Teaser 2.0

2.1K 193 4
                                    

Baju kebesaran yang melekat ditubuhnya terasa lembab. Tangannya mengusap pelan perutnya yang sedikit membuncit.

"Maaf ya nak, maaf." lirihnya

Ia berdiri dari halte bus tempatnya yang semula. Melangkahkan kakinya membelah jalanan dini hari yang dibasahi hujan.

Dingin.

Gracia masih terus melangkah, maniknya menatap sayu pada jalanan kosong yang basah diguyur hujan. Tidak memperdulikan sekujur tubuhnya yang mulai menggigil dan basah akibat hujan malam ini.

Terpancar jelas rasa putus asa dari kedua netra indahnya, sekilas pun pandangannya tampak kosong. Tungkai membawanya terus berjalan, entah kemana tanpa tujuan yang jelas.

Pikirannya kalut, penuh dengan kabut.

Sempat ia berfikir untuk melempar dirinya ketengah jalan saat ada mobil yang melaju, namun ia terlalu takut. Gracia masih takut akan kematian, rasa putus asa itu tidak cukup membulatkan tekadnya untuk menjemput maut.

Nafasnya terasa berat, pandangannya mulai kabur. Dunia seolah berputar dengan cepat, perlahan kesadarannya menghilang. Seberkas cahaya sempat memaksa masuk pengelihatannya, mungkin ini akhir dari kemalangannya?

Berserah kepada apapun jalan yang nantinya diberikan oleh sang pencipta, Gracia tidak lagi sanggup mempertahankan kesadaran dirinya. Ia terjatuh, pingsan, bersama dengan decitan rem yang terdengar memekakkan telinga.










"Eh?"

"Kamu nggak apa apa?"

Mengernyitkan dahi perlahan ia mengumpulkan kesadarannya, yang terlihat hanya langit langit putih dan cahaya lampu yang menyilaukan. Suara lembut ikut memanjakan telinganya, apa ia disurga?

"Aku udah mati, ya?" Gracia coba memberanikan diri untuk bertanya kepada sosok yang ia kira malaikat yang menjemputnya.

"Ngawur, aduh. Tunggu ya, saya panggil dokter dulu."

Kepalanya sakit, pening luar biasa. Namun suara lembut itu membuatnya merasa tenang, tapi apa yang tadi sosok itu katakan, ya?

Ia belum mati, kan?

Kuasanya lalu bergerak menuju perutnya, ada sedikit rasa lega saat ia dapat merasakan bahwa janin itu masih berada didalam rahimnya. Gracia membenci apa yang dilakukan oleh ayah dari janin tersebut, namun dalam dirinya tidak sedikitpun ia membenci calon anaknya sendiri.

"Selamat malam, saya dokter yang menangani anda. Nona Gracia, benar? Saya mohon izin untuk mengecek kembali kondisi anda, ya." ucap dari seorang pria yang tampak berada di akhir 50an.

Gracia masih setengah sadar, namun ucapan sang dokter membuat seluruh kesadarannya kembali. Berarti ia benar benar belum mati, dan dirinya juga tidak sedang bermimpi. Dokter segera memeriksa Gracia, tidak berapa lama ia menjabarkan kondisi sang puan dengan cukup detail.

"Kondisinya masih belum stabil, mungkin bisa beristirahat untuk beberapa hari kedepan. Beruntung janin dirahimnya cukup kuat, namun meski begitu tetap harus dijaga ketat. Beberapa jam sekali kondisi nona Gracia akan dicek oleh tenaga medis yang bertugas, jika ada apa apa Nona Shani bisa langsung memberi tahu pada suster didepan. Saya undur diri dulu, selamat malam dan selamat beristirahat."

Anggukan singkat dari sosok wanita yang sedari tadi berdiri di sisi ranjang menjadi jawaban. Gracia mendongkak untuk menatap sosok wanita cantik yang tadi dipanggil Shani oleh sang dokter.

"Kenapa aku bisa disini?"

Shani menunduk, ia tersenyum kecil sambil mendudukkan dirinya di sebuah kursi yang terletak tepat di samping ranjang Gracia.

"Itu nanti, sekarang istirahat dulu ya, Gracia. Benar begitu kan, panggilannya?"

"Setidaknya, boleh kita berkenalan terlebih dahulu?" pinta Gracia, memelas.

Kuasa terjulur, menunggu sambutan balik dari gadis yang tengah berbaring diatas ranjang rumah sakit.

"Shani, Shani Indira. Salam kenal, Gracia."

Act I : Teaser 1.0 & 2.0 [TEASER COMPLETE]

Fall For Her [GRESHAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang