Hamparan langit biru dengan sekumpulan awan putih terlihat diats sana. Suana disisni terasa sangat tenang terasa sangat nyaman debgan ditambah terpanan angin lembut yang kuarsakan di kulitku. Tapi, sebenarnya ada dimana aku sekarang?
"Dimana ini?" bingungku karena yang kulihat hanya rerumputan yang bergoyang mengikuti angin yang beegerak.
Saat kulihat kesamping hanya ada seorang perempuan berambut hitam panjang tengah tertidur dengan memegang tanganku. Tapi siapa dia? Saat aku mencoba untuk mengingat-ingat siapa perempuan ini, terbesit sebuah nama "Ryuuka".
Ya, aku mengingatnya. Gadis naga yang ikut berpetualang bersamaku. Tapi bagaimana dan dimana kami sekarang? entah kenapa dan bagai mana aku tidak bisa mengingat apapun yang terjadi sebelumnya.
"Varen?"
"Umm... ada apa?"
"Apa yang terjadi? Dimana kita?"
"Entahlah, kesadaranku baru saja kembali beberapa detik yang lalu."
"Ryuuka, Ryuuka!" panggilku.
"Ricane... Hm....? Dimana kita? Terang sekali..." tanyanya setengah sadar.
"Aku bahkan baru berniat untuk bertanya padamu."
Sepertinya aku menemui kebuntuan. Aku tidak ingat apa-apa dan terbangun entah dimana. Namun jika dilihat sepertinya ini mungkin bagian dari dunia, tapi bukan bumi. Mungkinkah aku pernah kemari?
"Varen apa kau bisa menemukan sesuatu?"
"Disebelah barat daya ada sebuah kota. Kau bisa berjalan melewati jalan setapak itu."
Sesuai arahan dari Varen, aku dan Ryuuka berjalan menuju kota. Ketika aku berjalan, entah kenapa rasanya aku sangat menikmatinya. Udara disini sangat segar dan terkadang ada wangi dari bunga yang terkadang tercium. Meski cuaca cerah tapi tem ini terasa sejuk. Mungkin karena kami saat ini berada di dataran tinggi atau karena begitu banyak pepohonan disini.
Ditengah perjalanan aku berhenti sejenak. Aku melompat lalu meraih ranting pohon membuatnya melengkung kebawah.
"Giliranmu Ryuuka!"
"Um, mungkin yang ini," ucap Ryuuka ketika memetik dua buah mangga.
Ryuuka memberikan salah satunya padaku. Saat aku berniat mengambil pisau untuk mengupasnya, ada sesuatu yang aneh. Tak ada satupun pisau yang ada. Biasanya aku selalu membawa pedang, pistol, dan pisau. Tapi pisaunya menghilang. Aku lalu memeriksanya lagi, bahkan peluru yang tersisa juga hanya tersisa enam butir untuk revolver dan dua belas untuk svi.
Akhirnya aku mengupas dan memotong buah itu dengan menggunakan jari tangan kiriku. Kuiris salah satu sisinya menjadi enam potong, kutusuk dengan jari telunjukku lalu memasukkan ke mulut. Kulakukan cara yang sama kepada Ryuuka dan dia terlihat sangat menikmatinya.
Aku jadi teringat pernah melakukan hal semacam ini pada pohon milik tetanggaku. Tapi aku tidak hanya mengambilnya, aku meninggalkan sejumlah uang untuk mengganti mangga yang kuambil.
Terdengar suara derap langkah kaki dan suara kayu yang saling bergesekan dibelakang kami. Disusul oleh kemunculan seorang laki-laki yang mengendarai kereta yang mengangkut batangan besi yang ditarik oleh empat ekor kuda.
"Permisi, boleh kami menumpang?"
Laki-laki itu menghentikan keretanya. Ia kemudian memperhatikan aku dan Ryuuka sejenak.
"Tentu saja, naiklah!"
Selanjutnya aku dan Ryuuka menumpang di kereta yang entah akan kemana tujuannya. Tapi kuharap akan menuju ketempat yang jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLWK: Fate
FantasyKetika aku mulai membuka mataku, hamparan langit biru dengan awan tipis menyambutku. Ketika aku duduk dan melihat ke sekitarku, yang terlihat adalah hamparan rumput hijau yang bergoyang tertiup angin. Dedaunan yang bergemerisik dan suara burung-buru...