Bab 3 - Planning

3K 345 62
                                    

Seusainya Nohan memberikan ponsel Zuri yang tertinggal di perpustakaan, dia mencari keberadaan kawannya—Aksa. Aksa itu cuma mau ngasih nama, tanpa mau memunculkan wajahnya langsung.

Dilihatnya, jika Aksa sedang membaca pengumuman di mading, dan Nohan pun mendatanginya. Muncul seringaian di wajah cowok itu, saat dia menemukan Aksa tengah berdiri sambil memainkan bola basket. Nohan mengendap-endap, dan dari tingkahnya itu, bisa ditebak jika dia ingin mengageti Aksa dari belakang.

Benar saja, Nohan meloncat, kemudian dia merangkul kawannya dari belakang. "Aksa!"

Aksa melototkan matanya galak pada Nohan sambil menepis kasar tangan Nohan yang merangkulnya. "Jijik tau enggak kelakuan lo!"

Nohan mengerucutkan bibirnya imut atau mungkin sok imut. "Aksa sekarang jahat sama Nohan," kata Nohan dengan suara naik satu oktaf membuat beberapa pasang mata yang berada di koridor dekat mading menatap mereka aneh.

"Anjir, geli gue sama lo," timpal Aksa sambil menoyor kepala Nohan lalu berlalu pergi meninggalkan Nohan yang tertawa hingga terbahak-bahak di belakangnya.

"Aksa...!" Nohan mulai lagi, dia malah melebarkan tangannya, saat Aksa menoleh ke belakang. "Jangan tinggalin aku...!"

Daripada Aksa tambah malu, dia peluk bola basketnya, dan dia kabur dari situ.

"Aksa...!" teriak Nohan lagi, yang semakin membuat keambiguan di sekitar mereka.

"Jadi benerya?"

"Masa?!"

"Tapi cocok sih," kata cewek fujoshi, yang setuju-setuju saja kalau gosip itu benar.

Aksa sama Nohan itu berteman dekat, dan banyak yang meduga-duga tentang hubungan mereka.

Aksa tahu itu, tapi bagaimana mau meralat, orang yang digosipkan dengannya saja tak mau memperbaiki sikapnya.

~°°~

Yesha menganga tak percaya melihat pangeran berkuda putihnya; Nohan, baru saja menunjukkan kemesraannya dengan temannya, yaitu Aksa.

"Zuri gue ngga salah liatkan?" tanya Yesha menggoyang-goyangkan tangan Zuri.

Zuri menaruh telunjuknya di dagu seolah berpikir lalu menjentikkan jarinya. "Tuhkan! Selama ini dugaan gue bener Yesh!"

Yesha melongo melihat kelakuan Zuri lalu memutar tubuhnya menghadap ke Kiva yang ada di belakangnya sambil bergumam, "Gue salah nanya orang nih!"

"Kiva gue enggak salah liatkan?" Yesha mengulang pertanyaannya yang dibalas gelengan Kiva dengan muka polos.

"Jad–"

"Jadi mereka beneran homo! Dan selama ini omongan gue bener," kata Zuri memotong ucapan Yesha.

"Kepala gue tiba-tiba pusing Kiv," gumam Yesha sambil memegang kepalanya.

"Gue butuh obat!"

"Kita ke UKS aja?" tanya Kiva saat melihat wajah Yesha yang memucat.

"Gue enggak butuh UKS! Yang gue butuh lovemol dari Nohan!" Kata Yesha sambil menatap ke arah tempat Nohan menghilang.

"Lo mau ke mol (baca : mall)?" Zuri sok memasang ekspresi lugu. "Gue kira mau ke pelaminan sama Nohan...." Dan dia sengaja menjatuhkan fantasi-fantasi indah Yesha bersama Nohan yang Yesha pernah ceritakan, membantingnya habis-habisan.

"Zuri...!" Yesha menjerit, berbanding terbalik dengan Zuri yang tertawa hingga terpingkal-pingkal.

"Lah habisnya, lo enggak pernah mau dengerin gue...," kata Zuri sambil membenarkan rambutnya, "Kan udah jelas semuanya kalo cowok yang lo suka enggak beres."

Kiva sedang bertindak sebagai orang yang paling waras di sini. Dari tadi dia sedang duduk, seraya menatap ponselnya, dia lagi mainan Town Farm.

Ada game yang lebih menarik, ketimbang mendengarkan dua temannya berseteru hanya gara-gara melihat adegan centil si Nohan di depan umum.

"Dia beres, Zuri!" Yesha tetap ngotot pada pendiriannya.

"Ya udah. Lo beneran ungkapin deh, biar tau beres apa kagak," celetuk Kiva tanpa mau merubah posisinya.

"Eh? Ungkapin apa? Siapa?" Zuri merasa menjadi orang yang bodoh di sini, di saat muka Yesha langsung memerah.

"Ya ... itu kan baru rencana," kata Yesha, memikirkan kalau keberaniannya bahkan belum ada 30% untuk mengungkapkan cintanya.

"Coba aja, kalo lo beruntung," ucap Kiva lagi.

Di sini, Zuri tertawa keras lagi. "Astogeh! Ada yang mau nembak cowok homo!"

Zuri kampret kan ya?

Langsung saja Yesha membekap mulut Zuri. "Diem elo! Atau gue sebarin ke orang-orang kalo lo suka baca cerita nista di Wattpad!"

"Lo mah ngancemnya itu mulu!" Kata Zuri sambil menghentak-hentakkan kakinya pergi.

"Eh ... eh, lo mau ke mana?" tanya Kiva sambil menghadang jalan Zuri.

"Balik ke kelas!" Zuri ketus.

"Ngucapin makasih enggak jadi?"  Kiva sedang mengingatkan.

Zuri diam sejenak seolah sedang memikirkan rumus Fisika yang paling sulit. "Oh iya! Tadikan gue mau ngucapin makasih!"

Kiva memutar bola mata malas. "Tadi otak lo disimpen di mana Zuri?"

"Otak gu–"

"Gue udah mutusin!" potong Yesha, menghentikan perdebatan Kiva dan Zuri membuat kedua temannya menoleh ke arahnya.

"Mutusin apa?" tanya Kiva dan Zuri serempak.

"Gue mutusin buat bikin Nohan jadi cowok normal, masa gue kalah sama Aksa!" tutur Yesha begitu menggebu-gebu.

"Apalagikan gue punya sesuatu yang Aksa ngga punya," lanjut Yesha mencicit.

"Caranya?"  celetuk Zuri, agak tak yakin.

Yesha meringis di tempatnya setelah lama terdiam mendengar ucapan Zuri. "Gue enggak mikir sampai situ."

~to be continue~

Dikit? Ngga apa-apa deh, kan apdet-nya cepet dari yang kemarin-kemarin yakan 13summer ? Happy reading gaess

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Why I'm Single Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang