Bab 1 - Otaknya ngga lempeng

6.3K 551 155
                                    

Lagi-lagi juara kelas jatuh kepada Zuri Zarita. Well, siapa yang enggak tahu siapa itu si Zuri, hanya orang kurang update sajalah yang tidak mengenalnya di SMA Diponegoro ini.

Zuri itu cewek paling tinggi diantara para cewek di kelas, kulitnya bersih, pintar Matematika, apalagi soal menghitung uang kas kelas dan anak-anak yang masih hutang, dia jagonya. Terus mukanya enggak memalukan amat buat diajak kondangan.

Zuri pun seringkali jadi bahan perbincangan di ruang guru, nilai baguslah, sikap jempolanlah, pokoknya murid teladan. Zuri Zarita sekarang sedang berdiri di lorong, dia sedang mengamati seseorang; seakan tatapannya itu seperti sinar X-Ray, saking fokusnya.

"Zuri!" teriak Yesha yang berjalan di sampingnya.

"Apa sih?" Zuri kesal, merasa konsentrasinya diganggu.

"Dari tadi gue ngomong panjang kali lebar dan lo enggak dengerin?" Yesha menatap Zuri tidak percaya, seharusnya yang kesal adalah dirinya, kenapa malah Zuri yang sewot.

Kiva yang berada di belakang Zuri dan Yesha hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum tipis, memperhatikan kedua kawannya.

"Lo malah sibuk merhatiin cowok culun yang berdiri di depan mading?" lanjut Yesha masih menatap Zuri tidak percaya.

Dengan polos Zuri menganggukkan kepalanya sambil menaruh tangannya di dagu. "Gue mikir dia itu seb-"

"Lo jangan mulai deh Zuri," potong Yesha, merasa malas sekali untuk mendengar ocehan Zuri yang tidak jadi dia katakan.

Eh, belum jadi, bukannya tidak!

Zuri mengibaskan rambutnya. "Tau aja kalo gue mau mulai," dia menarik napas, tersenyum bangga, sebelum menyambung penuturannya yang sudah dia siapkan kalimatnya di kepala. "Jadi kemungkinan tuh cowok cupu adalah seorang CEO muda, cakep, yang lagi nyamar, atau sebenernya dia tuh anak orang kaya yang terasingkan gara-gara Bokapnya kawin lagi dan ibu tirinya jahat!"

Kiva mengeluarkan permen lolipopnya, dan dia segera menunjuk ke arah cowok; berkacamata tebal, dengan rambutnya yang klimis."Cowok itu tonggos dari lahir, bagian mananya dia yang ternyata cakep dan nyamar?"

"Lo ... tau dari mana kalo dia tonggos dari lahir?" Zuri sedikit tak suka jika dugaannya disanggah.

"Dia tetangga gue, pe'a," jawab Kiva, dan sukses mematahkan pemikiran konyol Zuri tadi, sekaligus membuat Yesha jadi terkekeh-kekeh.

"Atau mungkin jangan-jangan dia anak seorang mafia, yang dibuang?" Zuri masih menduga-duga.

"Gue kenal sama Nyokap dan Bokapnya, dia anak kandung bukan anak pungut atau bahkan anak buangan," kata Kiva menekankan kalimat akhirnya.

"Kayaknya otak lo udah harus diupgrade deh," kata Yesha setelah lama terdiam, karena mulai lelah mendengarkan tebakan Zuri yang seringkali tidak masuk akal.

Zuri mendelikkan matanya sambil berkacak pinggang. "Gue ini juara kelas! Kepintaran gue udah enggak diraguin lagi, jadi ngapain ngeupgrade otak?" Jawab Zuri sinis.

"Untuk pelajaran lo emang juara tapi untuk menilai orang lo ... nol," jawab Yesha kalem membuat Zuri semakin melototkan matanya, "Besar!"

"Lo kebanyakan baca wattpad Zuri," tambah Kiva.

