g

2.2K 353 20
                                    

"CALUM LO NGAPAIN ECA?!?!?!" harry yang ada di kamar sebelah langsung lari ke kamar gue.

"ASTAGA! GUE NGGAK NYANGKA!!" pekik harry dengan kecewek-cewek-an.

gue langsung bangun dari tempat tidur.

"apaansih har"

"lo nGAPAIN SAMA CALUM TADI SAMPE TERIAK HAH?!" pekik harry takut.

"gUE DIGELITIKIN CALUM IH HAR APAANSIH!!" gue langsung melemparkan bantal ke muka abang gue yang rambutnya gondrong itu.

"dih anjing gue kira lo diapain! teriaknya kayak korban anuan anjir!" omel harry sebelum keluar dari kamar.

"aPAANSIH!!"

iya, tadi gue digelitikan sama calum biar gue bangun. dasar jahat. gue kan paling nggak tahan kalo udah digelitikin.

"lo sakitnya boong ya van? masa teriaknya kenceng banget," ujar calum yang langsung gue balas dengan tatapan sinis.

"AHAHAHA ngga deng, badan kamu panas, van. kenapa sih?" tanya calum sambil duduk di ranjang, tepat di sebelah gue, sambil ngerangkul pundak gue.

"gatau, perasaan gue nggak ngapa-ngapain, deh." jawab gue sambil mengingat-ingat hal yang terakhir gue lakukan sebelum sakit.

"lo nggak ujan-ujanan, kan?" tanya calum. gue menggeleng.

mana pernah gue ujan-ujanan?

"ujan aja gapernah, cal.." jawab gue. calum ikut mikir.

"kamu kecapekan kali," katanya.

"iya kali. tapi emang gue abis ngapain?" kemudian kepala gue dijitak calum.

"IH LAGI SAKIT KOK DIJITAK SIH?!?!?"

"ih jangan teriak-teriak nanti aku dimarahin liam," ujar calum sambil cengengesan. gue memutar bola mata malas.

"yaudah pokoknya kamu cepet sembuh, jangan lupa minum obat. udah makan belum?" tanya calum.

"udah tadi dimasakin liam,"

"ih belom pernah gue masakin ya?" gue menggeleng.

"boro-boro dimasakin, dibales chatnya aja jarang," gumam gue kesal.

"hah apa?"

gue menggeleng, "nggak. eh mana tadi katanya bawa martabak?" calum terkekeh sambil mengacak rambut gue iseng.

"nih, kesukaan kamu kan?" gue mengangguk sambil tersenyum.

"makasih cal," ucap gue tulus yang dibalas dengan senyuman dari calum.

"udah minum obat?" tanya calum. gue mengangguk.

"cepet sembuh ya van, gue nggak mau liat lo sakit," ujar calum sambil mengecup kening gue cepat.

shitshitshitshitshit

untung cepet. kalo lama keburu liam dateng dan ngeliat kita. huft. selamat.

"ca, sarah mau ketemu kamu nih," ujar liam dari luar.

"bentar ya cal," ucap gue pelan. gue langsung turun dari tempat tidur sambil dipegangin calum.

"ih ngapain megangin sih?!"

"biar nggak jatoh," gue memutar bola mata sebelum keluar dari kamar untuk menemui kak sarah.

"hai, kak!" sapa gue hangat sambil memeluk kak sarah.

"hai, sayang! masih sakit?" tanya kak sarah ramah.

"udah lebih mendingan dari kemaren sih, kak.." jawab gue.

"iyasih, kemaren pas aku dateng kamu mukanya masih pucet banget gitu. sekarang udah agak lebih seger gitu sih, mukanya sumringah, seneng aku liatnya," ujar kak sarah.

"ada pacarnya sar, di dalem," ujar liam yang langsung gue pelototin abis-abisan.

"hah beneran? ih kamu masih kecil udah pacaran aja! yaudah sori ya kalo ganggu. nih, aku bawain pizza buat kamu, satu box buat kamu tadinya, tapi kalo kamu rela, bagi aja sama pacar kamu itu," ujar kak sarah yang langsung disusul dengan tawanya.

"yaampun makasih banyak kak!"

"nggak masalah. yaudah, aku turun dulu ya! lain kali kenalin aku sama pacar kamu, oke?" gue mengangguk.

setelah mengucapkan terima kasih sekali lagi, gue masuk ke dalam kamar dan mendapati calum lagi tiduran sambil meluk boneka yang dikasih dari dia.

"ih itukan boneka dari kamu," calum langsung bangkit.

"makanya aku peluk. wanginya udah bukan wangi parfum aku. padahal waktu aku kasih kan aku semprotin parfum aku," ujarnya. gue tertawa.

"yaiyalah, cal! itukan kejadiannya udah hampir dua tahun yang lalu! wanginya udah ganti jadi wangi aku, lah! emang kamu kira bonekanya nggak aku cuci, apa?" calum tertawa.

"eh tadi siapa?" tanyanya.

"pacarnya liam, kak sarah. yang sering aku ceritain itu, lho! nih dia ngasih pizza, tadinya buat aku tapi karena ada kamu aku bagi. udah makan belum?" calum menggeleng.

"yaudah yuk makan,"

kami berdua pun makan sambil menceritakan tentang diri kami masing-masing.

hampir tiga bulan full nggak ketemu, udah banyak perubahan. calum makin chubby, tapi nggak gemukan. badannya malah makin berotot. trus gayanya makin kayak berandalan. tipe tipe bad boy di sekolah gitu.

dia juga cerita gimana temen-temennya di sekolah, termasuk kak as syifa yang tempo lalu suka disebut-sebut.

"dia baik banget, van. sahabat goals banget deh, pokoknya! lain kali gue kenalin deh sama dia!" ucap calum. gue mengangguk meskipun sebenarnya nggak tertarik buat kenalan sama sekali.

ngapain juga kenalan sama calon pho? ups.

"kamu kemaren nggak jadi dateng kenapa?" tanya gue akhirnya, setelah sempat hening beberapa saat.

gue menatap wajah calum yang masih sibuk mengunyah martabak. iya, pizzanya udah abis. isinya kan cuma 4 slice.

"oh iya, sori kemaren gue nggak jadi dateng! kan pulang cepet, trus kita main ke rumah as syifa, eh keasikan main tau-tau udah jam sepuluh malem!" jelasnya.

gue kaget, serius.

dulu calum gapernah yang namanya main ke rumah orang sampe jam 10.

"jam sepuluh?"

"iya! ya nggak jam sepuluh juga sih, kayak jam sepuluh lewat dikit gitu. trus gue langsung pulang deh ke rumah," ujarnya.

"emang nggak dicariin mama?" tanya gue. pasalnya, calum waktu smp anak mama banget.

"mama udah tidur pas gue nyampe rumah. lagian gue juga udah ngabarin kalo gue main ke rumah as syifa, mama gue udah kenal akrab sama dia, hehe,"

gue mengangguk-angguk mengerti.

jadi si as syifa ini, selain udah jadi "bestfriend goals"nya calum, juga udah deket sama mamanya calum, toh?

hehe

hehe

he

****

nunggu ft. calum hood | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang