“gue..” jawab Ryan seraya menunjuk dirinya dengan jarinya. Dan dibalsa dengan anggukan oleh Tasya. “........
TBC
“lanjut disini ajah. Rio kan masih kecil gue enggk mau ninggal dia” lanjut Ryan sembari memberi penjelsan.
Seperti biasa aku pulang dijemput oleh Ryan. Ryan datang saat aku sedang asik mngobrol dengan Alya, Tasya, Lala dan Andin di kantin sekolah setelah pengumuman kelulusa. Namun buka seperti murid SMA lainnya yang akan senang kalau mereka dinyatakan lulus Ujinan Nasional. Aku sedih karna harus memilih keputusan yang berat antara cinta atau pendidikanku. Dua pilihan tersebut adalah hal yang paling berat untuk aku putuskan.
Awalnya mungkin aku senang saat pertama kali mendapat berita tersebut, namun sekarang mungkin menjadi berita yang malah aku tak ingin dengarkan.
Flashback
Saat aku sedang asik menonton TV diruang keluarga, abangku Zaky datang dia langsung duduk di sebelaku ikut menonton TV bersama.
“nonton apaan sih kamu, zi? Serius banget dari tadi. Abang datang ajah mungkin kamu enggk tahu” tanya abangku Zaky sambil makan cemilan yang aku bawa dari dapur yang ada dimeja depanku.
“nonton harry poter 2” jawabku cuek karna bang Zaky sudah mulai membuatku tidak konsentrasi dalam acara nontonku ini. Tapi kalau bang Zaky tak usil itu bukan bang Zaky.
“oh... pantes...” jawabnya sambil terus makan, aku pun sebal langsung merebut toples cemilan yang ada dipangkuannya. Bisa bisa habis cemilanku ini kalau tidak cepat diambil. “pelit banget sih. Nanti abnag beliin deh” lanjut bang Zaky karna aku merebut cemilannya.
“enak ajah. Bisa abis kalau enggk di ambil sekarang. Minta sama mba Maya sana. Oh yah...tumben bang Zaky kesini? Makanan dirumah enggk ada ya” jawabku masih tetap memandang TV.
“sialan kamu. Dikira dirumah abang enggk ada makanan apa!” jawab abangku kesal karna ledekanku sambil menjentuklkan kepalaku.
“terus ngapaian abang kesini?” tanyaku sambil mengelus kepalaku yang kena jentulan dari bang Zaky.
“main ajah” jawabnya dan ikut menonton TV bersamaku.
“sendiri bang? Mba Maya sama Dika enggk ikut?” tanyaku karna aku tak melihat maba Maya istri abangku dan Dika anaknya.
“ada tuh sama ayah sama bunda di taman belakang” jawabnya sambil menunjuk arah taman yang ada di belakang rumah dengan dagunya. Aku yang melihat hanya menganggukkan kepala mengerti. “kamu jadi mau lanjut kesana?” lanjut abangku bertanya.
“lanjut kemana bang?” jawabku sambil menoleh kearahnya.
“yah lanjut kuliah lah. Mang mau langjut apa?” jawab abangku cuek dan terus memerhatikan TV.
“oh....belum” jawabku cuek dan kembali memerhatikan kembali ke arah TV.
“bilang dari sekarnag, dari pada nanti dia salah paham” jawabnya agar aku memberitahukan kepada Ryan. Aku hanya menjawab anggukan.
“cepet bilang jangan Cuma angguk angguk kepala doank. Kalian kahn juga udah tunangan enggk baik main rahasia rasihaan kaya gitu. Apa sebelum berangkat kamu mau nikah dulu sama Ryan, aku malah senang dengernya” ledek abangku dan sukses mendapat timpukan bantal yang ada di pangkuaanku ke wajahnya.
“apaan sih bang mikirnya. Aku menikah kalau nanti mba Zahra udah menikah” jawabku sambil memanyunkan bibirku karna ledekan abangku ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Hearts
General FictionCopyright © 2014 by kwaty1110 Hak Cipta Terlindungi © 2014 oleh kwaty1110 Saat kamu harus memilih antara dua pilihan yaitu cinta atau pendidikan. Mana yang akan kau pilih? Itu yang dirasakan Zia saat harus memilih tetap menetap di Indonesia dengan m...