"Nah, bener kata Kiva! Karena keseringan baca Wattpad, semua yang di dunia nyata lo samain dengan cerita yang lo baca di sana," kata Yesha membenarkan ucapan Kiva.

"Tapikan mungkin dugaan gue bener," kata Zuri mencicit karna ditatap tajam oleh kedua temannya.

"Tapi dugaan lo terlalu mengada-ada," jawab Yesha sambil mengembuskan napas kasar.

"Tapi kan enggak ada yang enggak mungkin di dunia ini," ucap Zuri, masih tidak mau kalah.

"Terserah lo deh, gue nyerah ngomong sama dia Kiv." Yesha berbalik melihat Kiva, dia rasa, temannya yang waras hanya dia saja, si Zuri itu otaknya udah rada-rada.

"Ih lo mah gitu sama gue!" Zuri sok ngambek, "Sama doi aja enggak pernah nyerah, padahal doi elo enggak peka!"

Bagaikan dipecut punggungnya lewat sindiran telak dari mulut Zuri, Yesha segera menengok ke belakang lagi. "Dasar Zurik! Kalo ngomong suk-"

"Suka bener!" sambung Kiva, sengaja memotong perkataan Yesha, dan menambahkan kekesalan di wajah cewek itu.

Gantian Zuri yang tertawa lebar, dia ngakak banget. "Lohan aja ditungguin!"

Yesha menghentakkan kakinya sebal. "Nohan! Nohan, Zurik! Bukan Lohan!"

Zuri mendongakkan wajahnya. "Bodo, elo aja mlesetin nama gue jadi Zurik," dia julurkan lidahnya untuk mengejek Yesha, kemudian dia lari, sebelum Yesha mendorongnya ke comberan terdekat.

Belum sampai ke ujung koridor, Zuri tak sengaja menabrak seorang cowok, yang berjalan berlawanan arah dengannya, refleks cowok itu langsung menangkap tubuh Zuri agar tidak jatuh ke dinginnya lantai koridor. Belum beberapa detik Zuri merasakan lega karena cowok itu tampak cool; mau menopang tubuhnya, tiba-tiba saja pegangan pada pinggangnya terlepas dan otomatis membuat tubuhnya terjatuh.

"Aduh," ringis Zuri menatap lututnya yang memerah.

Aksa menunduk, dia menatap Zuri. "Sakit?" tanya Aksa yang segera mendapatkan angukan polos dari Zuri.

"Mampus!" kata Aksa, lalu berdiri dan berlalu dari hadapan Zuri.

Zuri menatap kepergian Aksa dengan mulut menganga dan tatapan tak percaya.

"Harusnya tuh dia enggak ngelepasin pegangannya trus kita tatap-tatapan kayak cerita yang gue baca di Wattpad," gerutu Zuri masih menatap punggung Aksa yang menghilang di balik dinding.

Zuri mendongakkan kepalanya saat mendengar suara tawa Yesha. "Bantuin kek," pintanya sambil mengulurkan tangannya.

"Kiv lo jangan senyum-senyum kayak gitu juga! Bantuin gue," rengek Zuri lagi, saat matanya menangkap seulas senyum di bibir Kiva.

"Gue bilang juga apa! Lo kebanyakan baca Wattpad!" Mau tidak mau Kiva membantu Zuri untuk berdiri.

"Enggak banyak keles!" Zuri membela diri, "Di library gue cuma ada sekitar empat puluhan...."

"Itu banyak Zurik...!" seru Yesha, dia mengejek kawannya lagi.

~to be continue~

Wkwk gue sama tante-tante nista 13summer cepet kan buat bab 1 nya! *tepuk tangan meriah*

Iya dong cepet buatnya! Soalnya masih awal masih semangat empat lima kalau lama-lama ngga tau deh masih semangat apa ngga 😂😂

Bab 2 nya di tungguin yak! Gue usahain cepet(?) Tapi gue hanya bisa berusaha tuhan dan kak hana yang menentukan cepet ngga nya *ngeles kalau ditagihin* eh emang ada yang mau nagih?

Why I'm Single Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang