manik milik si pewaris tunggal Atmalengkara menatap langsung pada Gracia yang balik menatap dengan kebingungan. Shani tidak ingin buru buru mengambil keputusan untuk bertanya ataupun mulai membuka diri tentang kehidupan sebelum mereka bertemu, mereka baru kenal kurang dari satu bulan, bukankah terlalu cepat jika sudah ada dititik seperti ini?

"Nggak apa apa. Ayo.. bersih bersih, kamu mandi dulu aja Gre. Biar aku siapin makan malam." ucap Shani setelah mempertimbangkan banyak hal.

Gracia tidak banyak bertanya, ia hanya mengangguk singkat sebelum pergi meninggalkan Shani yang kini masih terpaku, menatap punggung Gracia yang berlalu.

Pikirnya berkecamuk, mempertanyakan banyak hal terutama ucapan Gracia yang menyetujui permintaannya. Apa Gracia juga sama sepertinya? Apa Gracia juga menyukai sesama jenis sepertinya? Shani terus bertanya tanya, hingga suara mesin pemanas air untuk shower dirumahnya  terdengar.

'Jangan banyak tanya Shani, masih untung Gracia nggak takut dengan kamu' batin gadis itu.

Sore itu mereka tutup dengan keheningan, mengakhiri hari masing masing dalam diam sebelum akhirnya nanti bertemu kembali di meja makan.





Sekitar pukul 7 malam Shani selesai manata makan malam diatas meja, pun tak berselang lama sampai Gracia tampak keluar dari kamarnya. Sejenak Shani terkesima, menatap sosok Gracia dalam balutan dress bermotif bunga yang ia belikan beberapa saat lalu.

"Gre, ayo makan malam dulu."

Gracia tersenyum sambil berjalan menghampiri Shani di meja makan, temaram lampu membuat suasana malam ini semakin syahdu, sajian yang dibuat Shani juga ikut menggugah seleranya.

"Habis makan, minum vitaminnya ya? Aku udah beli tadi sebelum pulang, yuk makan dulu." ucap Shani sambil memindahkan lauk demi lauk ke atas piring Gracia.

"Selamat makan ci Shani."

Sedikit berbeda dan tidak seperti sebelumnya makan malam mereka kali ini dihiasi percakapan ringan, banyak tawa yang mereka bagi bersama pun juga cerita, hingga tanpa sadar seluruh sajian itu habis. Shani lalu dengan sigap mengambil vitamin yang sebelumnya sudah sempat ia singgung, cukup banyak mengingat Gracia baru pertama kali mengandung dan juga si tunggal Atmalengkara ini tidak terlalu tau riwayat kesehatan Gracia dulu.

"Diminum ya biar kalian sehat terus."

Seiring dengan perkataannya Shani mengusak lembut puncak kepala Gracia, gadis yang lebih muda kemudian patuh meminum setiap vitamin yang disiapkan Shani untuknya.

"Ci, malem ini masih ada kerjaan?"

"Enggak Gre, kenapa?"

Senyuman kecil terukir di bibir Gracia, gadis itu menatap Shani dengan penuh pengharapan.

"Mau nonton film gak? Di TV aja! Mau ya?" pintanya.

Shani tampak menimbang, walau sebenarnya tidak keberatan, gadis itu anggukan kepalanya sebagai tanda ia setuju dengan ajakan Gracia. Senyuman lebar terukir di wajah si calon ibu saat mendapatkan jawaban dari Shani.

"YEAYY!"





"Cici suka film apa?" tanya Gracia penasaran sambil menyamankan dirinya di sofa.

Fall For Her [GRESHAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang