Bagian 2

10 2 0
                                        

Pagi setelah kejadian dua hari yang lalu, ketika Dito yang memergokinya masuk rumah diam-diam. Lana terbangun akibat suara bundanya yang menggema memanggil namanya. Ditariknya selimut sampai menutupi seluruh badannya, dan kembali tidur.

Tapi itu tidak berlangsung lama, karena setelahnya bunda masuk dan langsung menyibak selimut dan tirai jendelanya. Lana menggeliat diatas kasurnya, matanya masih tertutup karena matahari baru menunjukan seburat kekuningan.

"Bundaaaa, ini hari minggu, masih pagi tau." Gumam Lana seraya memeluk gulingnya lebih erat.

"Lana ayo cepat bangun , Dito sudah didepan. Katanya kamu mau jogging sama Dito," ucapan bunda membuat Lana langsung melek. "cepat siap-siap ditungguin itu."

"Bunda itu si Dito mau jogging sendiri kali, aku nggak janjian sama dia." Jawab Lana. Dia mengubah posisinya menjadi duduk diatas kasur.

"Coba kamu temui dulu, dia bilang udah janjian kok sama kamu," Lana merapikan rambutnya dan dijepit bagian tengah belakang kepalanya yang ia ambil di nakas. Lalu bangkit keluar dari kamarnya.

Dilihatnya Dito sudah rapih dengan setelan celana jeans yang di potongnya sebatas lutut, menyisakan benang-benang bekas potongan. Atasannya dibalut dengan kaos oblong warna putih dan running shoes-nya. Dito masih sibuk dengan ponselnya, ketika Lana jalan mendekatinya ke ruang tamu. Dito mendongak dan memasuki ponselnya ke kantung celananya lalu tersenyum melihat Lana yang masih mengenakan baju tidurnya.

Jelas saja anak itu pasti malas, pikir Dito.

Lana mendengus, "Ngapain lo? Kita nggak janjian buat jogging kok pagi ini. Udah sana gue masih ngantuk tau."

"Emang iya. Tapi gue yang mau jogging sama lo. Udah sana ganti baju dulu. Atau lo mau kayak gitu aja?" ucap Dito dengan senyum yang tidak bisa diartikan. Dito tergelak melihat Lana yang memutar bola matanya jengkel.

"Udah ayoo" lanjut Dito mendorong Lana layaknya bermain kereta-keretaan, menggiringnya memasuki kamarnya.

--

Ditto mengajak Lana ke jogging track komplek perumahan mereka. Sedari tadi otak Lana terus berdebat dengan batinnya, tentang apa maksud Dito mengajaknya jogging pagi ini. Tidak biasanya Dito diam selama mereka jogging.

Ini bukan Dito banget, batin Lana. Diliriknya lelaki yang sedang bersisian dengannya. Raut wajahnya datar dan lurus kedepan, sadar sedang diperhatikan, dia pun menoleh dan tersenyum canggung.

"Dito capek ih, duduk dulu deh gue. Sana lo kalo masih mau lari, gue tungguin disini." Tukas Lana daritadi mereka hanya berlari mengikuti jalan yang sudah disediakan untuk jogging tanpa ada obrolan seperti biasanya. Itu yang membuat Lana minggir dan mengeluh capek. Padahal Lana hanya ingin menghindari diamnya Dito selama mereka jogging.

"Yaudah duduk disitu ya, jangan kemana-mana." Lana hanya bergumam menanggapi ucapan Dito. Dan langsung berkutat pada ponselnya yang sedari tadi dikantongi.

Saat Lana sedang sibuk membalas pesan dengan temannya, dia merasakan ada yang duduk disebelahnya. Dia menoleh, menemukan Dito yang membawa dua botol air mineral, dan memberikannya satu pada Lana.

Sementara itu, Lana masih sibuk dengan ponselnya dan belum meminum air mineral yang diberikan Dito. "Katanya capek, kok airnya nggak diminum?" Tanya Dito dengan nada yang meledek, mungkin.

"Ck, bawel." Diletakan ponselnya disisi bangku yang kosong antara dirinya dan Dito, lalu langsung menenggak air mineralnya hingga tinggal setengah botol.

"Eits, haus juga ya. Beneran capek ternyata." Ucap Dito tertawa geli. Diperhatikannya cewek disebelahnya yang memasang wajah jengkel. Tanpa sadar Dito kembali tersenyum saat si empunya tersenyum melihat pesan yang entah siapa yang mengiriminya.

"Kenapa lo? Senyum-senyum nggak jelas gitu," Ucap Lana. Alisnya bertautan, badannya miring menghadap Dito yang masih menampilkan senyuman diwajahnya.

"Nggak panas kok, To udah kenapa sih?" lanjut Lana menempelkan belakang telapak tangannya ke dahi Dito. Dalam hatinya dia sudah kalang kabut melihat Dito yang memperhatikannya dengan intense, ditambah dengan senyumannya. Jantungnya berdetak lebih cepat seperti ingin keluar dari tempatnya.

Dito mendeham, membetulkan posisi duduknya hingga benar-benar berhadapan dengan Lana. Lana sendiri sudah bingung dengan reaksi Dito yang seperti ini, tidak biasanya Dito berubah menjadi serius dengan matanya yang terus menatap mata Lana. Dia merasa terintimidasi dengan tatapan Dito, baru kali ini dia melihat mata Dito yang tidak bersahabat dan menakutkan.

"Lana, gue mau bahas soal pernyataan lo sore itu mengenai.." Dito terdiam lama, dia mendongak mencari pandangan mata Lana yang tertuju padanya. "Kita, mungkin?"

Spekulasi RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang