Chapter 1

635 45 0
                                    

Disaat yang lain menikmati dinginnya cuaca November dengan menghabiskan waktu bersama yang terkasih dan saling berbagi kehangatan, aku di sini, berdiri di depan gedung yang menjulang tinggi, terus berdoa, mengharapkan kesembuhan kekasih yang masih terbaring lemah di dalam sana.

***

Kuroko no Basuke by Tadatoshi Fujimaki
.
.
Pairing : Akashi x Kuroko
.
Genre : Hurt/comfort, Angst, Romance
.
.
.

“Akashi-kun, tadi pelatih memberikan kami pelatihan yang melelahkan lagi. Aku hampir saja pingsan. Kalau Akashi-kun pasti kuat kan?” tanyaku.

Ya, tubuh yang ringkih dan mudah terkena virus ringan ini memang selalu merasa cukup tersiksa dengan jadwal latihan tim basket yang cukup padat.

Meski begitu, aku tak pernah ingin menyerah, karena aku yakin, suatu saat nanti aku akan bisa berada di samping Akashi-kun, men-supportnya dan sama-sama menjadi yang terbaik.

Lelaki yang sejak setengah jam tadi kuajak berbicara masih saja diam. Sebenarnya aku merasa cukup sedih karena aku ingin bisa berbicara dengannya seperti dulu lagi, saling melempar tawa dan senyum, berbagi kebahagiaan yang membuat orang lain iri. Ah, masa-masa indah...

“Aku tidak sabar ingin kembali bermain basket bersama Akashi-kun.” jemariku terulur dan menangkap jari-jari panjang yang indah milik orang yang paling kucintai di dunia ini. Aku menggenggamnya, mencoba menyalurkan kehangatan lewat genggamanku.

Semua pembicaraanku hanya dibalas dengan keheningan, dan juga suara monoton dari mesin yang berada di samping ranjang, memperdengarkan bunyi detak jantung yang menandakan bahwa Akashi-kun masih di sini bersamaku.

Satu hari lagi terlewat tanpa ada kabar bahagia.

“Akashi-kun, cepatlah sadar. Aku merindukanmu..” ujarku lirih seraya menundukkan kepala, dan berdoa dalam hati semoga besok aku bisa berbicara dengannya, atau paling tidak menatap sepasang manik rubi yang selalu menjadi favoritku.

Kondisinya sekarang bisa dibilang cukup kritis, meskipun tidak separah waktu itu. Suara dering telepon yang tak henti memanggilku, sirine ambulan, suara orang-orang, malam itu jadi malam terburuk untukku.

“Ah, aku bosan.” Aku menutup novel yang sudah berulang kali kubaca. Belum sempat ke toko buku, jadi belum ada stok novel baru.

“Akashi-kun kapan datang ya..” batinku. Janjinya, malam ini Akashi-kun akan datang untuk menginap sambil mengajariku pelajaran yang sulit kumengerti. Namun tiba-tiba saja handphone di sampingku berbunyi. Entah kenapa terdengar seperti terburu-buru dan entah kenapa jantungku berdegup sangat kencang saat itu. Apakah ini, firasat?

Aku langsung menyambar handphone yang terus menjerit itu dan langsung menjawab panggilan. Oh, Akashi-kun..

“Halo---“

“Kuroko-san? Pemilik handphone ini mengalami kecelakaan dan sekarang akan menuju ke rumah sakit. Apa Kuroko-san bisa datang kesini secepatnya?” suara dari sebrang telepon terdengar sangat terburu-buru dan juga terdengar beberapa suara orang yang panik di belakang.

Apa? Kecelakaan? Pemilik handphone? Akashi-kun?

Aku terdiam, berusaha mencerna apa yang baru saja kudengar. Tidak, tidak mungkin kan?

I Hope Tomorrow Will Never ComeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang